• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inefisiensi Penyaluran KUR Berdasarkan Pola Tipologi Wilayah Pat

USAHA RAKYAT

9 KREDIT USAHA RAKYAT DALAM PERWILAYAHAN KABUPATEN PAT

9.1 Inefisiensi Penyaluran KUR Berdasarkan Pola Tipologi Wilayah Pat

Dari tabel 8.4 di atas angka 1 dalam skala efisiensi berarti unit bank efisien, sedangkan nilai dibawah 1 berarti inefisien. Rata-rata inefisiensi dalam skala efisiensi adalah 0,987, dan inefisiensi tertinggi dicapai oleh bank unit JKN sebesar 0, 861. Untuk inefisiensi terendah dicapai oleh bank unit WN sebesar 0,999. Dengan demikian inefisien dikategorikan ke dalam 2 kelompok yaitu inefisiensi tinggi dan inefisiensi rendah seperti di tabel 9.1 berikut.

Tabel 9.1 Frekwensi skala efisiensi bank-bank unit penyalur KUR

Kategori Skala efisiensi Jumlah Prosentase

Efisien 1 18 51,43%

Inefisien rendah 0,931-0,999 15 42,86%

Inefisien tinggi 0,861-0,930 2 5,71%

Meskipun efisiensi dalam perhitungan ini relatif, namun menunjukkan sebagian besar bank-bank unit penyalur kredit usaha rakyat ini efisien (warna pink) lebih dari 50 persen sebanyak 18 unit, dan terbanyak

Tabel 9.2 Inefisiensi penyaluran KUR berdasarkan pola tipologi wilayah No Tipologi Wilayah Skor Karakteristik

Kec. Pucakwangi: 0,926 1. Sumber daya fisik

wilayah

Pegunungan kapur. Sebagai kecamatan paling ujung menyebabkan wilayah ini kurang aktifitas ekonominya dibandingkan dengan wilayah lain, sehingga mendorong penyaluran KUR yang kurang optimal dan sangat tidak efisien apalagi penyaluran KUR diperebutkan oleh dua bank unit yaitu PW dan KW. KW mampu mencapai efisien karena letaknya berbatasan dengan kecamatan Winong, sedangkan PW berbatasan dengan pegunungan.

2. Sumber daya manusia

Jumlah penduduk di Kec. Pucakwangi hanya 40.847 termasuk lima terkecil dengan 10.865 penduduknya miskin yang berarti skala ekonomi dalam penyaluran KUR pun kecil.

Kec. Jakenan 0,861 1. Sumber daya fisik

wilayah

Daerah barat Jakenan merupakan DAS Sungai Juwana yang setiap musim penghujan menjadi langganan banjir akibat meluapnya Sungai Juwana. Pada awal tahun 2008, banjir menenggelamkan daerah barat Kecamatan Jakenan hingga kedalaman 3,5 meter yang berlangsung selama lebih dari satu bulan. Faktor ini yang mendorong penyaluran KUR di kecamatan ini tidak optimal dan sangat tidak efisien.

2. Sumber daya manusia

Jumlah penduduk di Kec. Jakenan hanya 40.588 termasuk dua terkecil dengan 11.625 penduduknya miskin yang berarti skala ekonomi dalam penyaluran KUR pun kecil. 3. Aktifitas ekonomi Mata pencaharian penduduk Kecamatan

Jakenan sebagian besar adalah bertani dengan memanfaatkan lahan pertanian berupa sawah tadah hujan. Sebagian lagi menggantungkan hidup sebagai buruh pada berbagai industri yang ada di kota Juwana dan Pati Kota. Karena minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia maka tidak sedikit warga yang pergi merantau ke lain daerah bahkan ke luar negeri, seperti umumnya warga Kabupaten Pati lainnya. Kurangnya aktifitas ekonomi menyebabkan kurang optimalnya penyaluran KUR.

95 kedua adalah inefisen yang rendah (warna hijau) sebanyak 15 unit (42,86 persen) dan sangat inefisien (warna kuning) sebanyak 2 atau 5,71 persen yaitu bank unit JKN dan PW (gambar 9.1). Terdapat 21 kecamatan di Kabupaten Pati. Kedua bank unit yang memiliki inefisien yang tinggi berada di bawah wilayah Pati atau bagian selatan. Wilayah Pucakwangi merupakan wilayah tenggara paling ujung berbatasan dengan Kabupaten Blora yang dipisahkan oleh gunung kapur. Wilayah Jakenan juga berada di bagian tenggara kabupaten Pati. Berdasarkan gambar peta dibawah, wilayah Pati bagian Selatan yang tidak efisien (warna hijau) adalah kecamatan Jaken, Winong, Tambakromo dan sebagian Gabus. Sisanya berada dalam kondisi efisien untuk wilayah selatan kabupaten Pati.

Kecamatan Pucakwangi. Kecamatan Jakenan, Jaken, Pekalongan dan

Pucakwangi dulu merupakan wilayah dengan kawedanan yang sama yaitu Jakenan. Di kecamatan ini terdapat dua bank unit yaitu (PW dan KW) dimana KW tercapai efisiensi namun PW tidak efisien. Wilayah-wilayah ini merupakan wilayah dengan tipologi yang sama yang berada di wilayah selatan dan timur kabupaten Pati. Kecamatan Pucakwangi merupakan wilayah tenggara paling ujung yang berbatasan dengan kabupaten Blora yang dibatasi oleh pegunungan Kapur. Sebagai wilayah paling ujung menyebabkan wilayah ini kurang aktifitas ekonominya dibandingkan dengan wilayah lain, sehingga mendorong penyaluran KUR yang kurang optimal dan sangat tidak efisien apalagi penyaluran KUR diperebutkan oleh dua bank unit.

Kecamatan Jakenan. Kecamatan Jakenan terletak di bagian timur

Kabupaten Pati (sekitar 16 km ke arah timur kota Pati). Berada di ketinggian antara 10-25 meter dpl. Di sebelah barat berbatasan dengan Pati kota yang dibatasi oleh sungai terbesar di Kabupaten Pati, yaitu Sungai Juwana. Seluruh wilayahnya terletak di dataran rendah dengan tanah berjenis "aluvial". Daerah barat yang menjadi Daerah Aliran Sungai Sungai Juwana setiap tahun pada musim penghujan menjadi langganan banjir akibat meluapnya Sungai Juwana. Pada awal tahun 2008, banjir menenggelamkan daerah barat Kecamatan Jakenan hingga kedalaman 3,5 meter yang berlangsung selama lebih dari satu bulan. Faktor ini yang mendorong penyaluran KUR di kecamatan ini tidak optimal dan sangat tidak efisien.

Secara administratif, Kecamatan Jakenan terdiri atas 23 desa yang terbagi ke dalam 58 Rukun Warga (RW) dan 341 Rukun Tetangga (RT). Mata pencaharian penduduk Kecamatan Jakenan sebagian besar adalah bertani dengan memanfaatkan lahan pertanian berupa sawah tadah hujan. Sebagian lagi menggantungkan hidup sebagai buruh pada berbagai industri yang ada di kota Juwana dan Pati Kota. Karena minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia maka tidak sedikit warga yang pergi merantau ke lain daerah bahkan ke luar negeri, seperti umumnya warga Kabupaten Pati lainnya. Selain padi, produk pertanian daerah ini adalah kedelai dan kacang hijau.Perekonomian Kecamatan Jakenan mepunya tiga pasar : pertama Pasar Jakenan yang diberi nama Pasar "GO REJO" Pasar ini digunakan sebagai Pasar Orang dan Pasar Hewan namun pasar ini mulai sepi. Kedua Pasar Sembaturagung yang disebut Pasar Jagan bertempat di Desa Sembaturagung dibuka setiap hari. Ketiga Pasar Banglean yang terdapat di desa Tambahmulyo.

Wilayah lain yang tidak efisien atau inefisien rendah ada 15 dari bank unit yaitu BM, GS, GB, JK, MR, MH, TK, WR, WN, J1, PK1, TY, NG, PH dan PL.

Kecamatan Widarijaksa. Wilayah Kecamatan Widarijaksa merupakan wilayah bank unit yang tidak efisien karena kecamatan ini merupakan wilayah tersempit kedua di Kabupaten Pati. Sebagai wilayah tersempit kedua mempengaruhi penyaluran KUR yang tidak optimal sehingga terjadi inefisien. Apalagi di kecamatan ini terdapat dua bank unit (WR dan PH), keduanya penyaluran KUR tidak efisien.

Kecamatan Wedarijaksa terletak lebih kurang 9 km ke arah utara kota Pati. Terletak di ketinggian antara 1-28 meter dpl, wilayah kecamatan Wedarijaksa terdiri dari tanah Regasol, Latosol dan sebagian lagi berjenis Red yellow mediteran. Dengan luas wilayah seluas 4.085 ha yang terdiri atas lahan persawahan seluas 1.967 dan lahan bukan sawah seluas 2.118. Penduduk kecamatan Wedarijaksa berjumlah 57.666 jiwa dengan komposisi 28.630 jiwa laki-laki dan sisanya 29.036 jiwa perempuan. Sebagian besar penduduk kecamatan Wedarijaksa berprofesi sebagai petani dengan komoditas utama padi, tebu, palawija dan tanaman buah. Selain itu tidak sedikit pula yang berprofesi di bidang niaga, industri rumah tangga dan pelayanan jasa. Dalam bidang ekonomi, masyarakat kecamatan Wedarijaksa memiliki 6 buah pasar tradisional yang salah satunya terletak di pusat kota kecamatan.

Kecamatan Jaken. Kecamatan Jaken terletak di ujung timur dan tenggara

dari Kabupaten Pati yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Rembang. Ibu kota kecamatan ini terletak 30 km ke arah barat dari ibu kota kabupaten Pati. Luas wilayahnya 58,52 km persegi dengan jumlah penduduk 45.209 jiwa yang tersebar di 21 desa. Di bagian selatan Kecamatan jaken ini dibatasi oleh pegunungan kapur utara. Kurangnya aktifitas ekonomi dibandingkan dengan kecamatan lain mendorong penyaluran KUR tidak optimal di wilayah ini.

Kecamata Winong. Bank unit PL dan WN berada di wilayah Kecamatan

Winong. Keberadaan dua bank unit dalam suatu wilayah kecamatan menyebabkan masing-masing bank unit kurang optimal dan tidak efisien dalam menyalurkan KUR meskipun bank unit WN inefisiensinya 0,999. Meskipun kecamatan Winong merupakan kecamatan dengan ibukota kecamatan terbesar setelah Pati, Juwono dan Tayu, tapi nampaknya penyaluran KUR belum optimal.

Kecamatan Margoyoso. Di kecamatan ini terdapat dua bank unit BM yang

tidak efisien dan NGP yang mampu efisien. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, petani tambak, nelayan, wiraswasta dan buruh. Margoyoso dikenal dengan industri tepung tapioka, tepatnya di Desa Ngemplak Kidul. Dengan adanya industri di desa Ngemplak ini mendorong penyaluran KUR di bank unit NGP bisa optimal. Di daerah ini terdapat wisata religi Makam Syekh Ronggo Kusumo (di Desa Ngemplak Kidul) dan Makam Syekh Akhmad Mutamakkin (di Desa Kajen), serta wisata alam Tambak Buntu. Hal ini yang mendorong kegiatan aktifitas ekonomi di wilayah ini meningkat.

Kecamatan Margorejo. Secara geografis kecamatan ini berada di wilayah

barat kabupaten Pati. Terdiri dari 18 desa, 28 dukuh, 62 rukun warga dan 318 rukun tetangga. Jumlah penduduk 56.731 orang. Topografi permukaan daratan kecamatan ini relatif datar dengan sedikit perbukitan. Luas tanah sekitar 6.181 hektar, terbagi tanah sawah seluas 2.755 hektar dan bukan sawah seluas 3.426 hektar. Di wilayah bagian selatan kecamatan Margorejo merupakan dataran rendah dilalui sungai Silugonggo yang cukup besar, dan setiap tahun menggenangi desa Langenharjo, desa penambuhan dan desa jambean kidul.

97 Kerugian yang ditimbulkan oleh banjir ini sangat besar. Dengan kondisi seperti ini mempengaruhi penyaluran KUR karena bank menghindari gagal kredit.

Kecamatan Juwono. Kota Juwana merupakan kota di pesisir utara pulau Jawa yang terletak di jalur pantura yang menghubungkan kota Pati dan kota Rembang. Kota Juwana merupakan kota terbesar kedua di Kabupaten Pati setelah Pati. Di kota ini terkenal dengan industri kerajinan kuningan dan pembudidayaan bandeng. Merupakan daerah pesisir dan dataran rendah dengan tanah berjenis aluvial dan red yelloy mediteran. Kota ini juga dilalui oleh sungai Juwana (disebut juga sungai Silugonggo) yang menjadi daerah aliran sungai waduk Kedungombo. Sungai terbesar di Kabupaten Pati ini tiap tahun mengakibatkan banjir termasuk di kota Juwana. Luas wilayah kecamatan Juwana adalah 5.593 ha (55,93 km²). Di Kecamatan ini terdapat dua bank unit penyalur KUR, yaitu J1 dan J2. Dri kedua bank unit tersebut satunya efisien dan satunya inefisien. Seperti halnya di kecamatan-kecamatan lainnya, untuk keberadaan dua bank unit dalam satu kecamatan menyebabkan salah satunya tidak efisien.

Jumlah penduduk kecamatan Juwana sebanyak 87.484 jiwa yang terdiri atas 43.565 jiwa laki-laki dan 43.919 jiwa penduduk perempuan. Mayoritas penduduk kecamatan Juwana bermata pencarian sebagai petani, nelayan dan buruh. Kecamatan ini mempunyai banyak lapangan kerja. Hal yang menjadi ciri khas kecamatan Juwana adalah usaha kerajinan logam kuningan yang sebagian besar terdapat di desa Growonglor dan sekitarnya, serta usaha tambak perikanan di desa Bajomulyo, Agungmulyo dan desa-desa sekitarnya. Dua perusahaan kuningan terbesar dari kota Juwana adalah Krisna & Sampurna.

Kota Juwana juga merupakan kota industri. Pabrik Rokok Djarum mempunyai cabang produksi di Kota Juwana, dan juga Pabrik Rokok Tapel Kuda, yang merupakan salah satu pabrik rokok tertua di Indonesia, basis produksi nya berada di kota Juwana. Selain Pabrik Rokok, kota Juwana juga memiliki pabrik minyak kacang.

Pelabuhan Juwana menjadi salah satu tulang punggung kekuatan perekonomian kecamatan Juwana. Pelabuhan ini menjadi salah satu pintu masuk kapal-kapal pengangkut kayu dari Kalimantan. Hasil tambak maupun tangkapan nelayan yang didapat antara lain: bandeng, udang, tongkol, kakap merah, kepiting, ikan pe, cumi, dan kerapu.

Kecamatan Gembong. Satu-satunya kecamatan yang mempunyai dua

waduk sekaligus, yaitu waduk Gunung Rowo dan Waduk Seloromo. Secara geografis, kecamatan Gembong terdapat di lereng Gunung Muria dan berbatasan langsung dengan kabupaten Kudus, mempunyai kebun kopi yang sangat luas, yaitu terdapat di desa Jolong. Jarak dari ibukota Pati sekitar 14 km ke arah barat laut. Wilayahnya mempunyai luas 6.730 ha yang sebagian besar berupa hutan dan perkebunan. Sebagai daerah yang berada di ketinggian berkisar antara 20-900 meter dpl, kecamatan Gembong memiliki tanah berjenis Latosol. Secara administratif, kecamatan Gembong merupakan kecamatan dengan jumlah desa paling sedikit di Kabupaten Pati karena hanya terdiri atas 11 desa yang terbagi dalam 85 Rukun Warga (RT) dan 276 Rukun Tetangga (RT). Jumlah desa yang sedikit berarti jumlah penduduk juga lebih sedikit sekitar 40.780 jiwa. Hal ini menyebabkan penyaluran KUR belum optimal. Sebagian besar penduduk kecamatan Gembong berprofesi sebagai petani dengan komoditas utama padi, tanaman buah (rambutan, durian, jeruk) dan tanaman keras.

Kecamatan Gabus. Kecamatan Gabus terletak di bagian selatan Kabupaten

99 utara kecamatan ini menjadi langganan banjir setiap tahun akibat meluapnya Sungai Juwana. Dahulunya kecamatan ini menjadi bagian dari Kawedanan Kayen. Kecamatan Gabus seluas 5.551 ha (55,51 km²). Merupakan daerah dataran yang sebagian besar merupakan tanah berjenis aluvial yang terletak di ketinggian antara 5 sampai dengan 30 meter dpl. Mengingat banjir di wilayah ini mengakibatkan sering terjadinya kerugian pertanian, perikanan maupun usaha-usaha mikro, maka diperkirakan penyaluran KUR kurang optimal dan efisien di wilayah ini. Selain itu di kecamatan ini terdapat 3 bank unit yaitu KB, TM dan GB sehingga penyaluran KUR semakin ketat. Hanya bank unit GB saja yang kinerjanya tidak efisien.

Kecamatan Tayu. Kecamatan Tayu merupakan kecamatan termaju ketiga

di Kabupaten Pati setelah kecamatan Pati dan kecamatan Juwana. Terletak lebih kurang 27 km ke arah utara kota Pati, tepat di jalur yang menghubungkan Pati dengan Jepara.

Kecamatan ini berada di keinggian antara 1 - 41 meter dpl dan sebagaimana daerah lain di kabupaten Pati bagian utara, Tanah di Kecamatan Tayu terdiri atas tanah Aluvial, Red Yellow dan regosol. dengan luas 4.759 ha yang terdiri atas 2.038 ha lahan sawah dan sisanya seluas 2.721 ha lahan non sawah. Secara administratif, Tayu terbagi dalam 21 desa yang memiliki 72 Rukun Warga (RW) dan 368 Rukun Tetangga (RT). Di kecamatan ini terdapat dua bank unit penyalur KUR yaitu (TY dan PK). Bank unit PK mengalami optimal dan efisien dalam penyaluran KUR karena tingkat aktifitas ekonomi di daerah ini tinggi didorong keberadaannya pabrik gula di wilayah ini. Sebaliknya bank unit TY kurang efisien. Kecamatan Tayu mempunyai penduduk sebanyak 68.545 jiwa yang terdiri atas 34.074 penduduk laki-laki dan 34.471 penduduk perempuan.

Kecamatan Tambakromo. Kecamatan Tambakromo terletak di bagian

selatan Kabupaten Pati. Bagian selatannya merupakan bagian dari Pegunungan Kapur Utara yang sekaligus menjadi pembatas dengan Kabupaten Grobogan. Dahulunya kecamatan ini menjadi bagian dari Kawedanan Kayen. Di kecamatan ini terdapat dua bank unit yaitu AL dan TK. Bank unit AL mencapai penyaluran KUR yang optimal sebaliknya bank unit TM kurang efisien. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah sekitar 72,47 km/2 dengan sebagian besar adalah daerah persawahan. sementara jumlah penduduk daerah tersebut sekitar 47.660 jiwa, terdiri dari 22.909 jiwa laki-laki dan 24.751 jiwa perempuan serta berkepadatan 730,29jiw/km2. Dari luas wilayah tersebut penduduknya tersebar di 18 desa. Pendduk tersebut sebagian besar adalah petani, selain itu juga adalah pedagang dan sebagian besar sebagai perantau atau buruh migran. Perekonomian daerah tersebut tergolong maju, karena di topang oleh banyaknya buruh migran. sementara untuk pendidikan daerah ini tidak begitu menonjol di banding kecamatan-kecamatan pati lainya. Sebagai daerah pegunungan daerah ini mempunyai beberapa tempat wisata yang menjadikan kegiatan ekonomi semakin meningkat.