• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inovasi Kelembagaan Penyediaan Air Bersih di Calang - Kabupaten Aceh Jayaii

BEST PRACTICE PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN

3. Inovasi Kelembagaan Penyediaan Air Bersih di Calang - Kabupaten Aceh Jayaii

3.1. Latar Belakang

Calang merupakan salah satu Kota di Kabupaten Aceh Jaya.Karena Calang merupakan daerah yang terkena Tsunami pada tahun 2004, maka calang merupakan objek rehabilitasi dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR).Salah satu yang dilakukan BRR adalah mendirikan Water Treatment Project yang selesai pada tahun 2006.Namun sayangnya, hingga tahun 2008 instalasi air bersih tersebut belum dapat menghasilkan air bersih karena Kabupaten tidak memiliki daya untuk mengelolanya.

3.2. Metode dan Solusi

Karena ketidaksanggupannya, Kabupaten

mengajukan bantuan kepada beberapa donator luar negeri yakni Local Government support Program (LGSP) dan American Red Cross (ARC). Untuk membenahinya, ARC mengajukan pembangunan guna pengoperasionalisasian WTP tersebut, dengan prasyarat Pemerintah Daerah harus mampu mengelolanya, yakni dengan mendirikan organisasi pengelola air bersih serta penggajian pegawainya.

Terkait dengan hal tersebut, LGSP mengadakan workshop dengan mengundang beberapa pihak yang berpengalaman dalam mengoperasionalkan WTP, baik LSM maupun organisasi pemerintah daerah

lainnya. Undangan diantaranya adalah

Environmental ServiceProgram (ESP) memaparkan beberapa keuntungan dan kekurangan BPAM, BLU dan PDAM,sementara LGSP mempresentasikan metode Kerjasama antar daerah dan Kerjasama denganpihak ke tiga (service contraction). Selain itu juga ada Panel Diskusidengan narasumber dari PDAM Tirta Nadi (Sumatera utara), dan BPAMSI NAD (Badan Pengurus Air Minum Seluruh Indonesia Provinsi NAD) membahas tentang lembaga yang cocok untuk diterapkan di Aceh Jaya.

[100] Hasil diskusi menghasilkan beberapa sarana antara lain :

Pengelola air minum sebaiknya bukan dari pegawai negeri (belajar dari kasus PDAM Aceh Barat) karena banyak kendala dalam pengoperasionalnya, sehingga PDAM tidak direkomendasikanuntuk diterapkan. Diperoleh informasi bahwa dari 300 lebih PDAM yang ada di Indonesia, hanya 50 PDAM yang sehat, hanya belasan saja yang mampu memberikan kontribusi terhadap PAD,sedangkan lebih dari 220 PDAM merupakan PDAM ”sakit”,

Berdasarkan kedua hal tersebut

pembentukan PDAM untuk Calang tidak direkomendasikan oleh para narasumber. Selanjutnya dengan menelaah berbagai peraturan perundangan mengenai pengelolaan urusan daerah,

LGPS menyampaikan rekomendasi bentuk

pelaksana operasionalisasi pelayanan air bersih dilakukan dalam bentuk Badan Layanan Umum sebagaimana di tentukan dalam Peraturan Kementerian Keuangan. Untuk pengelolaan Air bersih di Aceh Jaya, Badan Layanan Umum Daerah ini didesain sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa Penyediaan Air Minum yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Rekomendasi ini ditindaklanjuti oleh Bupati Aceh Jaya, Ir. Azhar Abdurrahman, dengan workshop lanjutan yang dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2008di Aceh Jaya yang menghasilkan beberapa tindak lanjut rencana kegiatan antara lain dengan:

Merumuskan panitia persiapan pengelolaan air bersih

Batasan tugas Panitia persiapan

pengelolaan air bersihpaling lama enam bulan. Panitia persiapan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah (SEKDA)

Biaya akibat dikeluarkannyakeputusan ini dibebankan bersama kepada APBD (untuk personil pemerintah daerah), ARC(training-training dan pertemuan), BRR (tenaga ahli) dan LGSP (tenaga ahli)

Penetapan tugas panitiapersiapan antara lain :

 Melakukan analisa terhadap

bentuk-bentuk pengelolaan yang lebih efektifdan efisien

 Mempercepatproses pembentukan struktur pengelola air bersih,

 Menyusun draft regulasi dan mekanisme pengelolaan,

 Menyusun draft qanun biaya

retribusi airbersih,

 Menyusun program peningkatan kapasitas bagi pengelola dan operator pengelolaan airbersih. Perumusan kriteria dan Kualifikasi serta Rekruitment Pegawai BLUD

BLU ini kemudian diberi nama BLUD-SPAM Tirta Mon Mata.

Analisis jumlah kebutuhan pegawai idealdan kriteria dan kualifikasi pegawai BLUD Tirta Mon Mata ditujukan agarterdapat penilaian standar guna menghindari penilaian yang subjektif dan nepotisme.Dengan demikian panitia persiapan yang juga akan menjadi tim seleksi mempunyai cara penilaian yang sama. Kriteria dan kualifikasi ini kemudian ditetapkandengan SK Bupati

Proses rekruitment diawali denganpengumuman penerimaan di surat kabar lokal. Peserta dapat mengirimkan lamaran melalui email dan kotak Pos. Bagi Pemerintah Aceh Jaya, ini merupakanhal baru, dimana biasanya rekruitmen pegawai selalu dilakukan di kantor bupati atau SKPD teknis. Sistem rekruitment ini dinilai cukup efektif,efisien dan tidak mengganggu rutinitas panitia persiapan.

Panitia persiapan memilih tiga terbaik untuk

masing-masing posisi dan

kemudianmerekomendasikan satu nama sebagai kandidat kuat mengisi posisi yang disediakan. Namunsebelum menetapkan melalui SK Bupati,

Bupati dan Wakil Bupati Aceh Jaya

melakukanwawancara secara langsung dengan ketiga kandidat terbaik dan meminta komitmennya untukmengabdi kepada kabupaten Aceh Jaya dengan segala keterbatasan sarana dan prasarananya.

Praktek baik dalam rekruitmen karyawan BLU ini kemudian diterapkan dalam rekruitmen karyawan di BLUD Rumah Sakit Umum Daerah, karenadengan system ini panitia persiapan dapat bekerja secara efektif, efisien, transparan, akuntabel danbebas dari Kolusi dan Nepotisme.

Karena BLUD SPAM merupakan yang terbesar di Indonesia, maka PUmenjadikan Tirta Mon Mata sebagai salah satu Pilot Project-nya dan menjanjikan program insentif nasional.Buku panduan fasilitator

yang disusun berdasarkan pengalaman

pendampingan di KabupatenAceh Jaya pun kemudian digunakan menjadi buku panduan resmi proses pelembagaan BLUD-SPAMoleh BPP-SPAM Republik Indonesia.

3.3. Point Penting

Menyadari bahwa permasalahan yang kompleks sering kali harus ditangani oleh berbagai pihak yang memiliki komitmen untuk membantu. Namun demikian peran aktif dari pemerintah daerah sendiri menjadi salah satu kunci utama yakni melaksanakan rencana kerja tindak lanjut

[101] yang disepakati dengan benar-benar mematuhi target waktu yang diberikan. Dengan demikian, lembaga donor pun akan dapat meneruskan bantuannya

Pendisainan dan keputusan pelaksanaan kegiatan atau program dilakukan dengan hati-hati melalui sharing pengetahuan dengan lembaga lain yang pernah melakukan kegiatan sejenis, guna melihat

kekurangan dan kelebihan serta

kesesuaiannya dengan kebutuhan dan kemampuan daerah yang akan melakukan

kegiatan/pembentukan kelembagaan

tersebut. Dalam hal ini Aceh Jaya telah mencetak satu bentuk pelayanan air minum dengan bentuk Badan Layanan Umum yang dijadikan praktek terbaik, dimana pada umumnya, pelayanan air minum biasanya dikelola dalam bentuk Badan Usaha Milik Daerah.

Sistem rekruitmen yang transparan mudah dilakukan, mendapatkan hasil yang sesuai (bahkanmelebihi) dari yang diharapkan, meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kebijakanpemerintahan dan tidak menimbulkan gejolak karena semua kandidat merasa puas denganapapun hasil yang mereka terima.

4. Inovasi Pengadaan Air dan

Pengembangannya di Kabupaten Ngada, NTTiii

4.1. Latar Belakang

NTT merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang paling banyak memiliki wilayah yang kekurangan air bersih.Salah satunya adalah Desa

Sarasedu, Kecamatan Golewa Kabupaten

Ngada.Kekurangan air bersih dialami warga selama sepuluh tahun.Kondisi ini menjadi beban berat kaum perempuan, di mana untuk memperoleh air bersih, mereka harus berjalan kaki sekitar satu kilometer ke sumber air terdekat melewati perbukitan yang terjal.

Pada tahun 2003 Desa Sarasedu, ditawarkan program PNPM, dan masyarakat diperkenankan menyusun tiga usulan program prioritas melalui

Musyawarah Antar Desa (MAD). Proses

mengegolkan penyediaan air bersih sebagai prioritas dilalui dengan perdebatan alot. Dalam musyawarah tersebut, kaum perempuan Dusun Watumanu gigih mempertahankan usulan tersebut, namun tidak demikian bagi kaum laki-laki yang lebih menginginkan jalan desa.Kaum perempuan Dusun Watumanu didukung oleh sebagian besar kaum perempuan desa yang hadir pada musyawarah tersebut. Dari program PNPM, MAD di kecamatan forum menetapkan usulan sarana air bersih tersebut didanai sebesar Rp. 58juta.

Dari dana program ditambah sejumlah swadaya masyarakat dibangun 1 unit bangunan penangkap mata air (brontchaptering ), bak penampung, 5 hidran umum dan 4 tugu kran, dengan panjang jaringan perpipaan 1.050 meter. Sarana air bersih ini melayani 45 rumah tangga atau sekitar 225 jiwa.

Penyediaan sarana air bersih berbasis kebutuhan masyarakat ini, telah memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih yang layak. Hingga saat ini sarana air bersih masih berfungsi dan terawat dan bahkan telah dikembangkan dengan menambah 4 hidran umum baru.

4.2. Metode Pemeliharaan dan Pengembangan Sarana air bersih Desa Sarasedu merupakan idaman masyarakat selama bertahun-tahun.Sehingga setiap warga peduli terhadap pelestarian sarana tersebut.Kepedulian tersebut diwujudkan dalam pengelolaan sarana air bersih yang diorganisir dengan baik melalui Tim Pemelihara dan Pengelola Prasarana (TP3).Dalam struktur organisasi TP3, ada penasehat, ketua, sekretaris, dan bendahara. Untuk teknis operasional dibantu oleh seksi teknik, seksi usaha dana dan perencanaan.

Disetiap hidran umum yang melayani tiga hingga Rumah Tangga Miskin (RTM), dikeloladua orang pengurus yang membantu memelihara dan memantau secara rutin. Sebelum melaksanakan tugasnya, TP3 memperoleh pelatihan pembekalan dari fasilitator teknis (FT).

Melalui musyawarah desa, masyarakat

menyepakati iuran bagi pemanfaat air bersih sebesar Rp.250perjiwa/bulan, yang dikumpulkan oleh seksi usaha dan dana. Pemanfaatan iuran juga disepakati melalui musyawarah desa dan sudah beberapakali digunakan untuk mengganti kran air yang rusak.

Pada 2006 melalui musyawarah desa, masyarakat sepakat untuk memanfaatkan sebagian iuran air bersih ditambah dengan swadaya masyarakat, untuk peningkatan penyediaan jamban keluarga bagi RTM. Tahap pertama telah disediakan untuk pembangunan 20 unit jamban bagi 20 RTM. Penerima bantuan ditentukan secara partisipatif melalui musyawarah desa. Agar kegiatan ini tetap berkelanjutan maka pengadaan jamban keluarga ini dilakukan dengan cara bergulir. Hal ini dilakukan dengan memberlakukan ketentuan bahwa RTM yang menerima bantuan jamban keluarga membayarnya dengan mencicil kepada TP3. Dana cicilan yang terkumpul, digunakan kembali untuk menyediakan material pada RTM yang belum menerima bantuan. 4.3. Point Penting

Ketidakberdayaan kelompok masyarakat

memang memerlukan uluran tangan dari pihak luar

untuk membantu meningkatkan

keberdayaannya.Namun seringkali bantuan tersebut tidak mencukupi semua kebutuhan masyarakat tersebut.Diantara sekian banyak kebutuhan dasar

[102] yang mendesak dan terbatasnya anggaran, prakarsa dan keterlibatan masyarakat ternyata mampu memutuskan prioritas dan melaksanakannya dengan baik.Dalam hal ini pelibatan masyarakat dalam menentukan prioritas dapat meningkatkan komitmen

dalam melaksanakannya, bahkan

mengembangkannya untuk memecahkan

permasalahan lainnya.

5. Inovasi Peningkatan Hasil Ujian Nasional