• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian kredit pada prinsipnya diberikan kepada debitur yang mempunyai kelayakan sebagai penerima fasilitas kredit. Dibutuhkan keperc ayaan dari kreditur kepada calon debitur bahwa debitur akan menjalankan komitmen yang konsisten sesuai dengan klausula yang diperjanjikan, juga dalam hal menilai seorang debitur layak atau tidak untuk diberikan fasilitas kredit harus dilihat bahwa calon debitur mempunyai kelayakan usaha yang memiliki sumber pengembalian yang pasti dan mencakupi.

Disamping kepercayaan dan kelayakan dari seorang debitur untuk lebih menjamin kepentingan kreditur dalam hal pengembalian hutang maka dibutuhkan jaminan tambahan berupa segala hak atas kebendaan yang dapat dimiliki oleh perorangan maupun institusi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Jaminan diberikan kepada kreditur adalah semata -mata untuk menumbuhkan keyakinan bahwa seorang debitur akan memenuhi kewajiban atas pemenuhan prestasinya yaitu melunasi kreditnya sesuai yang dituangkan dalam akta perjanjian kredit.

Dasar penilaian jaminan atas benda yang menjadi objek jaminan pada perjanjian pembiayaan/ kredit adalah :48

1. Persediaan barang dagangan sebagai objek ja minan meliputi nilai kondisi barang dagangan, bahan baku, setengah jadi.

2. Piutang dagang sebagai objek jaminan yang meliputi nilai tagihan. 3. Surat-surat berharga sebagai objek jaminan meliputi keabsahan yuridis. 4. Tanah sebagai objek jaminan dilihat peruntukan nya dan lokasi yang ada. 5. Bangunan sebagai objek jaminan dengan memperlihatkan IMB, lokasi

konstruksi, kondisi dan tahun pendirian.

6. Kendaraan bermotor sebagai objek jaminan dengan melihat tahun pembuatannya, kondisi fisik, jenis, dan merek.

7. Mesin-mesin sebagai objek jaminan dengan melihat umur ekonomis semakin lama umurnya semakin menurun nilai agunannya.

Shanty Dewi, Legal Team PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) mengatakan bahwa perjanjian jaminan adalah bersifat accesoir yaitu perjanjian tambahan, yang mana ada atau hapusnya perjanjian jaminan tergantung dengan perjanjian pokoknya. Jika perjanjian pokoknya batal maka perjanjian tambahannya juga batal, jika perjanjian pokok berakhir maka perjanjian tambahan juga berakhir dan jika perjanjian pokok be ralih karena cessie maka perjanjian tambahan akan beralih tanpa penyerahan khusus.49

Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani berpendapat bahwa

”Menurut sifatnya, ada jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan yang

diberikan bagi kepentingan semua kreditur dan menyan gkut semua harta debitur, sebagaimana yang diatur dalam pasal 1331 KUHPerdata. Dan jaminan yang bersifat khusus yang merupakan jaminan dalam bentuk penunjukan atau penyerahan barang tertentu secara khusus sebagai jaminan atas pelunasan

48

Hasil wawancara Shanty Dewi Legal team Pada PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) Cabang Medan, Pada hari Selasa Tanggal 12 Juli 2011.

49Hasil wawancara dengan Shanty Dewi, Legal Team PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) cabang Medan. Pada hari Selasa tanggal 12 Juli 2011.

kewajiban / hutang debitur kepada kreditur tertentu, yang hanya berlaku untuk kreditur tertentu tersebut, baik secara kebendaan maupun perorangan. Timbulnya jaminan khusus ini karena adanya perjanjian yang khusus diadakan antara debitur dan kreditur yang dapat berupa :

a. Jaminan yang bersifat kebendaan yaitu adanya benda tertentu yang dijadikan jaminan (zakelijk)

b. Jaminan perorangan (personlijk) yaitu adanya orang tertentu yang

sanggup membayar atau memenuhi prestasi jika debitur cedera janji. Jaminan perorangan ini tunduk kepada hukum perjanjian yang diatur dalam buku II Kitab Undang-undang Hukum Perdata.50

Pasal 499 KUHPerdata memberi pengertian tentang benda yang berbunyi:

”Menurut paham undangundang yang dinamakan kebendaan ialah tiap -tiap barang dan -tiap--tiap hak yang dikuasai hak milik.”

Menurut H. Riduan Syahrani, pengertian benda ( zaak) secara yuridis adalah segala sesuatu yang dapat dihaki atau yang dapat menjadi obyek hak milik.51

Jadi pengertian kebendaan menurut paham undang -undang dalam ketentuan pasal 499 KUH Perdata adalah setiap benda atau barang yang menjadi objek hak milik dan dikuasai dengan hak milik. Penguasaan atas benda atau barang itu mutlak harus ada karena layaknya sebuah benda atau barang harus dalam penguasaan orang atau badan hukum. Benda atau ba rang yang belum dikuasai oleh hak milik bukanlah benda yang dimaksud pasal ini.

50

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. hal. 81.

51 H.Riduan Syahrani. Seluk Beluk dan Asas -Asas Hukum Perdata , Bandung, PT.Alumni Bandung, 2004. hal. 104.

Menurut sistem hukum perdata Indonesia benda dapat digolongkan menjadi dua yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak, maka dengan adanya pembedaan antara benda bergerak de ngan benda tiak bergerak terjadi pembedaan dalam hal pembebanan terhadap jaminan kebendaan.

Pembedaan benda bergerak dan benda tidak bergerak dalam perjanjian pengikatan jaminan menimbulkan pengikatan jaminan yang berbeda pula. Sehingga pihak kreditur yang dalam hal ini diwakili oleh seorang analis kredit harus mengetahui macam -macam benda dan bentuk pengikatan benda tersebut.

Mengenai Jaminan kebendaan dalam praktek dilakukan suatu pemisahan bagian kekayaan calon debitur (pemberi jaminan), yaitu melepaskan sebagian kekuasaan atas sebagian atau secara keseluruhan diperuntukan guna memenuhi kewajiban debitur apabila kelak diperlukan. Kekayaan yang dimaksud adalah berupa kekayaan debitur itu sendiri, ataupun kekayaan pihak ketiga.

R. Soebekti memberi pendapat bahwa: ”Pemberian jaminan kebendaan

kepada si kreditur, memberikan suatu keistimewaan baginya terhadap kreditur lainnya.52

Hak jaminan kebendaan adalah hak yang memberikan kepada seorang kreditur kedudukan yang lebih baik karena :

1. Kreditur didahulukan dan dimudahkan dalam mengambil pelunasan atas tagihannya dari hasil penjualan benda teretntu milik debitur.

52 R.Soebekti, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Cetakan Ketiga, Bandung, Alumni.1996. hal. 29.

2. Ada benda tertentu yang dipegang oleh kreditur/ yang terikat hak kepada kreditur, yang berharga bagi debitur yang dapat memberi tekanan psikologi terhadap debitur untuk melunasi kewajibannya dengan baik terhadap kreditur.53

a. Jaminan Kebendaan Barang Bergerak.

Pembebanan kebendaan barang bergerak yaitu antara lain dapat dijatuhkan kepada jaminan fidusia dan gadai.

Undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia dalam pasal 1 butir 2 menjelaskan bahwa: jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam undang -undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan bagi pelunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.

Munir fuady berpendapat bahwa ketentuan tentang objek jaminan fidusia terdapat antara lain dalam pasal 1 butir 4, Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 20 undang -undang jaminan fidusia nomor 42 tahun 1999, benda -benda tersebut adalah sebagai berikut:

a. Benda tersebut harus dimiliki dan dialihkan secara hukum. b. Dapat atas benda berwujud.

c. Dapat juga atas benda tidak berwujud, termasuk piutang. d. Benda bergerak.

53 J.Satrio, Hukum Jaminan Hak Jamin an Kebendaan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hal. 73.

e. Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan. f. Benda tidak bergerak yang tidak dapa t diikat dengan hipotik.

g. Baik atas benda yang sudah ada maupun terhadap benda yang akan ada dikemudian. Dalam hal benda yang akan diperoleh kemudia, tidak diperlukan suatu akta pembedaan fidusia tersendiri.

h. Dapat atas satu satuan jenis benda.

i. Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda. j. Termasuk hasil dari benda yang telah menjadi objek fidusia.

k. Termasuk juga hasil klaim asuransi dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

l. Benda persedian (inventory, stock perdagangan) dapat juga menjadi obje k jaminan fidusia.54

Dalam hal cessie tagihan piutang merupakan benda bergerak tidak berwujud yang termasuk kedalam benda objek jaminan fidusia menurut undang -undang ini.

Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia nomor 42 tahun 1999 mengatur ruang lingkup berlakunya undang-undang jaminan fidusia yaitu berlaku terhadap setiap perjanjian yang bertujuan untuk membebani benda dengan jaminan fidusia. Yang dipertegas dengan rumusan yang dimuat dalam pasal 3 Undang-undang jaminan fidusia, undang -undang nomor 42 tahun 1999 bahwa undang-undang fidusia ini tidak berlaku terhadap:

a. Hak tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang peraturan perundang-undangan yang berlaku menentuka jaminan atas benda-benda tersebut wajib didaftar. Namun demikian b angunan diatas hak milik orang lain yang tidak dapat dibebani hak tanggungan berdasarkan Undang-Undang nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dapat dijadikan objek jaminan fidusia.

b. Hipotik atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 M3 (dua puluh meter kubik) atau lebih.

54 Munir Fuady, Jaminan Fidusia cetakan kedua revisi . PT.Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 48.

c. Hipotik atas pesawat terbang. d. Gadai.

Terhadap objek jaminan fidusia yang berupa kendaraan -kendaraan, mesin-mesin dan alat-alat berat, debitur (pemberi fidusia) berhak menguasai objek jaminan fidusia, tetapi dilarang/tidak d iperkenankan untuk menjual, menyewakan atau mengalihkan haknya. Sedangkan untuk objek jaminan fidusia berupa persediaan barang dagangan ( inventory), pemberi fidusia dalam kapasitas sebagai kuasa dari kreditur (penerima fidusia) berhak dan diperkenankan me nukar atau menjual atau mengalihakan objek jaminan kepada pihak lain dan debitur (pemberi fidusia) berkewajiban mengganti dari objek yang digunakan sesuai jumlah yang di jual atau dialihkan dengan objek fidusia lainnya sesuai jumlah yang diperjanjikan yaitu dengan nilai nominal yang sama.

Selain penyerahan jaminan dengan fidusia terdapat juga penyerahan jaminan dengan Gadai. Kitab Undang -Undang Perdata Pasal 1150 menerangkan yang dimaksud dengan gadai adalah:

” Suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatuu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berhutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada siberpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari orang-orang berpiutang lainnya; dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya -biaya

mana harus dikeluarkan”

Sedangkan yang menjadi objek gadai antara lain adalah barang bergerak bertubuh dan tak bertubuh yaitu diantaranya saham, deposito, emas dan benda berharga lainnya.

Tahapan pembebanan jaminan dengan gadai antara lain:

a. Adanya penandatangan perjanjian pemberian dan penerimaan gadai. b. Penyerahan objek gadai dari pemberi ke penerima hak gadai.

Dalam gadai terjadi penyerahan kekuasaan atas barang yang dijadikan objek gadai dari pemberi gadai kepada penerima gadai. Dana pembebanan jaminan gadai hapus bila objek gadai berpindah kepada pemberi gadai.

Pada jaminan gadai pemberi gadai memberikan hak preferent kepada penerima gadai (dalam hal ini kreditur), dimana kreditur penerima gadai mempunyai hak yang didahulukan ( preferent) terhadap kreditur lainnya artinya bila debitur dinilai cedera janji atau lalai maka kreditur penerima gadai mempunyai hak untuk menjual jaminan gadai tersebut dan hasil penjualan digunakan terutama unutk melunasi hutang debitur. Apabila terdapat kreditur lain ysng juga memiliki tagihan kepada debitur tersebut, kreditur yang ada setelah kreditur pertama tidak akan mendapat pelunasan sebelum kreditur yang pertama mendapat pelunasan.

b. Jaminan Kebendaan Barang Tak Bergerak.

Pembebanan benda tak bergerak sebagai jamina n kredit dalam hal hak atas tanah dan bangunan yang terdapat diatasnya dibebankan hak tanggungan , hal ini dijelaskan dalam undang -undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa:

”Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan atas tanah berikut

untuk pelunasan suatu utang teretntu yang memberikan kedudukan yang

diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur lainnya.”

Dalam pasal 4 ayat (1) dan (2) disebutkan yang menjadi objek hak tanggugan adalah: hak atas tanah hak milik, hak guna u saha, hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah negara.

Untuk tanah yang telah bersertifikat Pemberian hak tanggungan dilakukan dengan akta pemberian hak tanggungan oleh pejabat pembuat akta tanah (PPAT) dan akta pemberian hak tanggungan tersebut wajib di daftarkan pada kantor pertanahan di kabupaten kota wilayah objek hak tanggungan berada. Dengan adanya pendaftaran tersebut akan melahirkan sertifikat hak tanggungan. Dimana didalam sertifikat hak akan dijelaskan bahwa tanah tersebut dibebankan hak tanggungan.

Hak tanggungan memberikan hak preferent bagi kreditur pemegang hak , dan hak tanggungan mengikuti objek nya di tangan siapapun objek hak tanggungan itu berada (droit de suite).

Hak tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial, halmana ketika debitur pemberi hak cidera janji/wanprestasi maka penerima hak tanggungan (kreditur) berhak melakukan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek hak tanggungan.

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan menjelaskan bahwa:

”Apabila debitur cidera janji, pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekusaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya

dari hasil penjualan tersebut.”

Ketika kreditur atas debitur pemberi hak tan ggungan lebih dari satu, maka kreditur pertama penerima hak tanggungan mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan. Ini merupakan perwujudan dari kedudukan yang diutamakan yang dimiliki pemegang hak tanggungan yang pertama kali.

Pasal 14 ayat (1), (2), dan (3) undangundang hak tanggungan, Undang -Undang Nomor 4 Tahun 1996 menegaskan bahwa: Sertifikat hak tanggungan memuat irah-irah dengan kata-kata ”Demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa”

Hal ini menyebabkan sertifikat hak tanggungan mempuny ai kekuatan

eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse acte hypotik sepanjang mengenai hak atas tanah.

Dengan adanya irah-irah ini, maka kreditur sebagai pemegang hak tanggungan dapat melakukan penjualan benda jaminan secara langsung dengan bantuan kantor lelang negara tanpa persetujuan pemilik benda jaminan dan tidak perlu meminta fiat eksekusi dari pengadilan. Hanya pemegang hak tanggungan pertama yang mempunyai hak para te eksekusi ketika terdapat lebih dari satu pemegang hak tanggungan.

Sifat hak tanggungan yang memberikan kemudahan dan pasti dalam pelaksanaan eksekusi adalah bersifat kuat dari hak tanggungang sebagai lembaga jaminan yang disukai

Undang-undang Perbankan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, tidak menyebutkan dengan tegas tentang adanya kewajiban dan keharusan tentang tersedianya jaminan kredit yang di mohonkan oleh seorang calon debitur. Akan tetapi dalam Pasal 8 (delapan) ayat 1 (satu) undang -undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan menyiratkan adanya suatu jaminan yaitu di dalam kalimat

”Keyakinan berdasarkan analisa yang mendalam atas itikad dan kemampuan s erta kesanggupan nasabah debitur” disini juga terlihat apa yang di sebut collateral

(jaminan atau agunan) yang harus disediakan debitur.

Dalam pasal 8 (delapan) undang -undang nomor 10 tahun 1998 ini juga disebutkan bahwa kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga pada pelaksanaan perkreditan bank harus memperhatikan asas -asas perkreditan yang sehat. Maka untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian suatu kredit dalam arti keyakinan atau kemampuan dan kesanggupan dari debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang di perjanjikan merupakan faktor penting yang di perhatikan oleh bank.

Dalam hal pembebanan hipotik yaitu dibebankan terhadap kapal laut dan pesawat terbang. Pembebanan kapal laut sebagai objek jaminan kredit diatur dalam pasal 314 KUHDagang yang berbunyi:

1. Atas kapal-kapal Indonesia yang berukuran paling sedikit 20 m3 isi kotor dapat didaftar dalam register kapal menurut ketentuan -ketentuan yang di tetapkan dalam suatu ordonansi tersendiri.

2. Atas kapal-kapal yang didaftar dalam register kapal -kapal dalam pembangunan dan kapal dalam andil -andil seperti itu dapat dibeba ni dengan hipotik.

Dari bunyi pasal diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa bahwa syarat -syarat pembebanan hipotik atas kapal laut adalah :

a. Kapal tersebut adalah kapal laut I ndonesia dan tidak berlaku untuk kapal asing.

b. Berukuran paling sedikit 20 m3 isi kotor.

c. Telah terdaftar dalam register kapal Indonesia di syahbandar tempat kapal tersebut pertama kali bersandar.

Kapal laut yang dimaksud dalam pasal ini dianggap sebagai benda tetap (tidak bergerak) apabila kapal telah terdaftar. Apabila kapal terse but belum terdaftar dalam register pendaftaran kapal Indonesia maka kapal laut tersebut dapat dibebankan dengan jaminan fidusia. Sedangkan dalam hal pesawat terbang sebagai jaminan dapat dibebankan dengan hipotik.

C. CESSIE SEBAGAI JAMINAN KEBENDAAN DALAM PERJANJIAN