• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.9 Kajian Dampak Kredit Usaha Rakyat

Di Vietnam, kredit rumah tangga memiliki dampak positif dan signifikan terhadap kesejahteraan ekonomi rumah tangga yaitu meningkatnya tingkat konsumsi per kapita baik makanan maupun non makanan (Quach, Mullineux and Murinde 2005). Alasan orang meminjam dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia kepala rumah tangga, ukuran rumah tangga, pemilikan tanah pertanian, nilai tabungan baik keuangan maupun non keuangan, tersedianya dana baik formal maupun informal di tingkat desa. Semakin besar pemilikan tanah pertanian suatu keluarga mempengaruhi peminjaman yang semakin banyak. Ini menunjukkan jaminan sangat penting bagi pihak pemberi pinjaman. Penelitian ini juga mengungkapkan pentingnya adanya jaringan bank sampai ke pedesaan.

Dengan adanya akses kredit untuk meningkatkan modal baik untuk investasi ataupun modal kerja akan meningkatkan penghasilan pelaku usaha. Dengan meningkatnya penghasilan maka akan meningkatkan pula kemampuan untuk meningkatkan kebutuhan lainnya seperti pangan, papan, sandang, pendidikan, kesehatan dan lainnya. Hal ini yang menjadi alasan utama pemikiran perlunya adanya kredit usaha dan mengkaji skim kredit usaha yang mampu menjangkau ke semua lapisan. Studi empiris yang dilakukan oleh Hussain (2003) membuktikan bahwa pembiayaan mikro telah memberikan dampak positif pada kesejahteraan keluarga di Pakistan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara partisipan dan non partisipan dalam program pembiayaan mikro dalam hal pendapatan yang dibelanjakan dalam sebulan, kondisi hidupnya, tingkat melek huruf dan yang terpenting meningkatnya pendapatan partisipan. Montgomery (2005) menyatakan bahwa program kredit mikro memberikan dampak positif baik pada indikator ekonomi dan sosial begitu juga dalam peningkatan pendapatan, khususnya untuk partisipan yang sangat miskin.

Pembiayaan mikro telah mengembangkan beberapa strategi manajemen dan bisnis yang inovatif, namun dampaknya terhadap pengurangan kemiskinan masih diragukan (Chowdhury 2009). Sedangkan Banerjee (2009) menemukan bahwa dampak pembiayaaan mikro heterogen. Namun, pembiayaan mikro tidak memberikan dampak untuk kesehatan, pendidikan dan wanita sebagai pengambil keputusan. Di Indonesia, sebelumnya masih banyak kredit usaha yang disalurkan sekedar berdasarkan pendekatan proyek saja dengan pendekatan top down. Pendekatan ini belum mendasarkan pada aspirasi dari bawah sehingga belum banyak menyentuh kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Sehingga skim kredit selama ini tidak mampu berlanjut karena mengalami kegagalan baik mengenai dampaknya apalagi dalam pengembalian kredit. Kredit seperti ini biasanya masih bersifat sektoral saja. Dengan demikian keberlanjutan atau sustainability tidak terjadi karena biasanya skim kredit yang berdasarkan proyek dan pendekatan top down ini banyak rekayasa dan tidak alami. Berbicara mengenai skim kredit dengan pendekatan proyek atau program berarti terdapat juga skim kredit yang tidak berdasarkan pendekatan proyek atau program. Skim kredit tersebut adalah kredit non program. Hal ini berarti kredit tersebut mengenakan persyaratan umum yang perbankan lakukan seperti tingkat suku bunga yang dikenakan adalah tingkat bunga komersial.

Kebanyakan evaluasi awal dampak pembiayaan mikro dinyatakan positif (Goldberg 2005), tetapi tidak memiliki bukti yang kuat terhadap dampak pada kemiskinan dan pendapatan (Bateman 2011). Besarnya realisasi penyaluran KUR merupakan faktor yang potensial untuk meningkatkan produktifitas dan aktifitas ekonomi sehingga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi tingkat kemiskinan. Klaim bahwa KUR memberikan dampak positif terhadap usaha mikro seiring dengan semakin meningkatnya penyaluran KUR setiap tahun. Penelitian dampak pembiayaan mikro pada pendapatan rumah tangga usaha mikro ini mengandalkan data pada tingkat mikro yaitu data rumah tangga, seperti dilakukan oleh (Imai, Arun dan Annim 2010; Khandker 2005).

Banyak penelitian mengenai dampak kredit mikro yang telah dilakukan. Misalnya, Wadud (2013) melihat dampak kredit mikro terhadap kinerja pertanian (agricultural farm) di Bangladesh. Pendapatan petani yg mendapat kredit mikro menunjukkan dampak positif. Rata-rata pendapatan pertanian yg menerima mikro

29 kredit 9,46 persen lebih tinggi dari yg tidak medapat kredit mikro. Di Pakistan, Noreen et al. (2011) menguji dampak pembiayaan mikro untuk mengurangi kemiskinan dengan mengukur tingkat pendidikan anak, perumahan, ketahanan makanan, pengeluaran rumah tangga dan aset rumah tangga. Pembiayaan mikro juga memberikan dampak positif dan meningkatkan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga peminjam dilakukan oleh (Akram&Hussain 2011) di Pakistan dan (Hossain 2012) di Bangladesh. Masih di Pakistan, Shirazi dan Khan (2009) meneliti dampak positif mikro kredit telah mengurang kemiskinan sebesar 3.05 persen selama periode penelitiannya dan peminjam cenderung berpindah ke kelompok yang berpenghasilan lebih tinggi. Kredit rumah tangga memiliki dampak positif dan signifikan terhadap kesejahteraan ekonomi rumah tangga di Vietnam yaitu meningkat nya tingkat konsumsi per kapita baik makanan maupun non makanan (Quarch et al 2005). Duong & Thanh (2015) meneliti dampak kredit mikro terhadap kesejahteraan rumah tangga di pedesaan di Vietnam. Hasil menunjukkan bahwa kredit mikro meningkatkan standar hidup dilihat dari sisi pendapatan dan konsumsi. Namun untuk masyarakat miskin ternyata tidak ada bukti yang menunjukkan adanya dampak pada pendapatan, hanya pada konsumsi saja.

Wanita sering diabaikan dalam pembiayaan mikro sehingga sering dibatasi. Vitor (2012) meneliti bahwa wanita yang menggunakan mikro kredit memiliki pendapatan usaha lebih tinggi daripada yang tidak menggunakan kredit mikro dalam usahanya. Pembiayaan mikro memberikan dampak positif pada pengurangan kemiskinan diantara usaha wanita di Nigeria Selatan (Ifelunini dan Wosowei 2012).

Thoha (2000) meneliti tentang keefektivitas kukesra dalam pengentasan kemiskinan dengan menyoroti beberapa aspek seperti umur, tingkat pendidikan, jumlah anak, kondisi rumah, jenis pekerjaan, penghasilan, jumlah ternak dan jenis peralatan rumah tangga yang dimiliki. Kredit tidak diberikan kepada nasabah yang relatif tua (diatas 50 tahun) karena lebih beresiko, sehingga kemungkinan terjadinya misalokasi kredit lebih besar. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin besar pula kemampuan dalam mengaktualisasi potensi dirinya untuk mengelola usaha. Kondisi rumah merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Ada 6 (enam) unsur pokok yang disoroti berkaitan dengan kondisi tempat tinggal usaha mikro yaitu luas bangunan, luas tanah, kondisi lantai, kondisi dinding, kondisi rumah (permanen dan tidak) dan status pemilikan rumah. Indikator lainnya yang digunakan untuk mengetahu kondisi sosial ekonomi adalah peralatan rumah tangga yang dimiliki karena merupakan aset rumah tangga. Semakin banyak jumlahnya maka semakin baik kondisi sosial ekonomi rumah tangga tersebut. Variabel ini digunakan skala likert dengan memberikan bobot yang sama yaitu 1 pada setiap jenis peralatan tersebut dengan demikian berdasarkan jumlah peralatan yang dimiliki. Thoha (2000) mengukur perbedaan variabel variabel diatas sebelum dan setelah mendapat kredit.