• Tidak ada hasil yang ditemukan

Folklor, Daya Hidup, dan Pengalaman Spiritual

MEMAHAMI RAHASIA HIDUP MANUSIA JAWA Oleh Dr Suwardi Endraswara, M Hum.

A. Folklor, Daya Hidup, dan Pengalaman Spiritual

Folklor yang terkait dengan spiritualitas kejawen memang amat pelik. Fenomena folklor semacam ini, banyak dilakukan oleh para penghayat kepercayaan. Folklor spiritual adalah fenomena

unik, yang membutuhkan kedalaman dalam menggali makna di

balik fenomena itu. Dhavamony (1995:43) menyatakan bahwa fenomenologi religious, idak sekdar menangkap kulit, melainkan perlu menjelaskan apa yang dihayai oleh manusia. Hal-hal empiris tentang religiusitas, sering muncul dalam aneka ragam folklor. Biasanya dalam budaya Jawa folklor religious semacam itu dinamakan ilmu kejawen.

Ilmu yang terkait dengan rahasia hidup orang Jawa memang cukup pelik. Ilmu ini sesungguhnya telah lama ada di jagad Jawa.

Namun perlu diakui memang belum banyak yang mengetahui,

memahami dan mengamalkannnya. Yang jelas, manusia sering

kurang menyadari bahwa badan isiknya itu ibarat “damar kurung

tanpa sumbu”, arinya lampu yang terkurung tanpa sumbu, yang nyalanya sampai menerangi ke mana-mana. Hal ini idak lain

merupakan gambaran Kridhaning agesang, arinya daya hidup,

yang menyebabkan orang memiliki rasa cinta, benci, dan lain-lain

sebagai daya hidup.

Daya hidup itu suci, kudus, murni dan penuh ketulusan.

Dalam folklor spiritual, daya hidup itu dinamakan heneng-hening.

Suasana itu sejajar dengan isilah hierophany (penampakan

kudus) dalam isilah Eliade (Dhavamony, 1995:101). Inilah sebuah pencerahan hidup, yang dapat mengajak manusia mencapai spiritualitas. Penjilmaan sang daya hidup memang pening untuk

menggugah semangat hidup. Daya hidup itu sebuah pernyataan

sacral, yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Hidup manusia sering digerakkan terus-menerus oleh sebuah folklor spiritual ini, hingga manusia menemukan idenitas dirinya.

Hal demikian dapat dipengaruhi oleh apa saja, antara lain oleh daya hidup. Yang menjadi pertanyaan, apakah daya hidup itu muncul atas dasar olah pikir? Ternyata daya hidup itu idak melalui pikiran semata, melainkan telah bercampur dengan perasaan dan kemauan. Oleh karena itu dalam keyakinan kejawen daya hidup

itu dapat disebut daya perbawa. Daya perbawa adalah sebuah

kekuatan gaib yang idak terduga, tan kasatmata, yang muncul dari manusia. Kekuatan itu dalam folklor akan menumbuhkan

rasa percaya diri. Rasa itu boleh disebut sebagai katharsis (Ratna,

2011:64). Katharsis adalah penyucian jiwa, agar seseorang merasa cemerlang hidupnya. Hidup sudah menemukan daya atau energy suci, yang dikenal dalam ilsafat sebagai pencerahan.

Pekeri daya hidup itu dapat diperintah untuk keperluan apa saja, biarpun wujudnya idak kelihatan. Daya hidup itu

manusia perlu ingat pada daya hidup, sebab dia itu merupakan

teman hidup manusia di dunia. Untuk itu, kita perlu memperhaikan

pada orang yang memiliki daya hidup, terutama dalam hubungan

bermasyarakat. Daya hidup akan nampak pada sikap dan pekeri. Daya hidup juga dapat disebut sebagai ilmu rahasia (kagunan)

yang dapat membantu hidup manusia secara psikologis.

Salah satu pertanda kalau anda sedang berhubungan dengan orang yang memiliki daya hidup, akan merasa tenteram. Orang

tersebut akan tampak sabar, idak tergesa-gesa, idak berindak

yang tanpa pemikiran dan perasaan. Namun demikian daya hidup

itu amat wingit, idak bisa ditebak di mana tata letaknya dalam

badan kita. Daya hidup akan muncul dalam ucapan, sikap, dan

perbuatan secara simultan. Daya hidup itu jika dipandang, ibarat

sinar berlian. Sinar itu akan tampak terang, hingga membuat orang lain merasa aman tenteram.

Perlu diingat bahwa orang yang memiliki daya hidup itu ada

beberapa tanda yang nampak, antara lain: (1) orang tersebut idak banyak berkata-kata, hal ini bukan karena dia itu sombong,

(2) jika harus bicara orang tersebut tanpa pamrih (samadya)

saja, (3) dapat menyimpan rahasia, (4) jika berbicara selalu bijak,

membuat orang lain senang. Orang yang telah memiliki kekuatan

demikian, tergolong orang yang beruntung. Dalam isilah Rudolf Oto (Morris, 2003:174) orang yang mencapai derajat semacam

itu, telah menguasai keadaan supranatural. Hidup pada tataran supranatural, memanfaatkan numinous, arinya rasa kagum,

rasa yang sama sekali lain, misterius, terhadap dunia.Orang tersebut telah mengalami immediate religious experience, arinya

daya tarik khas, seperi halnya anak kecil yang lucu, menyenangkan

orang lain. Oleh karena itu, orang lain yang pernah berhubungan dengan dia akan selalu teringat. Orang yang memiliki daya gaib tersebut ibarat lautan yang mampu menampung segala hal yang berasal dari daratan.

Orang yang telah memiliki daya hidup seperi mengikui sinar dan menyimpan daya tarik tertentu. Untuk menguasai daya hidup, seseorang perlu belajar dengan cara mencegah hawa nafsu, bisa menyimpan rahasia siapa pun. Rahasia tadi sebaiknya

disimpan di guru loka (baital makmur) dalam bahasa Arab. Jika

orang memiliki daya hidup, ibarat orang menyimpan uang di bank, akan mendapatkan bunga. Orang yang telah memiliki daya

hidup, biasanya memiliki jiwa yang berani. Berani berari mau

menanggung resiko perbuatan karena telah dipikirkan mendalam melalui daya hidup. Daya tersebut tersimpan rapat, hingga orang

lain idak tahu, seperi air kolam yang dalam pasi akan tenang. Semakin dalam kolam, biasanya idak berombak besar, begitu pula

sebaliknya.

Dalam konteks antropologi budaya, orang yang telah memiliki pengalaman spiritual, menguasai folklor spiritual hidupnya akan

tenang. Dalam isilah James (2003:409) orang tersebut sudah mencapai nilai-nilai kesantoan. Kesantoan dari kata santo (sani) berari suci, tenang, dan tenteram. Keadaan semacam itu hanya dapat diraih melalui daya hidup. Orang yang mencapai daya hidup, idak akan galau menghadapi situasi apa pun. Bahkan, apabila sedang dirundung duka, sakit, diitnah, dianiaya, dan dipinggirkan