A. Resiko Hukum Cessie Tagihan Piutang Sebagai Objek Jaminan Pembiayaan
3. Forcemajeure/ Keadaan memaksa
Rahmat S.S. Soemadipradja mengutip Unidroit principles of internasional
comercl contracs tentang keadaan memaksa menerangkan bahwa Istilah ”keadaan memaksa” berasal dari istilah overmacht atau force majeure, dalam kaitannya
dengan suatu perikatan atau kontrak tidak ditemui rumusannya secara khusus dalam undangundang, tetapi disimpulkan dari beberapa pasal dala kitab undang -undang hukum perdata disimpulkan bahwa overmacht atau keadaaan memaksa adalah keadaan yang melepaskan seseorang atau suatu pihak yang mempunyai kewajiban unutk dipenuhinya berdasarkan suatu perikatan (siberutang atau
93 Hasil wawancara dengan Rudy Haposan Siahaan, Notaris di Medan, pada hari Sabtu tanggal 6 Agustus 2011.
debitur), yang tidak atau tidak dapat memenuhi kewajibannya, dari tanggung jawab untuk memberi gant rugi, biaya, dan bunga, dan atau dari tanggung jawab unutk memenuhi kewajibanya tersebut.94
Dalam KUHPerdata konsep keadaan memaksa ditemukan dalam pasal -pasal sebagai berikut:
a. Pasal 1244 KUHPerdata.
“Jika ada alasan untuk siberhutang harus dihukum mengganti biaya,
rugi dan bunga, bila ia tidak membuktikan, bahwa hal tidak terlaksanakan atau tidak pada waktu yang tepat dilaksan akananya perjanjian itu, disebabkan karena suatu hal tak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itu pun jika itikad
buruk tidak ada pada pihaknya.”
b. Pasal 1245 KUHPerdata.
“ Tidaklah biaya, rugi dan bunga harus digantinya, apabila karena keadaan yang tidak disengaja, siberhutang berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau karena hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang”
c. Pasal 1444 KUHPerdata.
(1) Jika barang tertentu yang menjadi pokok p erjanjian musnah, tidak dapat diperdagangkan, atau hilang, hingga sama sekalitidak diketahui apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang di
94 Rahmat S.S.Soemadipradja, Penjelasan hukum Tentang Keadaan Memaksa. Jakarta, PT. Gramedia ( Nasional Legal Reform Jakarta) 2010. hal. 1.
luar kesalahan siberhutangdan sebelum ia lalai menyerahkannya.
(2) Bahkan meskipun si berhutang lalai menyerahkan suatu barang sedangkan ia tidak telah menanggung terhadap kejadiian -kejadian yang tidak terduga, perikatantetap hapus jika barang itu musnah juga dengan cara yang samadi tangannya siberpiutangseandainya su dah diserahkan kepadanya.
(3) Siberhutang diwajibkan membuktikan kejadian yang tidak terduga yang dimajukannya itu.
(4) Dengan cara bagaimana pun suatu barang yang telah dicuri, musnah atau hilangnya barang itu tidak sekali -kali membebaskan orang yang mencuri barang dari kewajibannya
mengganti harganya.”
Pasal 1445 KUHPerdata menerangkan bahwa:
“Jika barang yang terhutang, diluar salahnya siberhutang musnah,
tidak dapat lagi diperdagangkan, atau hilang, maka siberhutamh, jika ia mempunyai hak-hak atau tuntutan-tuntutan ganti rugi mengenai
barang tersebut kepada orang yang mengutangkan kepadanya.”
Berdasarkan pasal-pasal KUHPerdata diatas dapt disimpulkan bahwa unsur-unsur keadaan memaksa meliputi:
a. Peristiwa yang tidak terduga.
b. Tidak dipertanggung jawa bkan kepada debitur. c. Tidak ada itikad buruk dari debitur.
d. Adanya keadaan yang tidak disengaja oleh debitur. e. Keadaan itu menghalangi debitur berprestasi.
f. Jika prestasi dilaksanakan maka akan terkena larangan. g. Keadaan diluar kesalahan debitur.
i. Kejadian tersebut tidak dapat dihindari oleh siapa pun (baik debitur maupun pihak lain).
j. Debitur tidak terbukti melakukan kesalahan atau kelalaian.
Akibat dari overmacth menurut R setiawan dalam Rahmat S.S
Soemadipradja adalah sebagai be rikut:
1. Kreditur tidak lagi dapat meminta pemenuhan prestasi.
2. Debitur tidak lagi dapat dinyatakan lalai, dan karenanya tidak wajib membayar ganti rugi.
3. Risiko tidak beralih kepada debitur.
4. Kreditur tidak dapat menuntut pembatalan pada persetujuan timbal balik.95
Dalam hal terjadinya overmacth/forcemajeure maka tidak ada kewajiban untuk mengganti biaya, rugi, dan bunga berikut akibat dari overmatch adalah: a. Kreditur tidak dapat minta pemenuhan prestasi (pada overmacth sementara
sampai berkhirnya perjanjian.
b. Gugur kewajiban untuk mengganti kerugian (pasal 1244 dan pasal 1245 KUHPerdata)
c. Pihak lawan tidak perlu minta pemutusan perjanjian (pasal 1266 KUHPerdata tidak berlaku, dan tidak memerlukan putusan hakim).
d. Gugur kewajiban unutk berprestasi dari pihak lawa n.
Akibat overmacth adalah adanya resiko kerugian terhadap perjanjian kredit/pembiayaan. Resiko adalah suatu kewajiban unutk menanggung kerugian
sebagai akibat dari adanya suatu peristiwa atau kejadian yang menimpa objek perjanjian bukan karena kesalahan dari salah satu pihak.
Mengenai resiko telah diatur dalam pasal 1237 KUHPerdata dimana dalam perjanjian sepihak, resiko ada pada kreditur, sedangkan pada perjanjian timbal balik yang diatur dalam pasal 1444 KUHPerdata, resiko ada pada para pihak. Dalam ketentuan perbankan forcemajeure dibedakan atas:
a. Forcemajeure dengan menyesuaikan karakteristik perbankan, diartikan sebagai keadaan yang secara nyata menyebabkan bank tidak dapat melaksanakan kewajiban pelaporannya.
b. Forcemajeure dapat teratasi, yaitu keadaan bank pelapor yang secara normal telah dapat melaksanakan kegiatan operasionalsehingga dapat menyampaikan laporan.96
Secara garis besar penyebab terjadinya forcemajeure dapat dikelompokan menjadi 5 (lima) :
1. Forcemajeure karena faktor alam
2. Forcemajeure karena kondisi sosial dan keadaan darurat. 3. Forcemajeure karena keadaan ekonomi (moneter)
4. Forcemajeure karena kebijakan atau peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.
5. Forcemajeure keadaan teknis yang tidak terduga.97
Dalam hal cessie sebagai objek jaminan fidu sia apabila terjadi forcemajeure yang menimpa Bank atau Koperasi sebagai debitur sangat beresiko
sekali terhadap dana yang disalurkan kepada debitur tersebut. Karena cessie tagihan piutang sebagai objek jaminan belum pernah ada yang mempertanggungkannya ke dalam lembaga penjamin asuransi.
96 Rahmat.S.S.Sumadipradja. Op, Cit, hal. 89. 97Ibid, hal. 88-89.
PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) sampai saat ini belum pernah mengasuransikan cessie piutang sebagai jaminan. PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) hanya mengasuransikan jaminan yang berupa tanah dan bangunan juga kendaraan bermotor.
Asuransi jaminan diatur dalam pasal 246 KUHD Junto Undang -undang Perasuransian Nomor 2 tahun 1992 menyatakan:
”Tujuan asuransi jaminan adalah untuk mencegah atau mengurangi risiko
karena hilang, rusak atau musnah, barang yang dijaminkan”.
Adapun Jenis jaminan dan asuransinya antara lain:98
1. Bangunan gedung termasuk peralatan dan isinya asuransinya yaitu asuransi kebakaran.
2. Stok barang dagangan asuransinya yaitu asuransi kebakaran.
3. Obyek didaerah pasar asuransinya yaitu asuransi kebakar an resiko khusus.
4. Kendaraan bermotor asuransinya yaitu asuransi kendaraan bermotor. 5. Alat-alat besar/berat asuransinya yaitu heavy equpment insuranse. 6. Pengangkutan barang asuransinya yaitu asuransi pengangkutan.
7. Barang-barang elektronik asuransinya yaitu elektronic equipment insurance.
8. Proyek pembangunan asuransinya yaitu contractor all risk insurance . Dari jenis jaminan dan asuransi diatas belum ada asuransi untuk cessie tagihan piutang sebagai objek jaminan fidusia. Belum adanya lembaga asuransi untuk cessie tagihan piutang ini disebabkan karena sebagai benda bergerak tidak berwujud cessie tagihan piutang ini dinilai sangat sulit untuk diterima di lembaga pertanggungan. Jika dibandingkan dengan asuransi bangunan gedung yang di
asuransikan dengan asuransi k ebakaran, kendaraan bermotor dengan asuransi kecelakaan dan stok barang dan inventory dengan asuransi kebakaran jelas disini objek yang ditanggung oleh perusahaan asuransi. Tetapi dalam hal cessie tagihan piutang meskipun nilai nominalnya jelas dan objek j aminannya cukup jelas, namun sangat sulit bagi perusahaan asuransi untuk menerima cessie tagihan piutang untuk diasuransikan.99
Juraini Sulaiman, Kabid Pelayanan Hukum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Medan mengatakan : 100 “Undang-undang fidusia undan g-undang nomor 42 tahun 1999 pasal 25 tentang hapusnya jaminan fidusia menerangkan bahwa:
1 Jaminan fidusia hapus karena hal -hal sebagai berikut:
- Hapusnya utang yang dijaminkan dengan fidusia.
- Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia; atau
- Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia. 2. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak mengahpus
klaim asuransi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 10 huruf b.
3. Penerima fidusia memberitahukan kepada kantor pendaftaran fidusia mengenai hapusnya jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam auat (1) dengan melampirkan pernyataan mengenai hapusnya utang, pelepasan hak,
atau musnahnya benda yang menjadi obejk jaminan fidusia tersebut”.
Dari bunyi pasal diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa jaminan fidusia hapus karena hutang yang dijaminkan dengan fidusia telah hapus atau
99 Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Legal team PT. Permodalan Nasional Madani Persero cabang Medan, pada hari Kamis tanggal 21 oktober 2011.
100Hasil wawancara dengan Juraini sulai man Kabid Pelayanan Huku m Umum Departemen Hukum Dan Hak Asasi Man usia Sumatera Utara. Pada hari Jumat tanggal 19 Agustus 2011.
lunas, adanya pelepasan hak atas jaminan fidusia oelh penerima fidusia dan benda yang dijaminkan secara fidusia musnah. Musnahnya jamina ini tidak menghapus kalim terhadap asuransi atas benda yang dijaminkan secara fidusia. Hapusnya jaminan fidusia ini harus diberitahukan oleh penerima fidusia kepada kantor pendaftaran fidusia.
Shanty Dewi, team legal PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) mengatakan bahwa dalam hal cessie tagihan piutang sebagai objek jaminan belum pernah ada diasuransikan ke lembaga penjamin asuransi hal ini disebabkan karena
cessie tagihan piutang merupakan benda bergerak tidak berwujud. Belum ada
lembaga asuransi yang berani menerima cessie tagihan piutang untuk dijaminkan di lembaga asuransi. 101
Dalam hal terjadi forcemajuere untuk melindungi kepentingan kreditur PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) antara kreditur cesioneries dan debitur cedent telah ada kesepakatan dari para pihak tersebut ya ng termuat dalam klausula akta perjanjian kredit yang berbunyi:
1. PT. Permodalan Nasional Madani (P ersero) tidak bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkan karena adanya forcemajeure yaitu peristiwa-peristiwa atau kejadian yang disebabkan oleh ben cana alam, kerusuhan, huru hara pemeberontakan, epidemi, sabotase, peperangan, pemogokan, kebijakan pemerintah atau sebab lain diluar kekuasaan PT. Permodalan Nasional Madani persero.
2. Dalam hal terjadi forcemajeure, maka pihak yang terkena akibat focemajeure wajib memberitahukan secara tertulis dengan melampirkan bukti kepolisian/instansi yang berwenang atau pihak lainnya mengenai terjad inya
101 Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Legal Team PT. Permodalan Nasioal Madani (Persero) cabang Medan. Pada hari Rabu tanggal 27 Juli 2011
peristiwa forcemajeure tersebut dalam waktu selambat -lambatnya 7 hari kerja terhitung sejak tanggal forcemajeure.
3. Keterlambatan atau kelalain para pihak untuk memberitahukan adanya
forcemajeure akan mengakibatkan tidak diakuinya peristiwa tersebut sebagai force majeure oleh pihak lainnya.
4. Segala dan tiap-tiap permasalahan yang timbul akibat terjadinya force
majeure akan diselesaikan oleh PT. Permodalan Nasional Madani (Persero)dan Debitur secara musyawarah untuk mufakat, hal tersebut tanpa mengurangi hak-hak PT. Permodalan Nasional Madani Persero.102
Klausul forcemajeure ini dibuat semata-mata demi menjaga segala kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan datang dalam hal perjalanan perjanjian kredit/pembiayaan antara debitur dengan PT. Permodalan Nasional Madani (Persero). Apabila terjadi forcemajeure PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) mewajibkan adanya pemberita huan tertulis dengan melampirkan bukti dari kepolisian/instansi yang berwenang atau pihak lainnya mengenai peristiwa
forcemajeure tersebut selambat-lambatnya 7 (tujuh hari kerja) terhitung sejak
peristiwa forcemajeure terjadi. Dan Segala permasalahan yang timbul akibat terjadinya forcemajeure akan diselesaikan oleh PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dan debitur secara musyawarah untuk mufakat, hal tersebut tanpa mengurangi hak-hak PT. Permodalan Nasional Madani (Persero).
Dalam hal cessie tagihan piutang sebagai objek jaminan fidusia ters ebut diatas semuanya sangat bere siko bagi PT. Permodalan Nasional Madani (Persero). Karena meskipun cessie tagihan piutang sebagai benda jaminan fidusia yang mempunyai hak keutamaan, namun pada saat eksekusi terhadap cessie
102 Hasil wawancara dengan Rudy Haposan Siahaann, Notaris di Medan, pada hari Selasa, tanggal 12 Juli 2011.
tagihan piutang akan berjalan sulit karena mengingat cedent merupakan pihak yang langsung berhubungan dengan cessus walaupun telah dilakukan penyerahan
cessie tagihan piutang kepada cessioneris.
Resiko hukum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah resiko yang ditanggung PT. Permodalan Nasional Madani Persero apabila debiturnya wanprestasi, perubahan nilai nominal cessie tagihan piutang sebagai jaminan dan apabila terjadi peristiwa forcemajeure.
B. Upaya PT. Permodalan Nasional Madani Persero Untuk men gurangi Resiko Hukum Atas Cessie Tagihan Piutang Sebagai Jaminan
Pembiayaan.
Dalam hal cessie tagihan piutang sebagai objek jaminan terdapat resiko hukum yang cukup tinggi yang disebabkan adanya kelemahan dalam aspek yuridis yang disebabkan adanya kebutu han akan sebuah peraturan yang spesifik berlaku untuk cessie tagihan piutang sebagai jaminan.
Secara umum sebelum dikabulkannya sebuah permohonan perjanjian pembiayaan/kredit oleh PT. Permodalan Nasional Madani (Persero), perlu dipertimbangkan dan dinila i kelayakan dari calon debitur tersebut. Apakah debitur itu layak atau tidak menerima pembiayaan/kredit.
Adapun upaya yang di lakukan PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) untuk mengurangi resiko yang ditimbulkan dalam pemberian kredit/pembiayaan adalah :
1.Dengan Melihat NPL (Non Performing Loan / Kredit Bermasalah) Dari Calon Debitur.
Badriyah Harun berpendapat bahwa ”Resiko yang sering terjadi dalam
usaha perbankan pada umumnya adalah resiko kredit macet atau non performing
loan (NPL). Faktor penyebab resiko kredit macet antara lain karena kesalahan
penggunaan kredit, manajemen penggunaan kredit yang buruk, serta kondisi
perekonomian yang mempengaruhi iklim usaha dalam negri”.103
PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dalam hal pemberian fasilitas Kredit sebelum mangabulkan permohonan pembiayaan kredit dari calon debiturnya (PT. BPR dan Koperasi) akan melakukan pemeriksaan dan analisa yang mendalam terhadap non perfoming loan (NPL) dari calon debitur yang bersangkutan. Apakah calon debitur adalah debit ur yang baik atau calon debitur adalah debitur yang mempunyai masalah kredit macet. Hal ini juga mencakup
non performing loan debitur (cessus) terhadap debiturnya (cedent) yaitu apakah
debitur lama (cedent) yang mempunyai hutang lancar pembayarannya kepada debitur (cessus) karena hal ini juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan membayar debitur cessus nantinya kepada kreditur (cessionaries) yang dalam hal ini adalah PT. Permodalan Nasional Madani (Persero).
Jadi dalam hal ini. PT. Permodalan Nasional Mad ani (Persero) lebih menekankan terhadap track record (catatan dan informasi calon debitur) dan
karakter dari debitur yang diberi fasilitas kredit/pembiayaan. Hal ini dilakukan melalui BI-Cheking terhadap perseroan dan seluruh anggota pengurusnya. Dalam hal debiturnya adalah koperasi maka disyaratkan untuk meminta rekomendasi dari Departemen Koperasi.104
Dalam memberikan kredit pembiayaan kepada calon debitur bank /lembaga pembiayaan perlu mempunyai keyakinan kepada calon debiturnya. Badriyah Harun juga menga takan keyakinan bank tersebut diperoleh berdasarkan analisa yang mendalam atau itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya. Analisa yang mendalam tersebut disebut sebagai prinsip kehati-hatian (prudential principle) prinsip tersebut adalah:105 1. Chararacter atau kepribadian debitur yang dimaksudkan untuk menilai
kejujuran itikad baik calon debitur sehingga tidak menyulitkan penagihan dikemudian hari.
2. Capacity atau kemampuan untuk membayar kredit yang diajukan dengan melihat prospek usahanya.
3. Capital atau modal usaha yang telah ada pada bank sebenarnya dalam penyediaan modal hanyalah sebagai pemberi modal tambah saja.
4. Collateral atau jaminan yang mudah dicairkan.
5. Condition of economy atau prospek usaha nasabah debitur . Bila bank tidak melihat adanya prospek dari usaha ini, maka bias jadi kredit yang dikucurkan tidak memberikan manfaat apapun sehingga mengancam keberlangsungan kredit yang diberikan.
PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dalam hal cessie tagihan piutang sebagai jaminan hanya memberikan pembiayaan kepada PT. BPR dan Koperasi yang telah berbadan hukum. Dalam memberikan pembiayaan pada awal permohonan pembiayaan akan melihat sejauh mana dan sebaik apa karakter
104
Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Legal Team PT.Permodalan Nasion al Madani (Persero). Pada hari Kamis tanggal 20 oktober 2011.
dari calon debiturnya yaitu dengan melakukan proses BI-cheking sebelum persetujuan kredit.
Berdasarkan informasi dari pihak PT. Permodalan Nasional Madani persero dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa BI -cheking adalah suatu rangkaian kegiatan suatu lembaga keuangan baik itu lembaga keuangan bank atau pun non bank (lembaga pembiayaan) secara langsung mengambil data secara
online system ke bank Indonesia yang mengetahui tingkat kollektibilitas
(kelancaran, kedisiplinan dalam pembayaran kewajiban) nasabah pembiayaan atau calon nasabah pembiayaan, melalui suatu “Sistem Informasi Debitur” (SID)
yang dikelola oleh Bank Indonesia. Data yang dihasilkan berupa nama kreditur, jumlah fasilitas, jumlah plafon, dan out standing, tujuan, bunga/bagi hasil/margin yang dibebankan, periode kredit/pembiayaan dan jaminan yang d iberikan mencakup nomor sertifikat, alamat, nilai jaminan dan tanggal penilaian jaminan. Sistem informasi debitur (SID) ini merupakan sistem yang menyediakan informasi debitur yang merupakan hasil dari laporan debitur yang diterima oleh Bank Indonesia
Sistem Informasi debitur (SID) merupakan sistem informasi tentang data debitur dari seluruh anggotanya yang terdiri dari Bank Umum, BPR dan beberapa perusahaan Pembiayaan termasuk PT. Permodalan Nasional Madani (Persero).
Data BI cheking bermanfaat sebagai das ar untuk melihat karakter calon nasabah. Karena adakalanya calon debitur tidak terbuka unutk menjelaskan adanya pembiayaan/kredit di lembaga keuangan lain, dan juga untuk melihat
kemampuan membayar debitur dalam memenuhi kewajiban (angsu ran). Maka dari BI cheking PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) mendapatkan data apakah calon debitur memiliki pembiayaan di bank lain, apakah calon debitur termasuk nasabah yang lancer atau nasabah yang bermasalah, juga kreditur juga dapat mengukur kemampuan membayar ca lon debitur sehingga dapat mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah.
Jika dalam hal ini ditemukan kolektibilitas yang baik maka permohonan pembiayaan kredit dapat diterima oleh PT. Permodalan Nasional Madani (Persero).
Dari uraian diatas dapat disimpulka n bahwa upaya awal yang dilakukan oleh PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dalam mengurangi re siko kredit macet adalah dengan melakukan pengecekan pada sistem informasi debitur pada Bank Indonesia dalam adanya non performing loan (kredit macet dari debitur sendiri (debitur cedent) dan juga debitur cessus yaitu debitur yang berhutang kepada debitur cedent.
Untuk pencegahan resiko yang tinggi tersebut PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dalam mengabulkan permohonan jaminan kredit sangat memegang prinsip kehatia-hatian, hal ini dilakukan sebagai tindakan preventif mencegah adanya kredit bermasalah.
Dalam memberikan fasilitas kredit, PT. Permodalan N asional Madani (Persero) sangat memperh atikan NPL (non Performing Loan/kredit bermasalah) dari calon debitur, karena dari NPL tersebut seorang kreditur menentukan apakah
bank/koperasi tersebut layak dan bisa menerima bantuan penyaluran dana dari PT. Permodalan Nasionla Madani (Persero).
Dari NPL (Non Performing Loan) tersebut Rudy Haposan Siahaan, notaris di Medan mengatakan PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) memberikan acuan fasilitas kredit dengan jaminan cessie tagihan piutang.
Dari data Non Performing Loan (NPL) ini ada 3 kelompok perjanjian pembiayaan dengan jaminan yang bisa diberikan:
1. Perjanjian pembiayaan dengan cessie tagihan piutang sebagai satu -satunya jaminannya.
2. Perjanjian pembiayaan dengan cessie tagihan piutang sebagai jaminan utama ditambah dengan jaminan kebendaan lain juga ditambah dengan jaminan perorangan. Biasanya berupa tanah dan b angunan, reksadana maupun deposito hak milik perseroan ataupun, anggota dan pengurus.
3. Perjanjian pembiayaan dengan cessie sebagai jaminan tambahan dari jaminan utamanya.106
2. Adanya Ketentuan Dalam SP3 Kredit Dan Klausula Dalam Perjanjian