• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRIMA (STUDI PADA PEMERINTAH KABUPATEN PASAMAN BARAT) Aldri Frinaldi

E- GOVERNMENT: STUDI PENDAHULUAN DI KABUPATEN SRAGEN Ikhsan Darmawan

2. KEBIJAKAN E-GOVERNMENT KABUPATEN SRAGEN

2.5 Faktor Pendukung Keberhasilan

Pertanyaan penting berikutnya adalah, apa saja faktor pendukung keberhasilan kebijakan e-government di Kabupaten Sragen? Paling tidak, ada

6(enam) faktor yang menjadi pendukung

keberhasilan e-government di Kabupaten Sragen (Wahid, 2007), yaitu:

1. Kepemimpinan politik yang kuat dengan visi yang jelas. Manajemen perubahan (change management) untuk mengatasi masalah organisasi dan kultur hanya dapat dilakukan dengan baik dengan dukungan kepemimpinan yang kuat. Tantangan organisasi dan kultural umumnya lebih sulit diselesaikan daripada tantangan dari sisi teknologi. Mantan Bupati Sragen yang menggagas e-government di Sragen, Untung Wiyono, menyatakan, ”Manajemen perubahan perlu untuk menjamin keberhasilan implementasi e-government”. Bahkan dalam beberapa pertemuan dengan staf, Bupati

mempersilakan kepada yang menentang

kebijakan implementasi untuk mundur dari jabatannya. Kepemimpinan politik yang kuat dengan visi yang jelas ini telah memberikan hasil yang nyata, berupa dukungan dari para staf dan bahkan rival politiknya di DPRD.

2. Pelibatan semua pihak. Kepemimpinan yang kuat telah memberikan iklim yang baik untuk membangkitkan kesadaran bersama akan arti penting dukungan semua pihak terhadap e-government. Tahap awal implementasi bukan tanpa hambatan. Awal dibukanya KPT telah memunculkan sinisme dari banyak pihak. Adopsi inovasi, dalam hal ini KPT, jika dipandang

belum terbukti bermanfaat seringkali

mendapatkan resistansi. Namun, ketika inovasi sudah terbukti, maka akan mudah untuk mendapatkan dukungan banyak pihak. Pelibatan semua pihak akan mengurangi resistensi ini. Pelibatan semua pihak dalam implementasi e-government dari berbagai tingkatan, mulai kabupaten sampai desa, merupakan modal awal keberhasilan. KPT telah mengubah paradigma pelayanan publik di Sragen. Hubungan antar lembaga pun menyesuaikan. KPT sebagai sebuah one-stop service telah berhasil menyatukan

komitmen semua dinas terkait dalam

memudahkan dan meningkatkan kualitas layanan publik.

3. Penyiapan sumberdaya manusia. Dalam implementasi e-government di Sragen, salah satu kendala yang sangat nyata pada tahap awal adalah kapabilitas sumberdaya manusia. Di samping itu, masalah besar lainnya adalah mengubah pola pikir. Pelatihan, konsultasi, dan studi banding ke beberapa perusahaan swasta pun dilakukan. Bahkan seragam staf di KPT pun

[74] tidak jauh dengan seragam pegawai di pegawai perusahaan swasta seperti bank. Semua dilakukan untuk memberikan kenyamanan dalam pelayanan publik.Untuk menyiasati masalah kapabilitas individu, pelatihan teknologi informasi dilakukan secara teratur. Setiap Kepala Dinas bahkan harus didampingi oleh seorang operator yang terlatih.

4. Implementasi secara bertahap. Implementasi secara bertahap adalah pelajaran lain yang bisa diambil. KPT adalah sebuah pilihan baik untuk mengawali implementasi e-government. Selain karena melibatkan banyak pihak, dampak terhadap layanan publik dapat langsung terasa.

Selain dapat menyiasati keterbatasan

sumberdaya, implementasi secara bertahap ini juga akan memudahkan proses difusi dengan mengurangi risiko dan menurunkan resistensi. 5. Pembangunan kemitraan. Kemitraan dengan

berbagai pihak pun dikembangkan. Sebagai contoh, aplikasi untuk pencetakan Kartu Tanda Penduduk merupakan hasil kerja sama bagi hasil dengan sebuah perusahaan swasta. Dengan demikian, investasi yang harus dikeluarkan tidak terlalu besar tanpa mengorbankan kualitas layanan.

Untuk memperbaiki cetak biru e-government, pihak perguruan tinggi pun dijadikan mitra.

Kemitraan dengan beberapa lembaga

internasional yang terkesan dengan kualitas layanan publik Sragen juga dilakukan. Kemitraan yang baik ini dengan berbagai pihak, selain akan memecahkan masalah keterbatasan sumberdaya, juga akan meningkatkan kualitas.

6. Melakukan evaluasi secara rutin. Untuk

mengukur keberhasilan e-government,

Pemerintah Kabupaten Sragen melakukan evaluasi rutin meskipun masih bersifat terbatas pada kualitas layanan publik yang diberikan oleh KPT. Setiap tahun, KPT melakukan survei kepada pengguna layanan, untuk mengukur kualitas, dan sekaligus mendapatkan umpan balik untuk perbaikan.

3. PENUTUP

Pemerintah Kabupaten Sragen telah

menunjukkan bahwa e-government telah

memberikan dampak positif terhadap pelaksanaan pemerintahan di wilayahnya. Hal ini patut untuk dicontoh oleh daerah-daerah lain.

Hanya saja, masih terdapat kelemahan dalam implementasi e-government di Kabupaten Sragen. Sebagai contoh, sampai saat ini, publik belum bisa mengakses layanan secara langsung melalui Internet,

melainkan harus melalui titik layanan seperti KPT dan kantor kecamatan (Wahid, 2007).

Akan tetapi, walaupun demikian, belajar dari best practices di Kabupaten Sragen selama ini, bukan tidak mungkin ke depannya kelemahan tersebut akan dapat diatasi dan sehingga akhirnya pelayanan publik e-government di Kabupaten Sragen menjadi jauh lebih baik dari saat ini.

PUSTAKA

Hartono, Dwiarso Utomo, dan Edy Mulyanto, Electronic Government Pemberdayaan Pemerintahan dan Potensi Desa Berbasis Web, Jurnal Teknologi Informasi, Volume 6 Nomor 1,

April 2010, Diunduh dari

research.pps.dinus.ac.id/.../ELECTRONIC%20G OVERNMENT%20PEMBERDAYAAN%20PE MERIN..., pada 15 Mei 2011, pukul 20:31 WIB. Isnadi, Penerapan E-government dan Penerapan

Mindset, diunduh dari www.itu.int/ITU- D/asp/CMS/Events/2011/ITU.../Session2-Isnadi.pdf, pada 15 Mei 2011, pukul 20:09 WIB. LKPP (2010). Implementasi E-Procurement sebagai

Inovasi Pelayanan Publik. Diunduh dari www.lkpp.go.idv2filescontentfileeProc%20book %20final.pdf pada 15 Mei 2011, pukul 13: 31 WIB.

OECD, 2005, E-Government for Better Government, Paris: OECD Publishing.

Prasojo, Eko, Teguh Kurniawan, dan Defny Holidin (2007). State Reform in Indonesia. Depok: Administrative Science Department, University of Indonesia.

Sulihanto, Budi, Penerapan E-government di

Kabupaten Sragen, Diunduh dari

http://fit.uii.ac.id/media/egovernmentkabupatensr agen.pdf, pada 16 Mei 2011, pukul 07:59 WIB. Wahid, Fathul, Pelajaran dari Implementasi

E-government di Sragen, Paper di Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2007

(SNATI 2007), Diunduh dari

journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/view/174 1/1521, pada 15 Mei 2011, pukul 18:28 WIB. Biodata Penulis

Penulis adalah Staf Pengajar di Departemen Ilmu Politik FISIP UI. Saat ini juga menjadi Sekretaris Program Studi Ilmu Politik Jenjang Sarjana Parallel di Departemen Ilmu Politik FISIP UI.

[75]

i Minat dalam hal ini dapat diartikan niat dan keinginan dari instansi pemerintah tersebut dan belum sampai pada tahap terdapat kebijakan khusus atau bahkan implementasi kebijakan. ii Data BPS Sragen Januari 2010.

iii Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten

Sragen, diunduh dari

http://www.sragenkab.go.id/home.php?menu=11, pada 11 Mei 2011, pukul 23: 53 WIB. Poin penataan kembali sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah berada di urutan pertama.

[76]

MANAJEMEN SINERGITAS UNTUK PENGUATAN EKONOMI KERAKYATAN