• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resiko Hukum Atas Cessie Tagihan Piutang Sebagai Jaminan Kredit Pada Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) Cabang Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Resiko Hukum Atas Cessie Tagihan Piutang Sebagai Jaminan Kredit Pada Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) Cabang Medan)"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

OLEH

RAHMAT SETIADI

097011007/MK.n

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada

Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH

RAHMAT SETIADI

097011007/MK.n

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN .

Anggota : 1. Dr. Utary Maharany Barus, SH, MHum.

(4)

Permodalan Nasional Madani (Persero) memberi angin segar dalam dunia usaha di Indonesia. Dalam menyalurkan bantuan pembiayaan kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) menyalurkannya melalui dua cara: Pertama langsung disalurkan melalui Unit usaha PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) yaitu oleh Unit Layanan Modal Mikro (UlaMM) dan yang kedua disalurkan melalui Koperasi dan Bank Perkreditan rakyat yang telah berbadan hukum. Dalam hal penyaluran dengan cara kedua, salah satu jaminan yang diterima adalah cessie tagihan piutang. Cessie adalah suatu perjanjian di mana kreditur mengalihkan piutangnya (atas nama) kepada pihak lain . Dalam menjalankan kegiatannya dibidang penyaluran pembiayaan/kredit dengan cessie tagihan piutang sebagai jaminan, PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dihadapkan pada permasalahan resiko kerugian atas kredit dengan jaminan cessie tagihan piutang yang diberikan.

Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif, karena menitik beratkan pada penelitian kepustakaan di tambah dengan wawancara guna memperoleh data primer. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang -undangan (statute approach), Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan dan bahan hukum yang terkait dengan penelitian ini . Yaitu melihat bagaimana pengaturan cessie tagihan piutang di dalam KUHP erdata pasal 613 dan cessie tagihan piutang sebagai jaminan kredit menurut undang -undang yang berlaku seperti Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan Fidusia dan peraturan terkait lainnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan, pertama Cessie atas piutang dalam perkembangannya setelah diundangkan Undang -undang nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, masuk kedalam le mbaga Fidusia yang mana cessie atas piutang sebagai jaminan kredit/pembiayaan di ikat dengan jaminan fidusia. Kedua sesuai prosedur pembebanan cessie tagihan piutang harus didahului dengan perjanjian pokoknya yaitu perjanjian pembiayaan yang diikuti denga n perjanjian pengikatan jaminan (jaminan fidusia) atas cessie tagihan piutang. setelah akta jaminan fidusia ditandatangani segera pemilik hak atas jaminan atau kuasanya mendaftarkannya ke Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bagian pelayanan Hukum umum, pendaftaran ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 tahun 2000, BAB II yaitu dalam pasal 2 (dua) ayat 1 sampai 4. ketiga Cessie tagihan piutang sebagai jaminan kredit pada PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) memiliki resiko kerugian yang tinggi. Resiko tersebut antara lain adanya wanprestasi dari debitur cedent, perubahan nilai nominal cessie tagihan piutang akibat adanya pelunasan dari salah seorang debitur cessus dan terjadinya forcemajeure (Keadaan memaksa).

(5)

presence of PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) gives hope to the world of business in Indonesia. In distributing its financial assistance to the micro, small and medium business practitioners, PT. Permodalan Nasi onal Madani (Persero) does it in two ways; first, the financial assistance is directly distributed through the Unit Layanan Modal Micro (Micro Capital Service Unit) the Business Unit of PT. Permodalan Nasional Madani (Persero), and second, through Koperasi (Cooperatives) and Bank Perkreditan Rakyat which have been corporate bodies. In the second way of distribution, one of the acceptable guarantees is cessie of receivable bill. Cessie is an agreement in which the creditor transfers his receivables (on behal f of) to the other party. During the implementation of its credit/financial assistance distribution with the cessie of receivable bill as the collateral, PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) is faced to the problem of loss risk with the cessie of recei vable bill given as the collateral.

This normative juridical study with statute approach focused on library research to analyze the regulations of legislation and legal materials related to this study such as how cessie of receivable bill is regulated in Article 613 of the Indonesian Civil Code and cessie of receivable bill as the collateral according to the existing law such as Law No. 42/1999 on Fiduciary Guarantee and the other related regulations which is then supported by interviews to obtain primary data.

The result of this study showed that, first, in its development after the enactment of Law No. 42/1999 on Fiduciary Guarantee, the cessie of receivable bills was included into the Fiduciary Institution in which the cessie as the collateral bound by the fiduciary guarantee. Second, in accordance with the procedure of imposition, the cessie of receivable bill must be preceded by its basic agreement, namely, financing agreement followed by fiduciary agreement. After the act of the fiduciary guarantee is signed, the owner of the right to guarantee or his legal representative registers it to the General Legal Servive Unit, the Department of Law and Human Rights. This registration is regulated in the Regulation of the Government of Indonesian No.86/2000, Chapter II, Article 2 paragraphs (1) – (4). Third, the Cessie of receivable bill as the collateral at PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) had a high loss risk. The risks, among other things, the debtor does not keep his promise, the change of the nominal value of the cessie of receivable bill because one of the debtors has paid the credit, and the incident of force majeure.

(6)

HUKUM ATAS CESSIE TAGIHAN PIUTANG SEBAGAI JAMINAN KREDIT (STUDI PADA PT. PERMODALAN NASIONAL M ADANI (PERSERO)

CABANG MEDAN)”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan dalam bidang ilmu Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapat masukan dari berbagai pihak yakni Dosen, rekan mahasiswa, Bapak dan Ibu di lingkungan PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) cabang Medan, kantor Notaris Rudi Haposan Siahaan SH,M.Kn, dan Departemen Hukum dan hak Asasi Manu sia, Bidang Pelayanan Hukum Umum. Kemudian kepada Dosen yang kami Hormati, Khususnya Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H, M.S, C.N, selaku ketua Komisi Pembimbing, Ibu Dr. Utary Maharany Barus, S.H, M.Hum, dan Ibu Hj. Chairani Bustami, S.H, Sp.N, M.Kn, sel aku pembimbing serta Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum, dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, S.H, C.N, M.Hum, selaku penguji, atas kesediaannya membantu penulisan tesis ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

(7)

Universitas Sumatera utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H, M.S, C.N, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh Dosen Universitas Sumatera Utara, khususnya Bapak dan Ibu Guru Besar dan Staff Pengajar Program Magister kenotariatan Universitas sumatera utara. 5. Seluruh Staff Kantor pada Magister Kenotariatan Fakulatas Hukum Universitas

Sumatera Utara, Terima kasih atas segala bantuan, motivasi dan semangatnya dalam menyelesaikan studi ini.

6. Bapak Notaris Rudi Haposan Siahaan, S. H, M.Kn, yang telah memberi masukan, Motivasi dan informasi serta pengarahan yang diperlukan dalam penulisan tesis ini.

(8)

9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberi semangat, motivasi dan masukan dalam penulisan dan penyempurnaan tesis ini.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada:

1. Ayahanda tercinta almarhum Bashir Djanin dan Ibunda tercinta Zanimar Rahim. cinta yang tak pernah habis buat ayahanda dan Ibunda tercinta, jasa yang tak akan bisa terbalaskan dengan apapun. Terima kasih Ananda ucapkan atas kasih sayang dan cinta, yang tak pernah habis serta doa yang tak pernah putus untuk ananda dalam meniti hidup.

2. Kepada saudara-saudaraku tercinta, Ir. Erni Mayana, M.Ba, Drs. Endang Suryani, Drg. Eka Lusti, Sri Efnizar, Spd dan Mayor Infanteri Masrizal, Sri Yanfirdayati, SE dan Muhammad Rafiee, SE, Sri Hidayani, SE. dan Hamdani, Almarhumah Sri Rahmayuni, Andy Hidayat dan Seluruh keponakanku tercinta, yang telah memberikan bantuan motivasi, pengertian dan kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

(9)

Panjaitan yang telah memberi masukan, saran, informasi dan motivasi dalam penulisan tesis ini.

4. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Magister kenotariatan kelas A angkatan 2009, dan kepada seluruh sahabat -sahabatku, Sardi Siburian, SH. M.Kn, Suhaili Nasution, Sahat Sitompul, S.H, M.Kn, Abi Yaserhandito, Doni Kartien, Pudio Yunanto Vidias, JE. Melky Purba, Susanto, Dikko Amar, Rudy Pulungan, Dedy Charlie, Myrna Meinar Mardiana, S.H, M.Kn, Mersita M Sinaga, SH, MKn, Magdalena Simarmata, Zuwina Putri, SH, MKn, Putri Rizky Syawal, N etty, Fine Handriyani, Nina Anggraini Simanjuntak, Heny Suryani, Agustina Lusiana Lumbanbatu, SH, MKn, Afni Damanik, SH, MKn, Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya, motivasi, kritik dan saran dalam menyelesaikan tesis ini.

Selanjutnya dengan segala kerendahan hati, penulis bersedia menerima kritikan, masukan dari para pembaca terhadap tesis ini guna pengembangan ilmu pengetahuan, dan pendidikan. Akhirnya penulis memohon karunia hidayah dan taufik dari ALLAH SWT untuk kita semua dalam meniti hari depan.

Medan, November 2011 Penulis

(10)

A. IDENTITAS PRIBADI

Nama Lengkap : RAHMAT SETIADI

Tempat/Tanggal lahir : Kurai Taji, 30 Desember 1981 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Nama Ayah : (Alm) Bashir Djanin Nama Ibu : Zanimar Rahim

Anak ke : Ke (6) enam dari (6) enam orang Bersaudara

Email : sutanrahmat007@yahoo.co.id

B. PENDIDIKAN

1988-1994 : SDN 04 Pauh Kurai Taji Pariaman Selatan di Pariaman

1994– 1997 : SLTPN 3 Pariaman di Pariaman 1997– 2000 : SMUN 1 Pariaman di Pariaman 2000– 2004 : Strata satu (S1) Fakultas Hukum

Universitas Bung Hatta di Padang 2009– 2011 : Strata Dua (S2) Magister

(11)

ABSTRACT ………...………ii

KATA PENGANTAR ………...………iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………...………...……...vii

DAFTAR ISI ... ...viii

DAFTAR ISTILAH ...xii

BAB I PENDAHULUAN………...…...……1

A. Latar Belakang ……...………...………...………1

B. Perumusan Masalah ……… ……...………14

C. Tujuan Penelitian ……… ………...……...…....15

D. Manfaat Penelitian……….………. .…15

E. Keaslian Penelitian……….... …16

F. Kerangka Teori Dan Konsepsional ………...…17

1. Kerangka Teori ………...…...17

2. Landasan Konsepsional. ……… …...…...25

G. Metode Penelitian ……… ………...……...…30

1. Sifat Penelitian …....………...………...29

2. Pendekatan Penelitian………...………...…………...30

3. Sumber Data ……… ……....…………...…31

(12)

BAB II KEDUDUKAN HUKUM CESSIE TAGIHAN PIUTANG SEBAGAI

OBJEK JAMINAN KREDIT ...37

A. Tinjauan Umum Perjanjian Kredit ...37

B. Jaminan Kebendaan Dalam Perjanjian Kredit ...44

a. Jaminan Kebendaan Bergerak.. ...48

b. Jaminan Kebendaan Barang Tidak Bergerak... ...51

C. Cessie Sebagai Jaminan Kebendaan Dalam Perjanjian Kredit ...55

1. Pengertian Umum Cessie...55

2. Kedudukan Hukum Cessie...59

a. Cessie Sebagai Objek Jaminan... ...59

b. Cessie Tagihan Piutang Sebagai Jaminan yang di ikat dengan Jaminan Fidusia Sebagai Perjanjian Accesoir... ...66

(13)

a. Pembebanan Cessie Tagihan Piutang Sebagai Jaminan Kredit/Pembiayaan ... ...69 b.Pendaftaran Cessie Tagihan Piutang Sebagai Jaminan

Kredit/Pembiayaan ... ...80 B. Peranan Notaris Dalam Pembebanan Dan Pendaftaran Cessie

Sebagai Objek Jaminan Pembiayaan…… ………...88 C. Peranan Pemerintah Sebagai Lembaga Pendaftaran Fidusia Atas

Cessie (Daftar Tagihan Piutang) Sebagai Objek Jaminan

Pembiayaan…...………91

BAB IV RESIKO YANG DI TIMBULKAN ATAS CESSIE TAGIHAN

PIUTANG SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA PT.

PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) CABANG

MEDAN... ...93 A. Resiko Hukum Cessie Tagihan Piutang Sebagai Objek

Jaminan Pembiayaan... ...93 1. Debitur Wanprestasi…………...….………....94

(14)

1.Dengan Melihat NPL ( Non Performing Loan/Kredit Bermasalah)

Dari Calon Debitur... ...114

2.Adanya Ketentuan Dalam SP3 (Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan) ... ...118

3.Adanya Jaminan Tambahan... ...121

4.Jaminan Pribadi (Personal Guarantee) Dari Pengurus Dan Direksi ... ...122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...127

A. Kesimpulan……… ……….127

B. Saran………...……….130

(15)

4. Financing Institution = Lembaga Pembiayaan 5. UMKM = Usaha Mikro, Kecil, Menengah

6. Secured Loan = Perjanjian Kredit Dengan Jaminan 7. Borgtocht = Jaminan Pribadi

8. Accesoir = Tambahan 9. Cessioneries = kreditur baru 10. Cessus /end user = debitur lama 11. Cedent =debitur baru

12. Gevaarzetting Theori e= Teori Ambil-Alih Risiko

13. Liability = Tanggung Jawab Hukum

14. Based On Fault = Pertanggungjawaban Berdasarkan Kes alahan

15. Chance Of Bad Out Come = Kemungkinan Akan Terjadinya Hasil Yang

Tidak Di Inginkan, Yang Dapat Menimbulkan Kerugian Apabila Tidak Diantisipasi Serta Tidak Dikelola Dengan Semestinya

16. Force Majeur = Keadaan Memaksa 17. Wezenlijkoorde = Bagian Inti

18. Non Wezenlijk Oorde = Bagian Yang Bukan Inti 19. Credere = Kepercayaan

20. Obligatoir = Hubungan hukum yang mewajibkan penyerahan 21. Statute Approach = Pendekatan Perundang-Undangan

22. vooruverenkomst = perjanjian pendahuluan 23. cessie = piutang atas nama

24. prinsipa = perjanjian pokok

25. secured loan = perjanjian kredit dengan jaminan 26. inventory = persediaan barang dagangan

27. preferent = didahulukan

28. droit de suite = hak jaminan kebendaan mengikuti objek nya di tangan

siapapun objek hak tanggunga n itu berada

29. rechtstile = Alas hak /titel yang sah 30. levering = Penyerahan sesuai jenis benda 31. juridische levering = penyerahan secara yuridis 32. feitelijke levering = penyerahan nyata

33. accecoir = tambahan

34. kollektibilitas = kelancaran dan kedisiplinan dalam pemba yaran kewajiban 35. AAO = Assistant Account Officer

(16)

42. EschadeVergoeding = Kewajiban ganti rugi

43. surseanse van betaling = keadaan pailit atau untuk memperoleh penundaan pembayaran

44. ondercuratele gesteld = untuk ditaruhnya dibawah pengampuan 45. nakomen = terlambatnya pelaksanaan perjanjian

46. scade vergoeding = tidak sebagaimana

47. ontbinding = permintaan penggantian kerugian

48. NPL (Non Performing Loan = Kredit Bermasalah/ macet 49. track record = catatan dan informasi calon debitur

50. BI-Cheking = pengecekan dicatatan laporan calon nasabah pada Bank Indonesia

51. SID = Sistem Informasi Debitur 52. cash collateral = jaminan uang

(17)

Permodalan Nasional Madani (Persero) memberi angin segar dalam dunia usaha di Indonesia. Dalam menyalurkan bantuan pembiayaan kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) menyalurkannya melalui dua cara: Pertama langsung disalurkan melalui Unit usaha PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) yaitu oleh Unit Layanan Modal Mikro (UlaMM) dan yang kedua disalurkan melalui Koperasi dan Bank Perkreditan rakyat yang telah berbadan hukum. Dalam hal penyaluran dengan cara kedua, salah satu jaminan yang diterima adalah cessie tagihan piutang. Cessie adalah suatu perjanjian di mana kreditur mengalihkan piutangnya (atas nama) kepada pihak lain . Dalam menjalankan kegiatannya dibidang penyaluran pembiayaan/kredit dengan cessie tagihan piutang sebagai jaminan, PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dihadapkan pada permasalahan resiko kerugian atas kredit dengan jaminan cessie tagihan piutang yang diberikan.

Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif, karena menitik beratkan pada penelitian kepustakaan di tambah dengan wawancara guna memperoleh data primer. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang -undangan (statute approach), Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan dan bahan hukum yang terkait dengan penelitian ini . Yaitu melihat bagaimana pengaturan cessie tagihan piutang di dalam KUHP erdata pasal 613 dan cessie tagihan piutang sebagai jaminan kredit menurut undang -undang yang berlaku seperti Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan Fidusia dan peraturan terkait lainnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan, pertama Cessie atas piutang dalam perkembangannya setelah diundangkan Undang -undang nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, masuk kedalam le mbaga Fidusia yang mana cessie atas piutang sebagai jaminan kredit/pembiayaan di ikat dengan jaminan fidusia. Kedua sesuai prosedur pembebanan cessie tagihan piutang harus didahului dengan perjanjian pokoknya yaitu perjanjian pembiayaan yang diikuti denga n perjanjian pengikatan jaminan (jaminan fidusia) atas cessie tagihan piutang. setelah akta jaminan fidusia ditandatangani segera pemilik hak atas jaminan atau kuasanya mendaftarkannya ke Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bagian pelayanan Hukum umum, pendaftaran ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 tahun 2000, BAB II yaitu dalam pasal 2 (dua) ayat 1 sampai 4. ketiga Cessie tagihan piutang sebagai jaminan kredit pada PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) memiliki resiko kerugian yang tinggi. Resiko tersebut antara lain adanya wanprestasi dari debitur cedent, perubahan nilai nominal cessie tagihan piutang akibat adanya pelunasan dari salah seorang debitur cessus dan terjadinya forcemajeure (Keadaan memaksa).

(18)

presence of PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) gives hope to the world of business in Indonesia. In distributing its financial assistance to the micro, small and medium business practitioners, PT. Permodalan Nasi onal Madani (Persero) does it in two ways; first, the financial assistance is directly distributed through the Unit Layanan Modal Micro (Micro Capital Service Unit) the Business Unit of PT. Permodalan Nasional Madani (Persero), and second, through Koperasi (Cooperatives) and Bank Perkreditan Rakyat which have been corporate bodies. In the second way of distribution, one of the acceptable guarantees is cessie of receivable bill. Cessie is an agreement in which the creditor transfers his receivables (on behal f of) to the other party. During the implementation of its credit/financial assistance distribution with the cessie of receivable bill as the collateral, PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) is faced to the problem of loss risk with the cessie of recei vable bill given as the collateral.

This normative juridical study with statute approach focused on library research to analyze the regulations of legislation and legal materials related to this study such as how cessie of receivable bill is regulated in Article 613 of the Indonesian Civil Code and cessie of receivable bill as the collateral according to the existing law such as Law No. 42/1999 on Fiduciary Guarantee and the other related regulations which is then supported by interviews to obtain primary data.

The result of this study showed that, first, in its development after the enactment of Law No. 42/1999 on Fiduciary Guarantee, the cessie of receivable bills was included into the Fiduciary Institution in which the cessie as the collateral bound by the fiduciary guarantee. Second, in accordance with the procedure of imposition, the cessie of receivable bill must be preceded by its basic agreement, namely, financing agreement followed by fiduciary agreement. After the act of the fiduciary guarantee is signed, the owner of the right to guarantee or his legal representative registers it to the General Legal Servive Unit, the Department of Law and Human Rights. This registration is regulated in the Regulation of the Government of Indonesian No.86/2000, Chapter II, Article 2 paragraphs (1) – (4). Third, the Cessie of receivable bill as the collateral at PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) had a high loss risk. The risks, among other things, the debtor does not keep his promise, the change of the nominal value of the cessie of receivable bill because one of the debtors has paid the credit, and the incident of force majeure.

(19)

Krisis ekonomi yang di alami Indonesia telah menggoyahkan jalannya berbagai sektor usaha, baik itu usaha berskala besar, menengah dan bahkan kecil. Hal ini sangat mempengaruhi pembangunan ekonomi Indonesia. Pembangun an ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diharapkan dapat menciptakan masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang -Undang Dasar 1945. Tujuan tersebut di cita-citakan dan dicapai dengan adanya keter sediaan dana yang cukup bagi para pelaku usaha untuk menjalankan usahanya.

(20)

Sunaryo mengemukakan pendapatnya tentang lembaga keuangan sebagai berikut :

”Lembaga keuangan merupakan padanan istilah dari bahasa Inggris financial

institusion. Sebagai badan usaha, lembaga keuangan menjalankan usahanya di

bidang jasa keuangan. baik penyedia dana untuk membiayai usaha produktif maupun kebutuhan konsumtif, maupun jasa keuangan bukan pembiayaan. Jadi dalam kegiatan usahanya lembaga keuangan le bih menekan kan pada fungsi keuangan yaitu, jasa keuangan pembiayaan dan jasa keuangan bukan pembiayaan. Dengan demikian, istilah lembaga pembiayaan lebih sempit pengertiannya dibandingkan dengan istilah lembaga keuangan, lembaga pembiayaan adalah bagian dar i lembaga keuangan”.1

Secara garis besar, lembaga keuangan dapat di klasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yaitu :

1. "Lembaga keuangan Bank ( Bank Finance Institusion ) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan dengan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian b ank tersebut dapat di ketahui bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Yang termasuk lembaga keuangan bank meliputi Bank Indonesia, Bank Umum, dan Bank Pembangunan Rakyat”.2

2. ”Lembaga Keuangan Bukan Bank (Non Bank Financial Institution) adalah

badan usaha yang melakukakan kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkannya kepada masyarakat guna membiayai investasi perusahaan. Lembaga Keuangan bukan Bank di atur dengan Undang-undang yang mengatur masing -masing bidang jasa keuangan bukan Bank meliputi, asuransi, pegadaian dan pen siun, reksadana, dan bursa efek”.3

3. ”Lembaga Pembiayaan (Financing Institution) adalah badan usaha yang

melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari

1 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan , Sinar grafika, Jakarta, 2007, hal.1-2. 2 Ibid, hal 10.

3

(21)

masyarakat. Yang dapat melakukan kegiatan dalam lembaga pembiayaan adalah Bank, lembaga keuangan bukan bank dan perusahaan pembiaya an. Pasal 9 ayat (2) keputusan M entri keuangan Republ ik Indonesia Nomor 1251/KMK.013/1988 menyatakan bahwa perusahaan pembiayaan sebagaimana di sebutkan di atas harus berbentuk badan hukum P erseroan Terbatas atau Koperasi”.4

Di Sumatera Utara, tepatnya di kota Medan terdapat kantor cabang Lembaga Pembiayaan yang bergerak dalam bidang Pembiayaan yang memberi solusi pembiayaan pada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) bernama PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) yang didirikan di Jakarta berdasarkan TAPXVI/MPR/1998, letter of intent IMF tanggal 16 Maret 1999, PP No.38/99 tanggal 25 Mei 1999 dan akte Notaris No.I tanggal 1 Juni 1999 yang mendapat pengesahan Mentr i Kehakiman Republik Indonesia N o C-11.609.HT.01.01.TH 99 tanggal 23 Juni 1999, hal ini dapat dilihat dalam

Company Profile perusahaan tersebut.

Company profile PT.Permodalan Nasional Madani (Persero) menjelaskan

bahwa :

1. PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) atau disebut juga PNM merupakan salah satu Lembaga Pembiayaan yang ada di Indon esia, PNM adalah sebuah lembaga keuangan khusus yang sahamnya 100% milik pemerintah, didirikan di Jakarta berdasarkan TAPXVI/MPR/1998, letter

of intent IMF tanggal 16 maret 1999, PP No.38/99 tanggal 25 Mei 1999

dan akte Notaris No.I tanggal 1 Juni 1999 y ang mendapat pengesahan Mentri Kehakiman Republik Indonesia no C -11.609.HT.01.01.TH 99 tanggal 23 Juni 1999. dari modal dasar perseroan ini sebesar Rp.1,2 triliyun, telah di tempatkan dan disetorkan sebesar 300 milyar.

2. Tugas utama PT. Permodalan Nasional M adani (Persero)/PNM adalah memberikan solusi pembiayaan pada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan

4

(22)

Koperasi (UMKMK) dengan kemampuan yang ada berdasarkan kelayakan usaha serta prinsip ekonomi pasar. Dengan pengembangan model lembaga keuangan alternative maka pendekatan pembiayaan yang dilakukan PNM tidak seperti pendekatan perbankan. penguatan manajemen juga diberikan oleh PNM sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan penguatan permodalan. Dalam operasinya, kebijakan PNM ini bekerja sama dengan lembag a-lembaga keuangan seperti lembaga Modal Ventura, B ank umum/Syariah, koperasi simpan pinjam, BPR/S, maupun lembaga keuangan Mikro /syariah lainya di seluruh Provinsi Indonesia.

3. Sumber pembiayaan yang disalurkan PNM berasal dari modal pemerintah, dan kini dalam penjajakan untuk memperoleh pinjaman dalam dan luar negeri, sumber pembiayaan yang berasal dari investor lokal dan luar negeri dapat dihimpun oleh PNM melalui pengelolaan dana investasi oleh unit usaha PNM Investment Management.

4. Sesuai SK Mentri Keua ngan RI No.487/KMK.017/1999, PNM telah di tetapkan menjadi salah satu BUMN Koordinator Penyalur Kredit Program eks KLBI yang sebelumnya dilaksanankan oleh Bank Indonesia.

5. Dengan dukungan pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia, PT. Permodalan Nasional Madani (persero) di kelola dengan prinsip -prinsip profesionalisme, transparansi, dan Good corporate governance siap melangkah memasuki era Indonesia b aru, menuju masyarakat madani yang di cita-citakan.5

Guna meningkatkan perekonomian masyarakat maka PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) memberikan bantuan pinjaman kepada Perseorangan melalui unit layanan modal mikro (UlaMM) dan Badan Usaha melalui perantara Bank Perkreditan Rakyat dan Koperasi. Dalam menjalankan kegiatannya dibidang penyaluran pembiay aan/kredit, maka lembaga pembiayaan PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dihadapkan pada permasalahan resiko, yaitu resiko pengembalian kredit/pembiayaan sehubungan dengan adanya jangka

5

(23)

waktu antara pencairan kredit dengan pembayaran kembali, ini berar ti semakin lama jangka waktu kredit semakin tinggi pula resiko kredit tersebut.

PT. Permodalam Nasional Madani (Persero) adalah penyedia dana (kreditur), atas Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) yang disalurkan melalui Bank Perkreditan Rakyat dan Koperasi yang merupakan program pemerintah untuk memajukan usaha kecil, menengah. Sedangkan jaminan yang diberikan debitur BPR dan Koperasi kepada PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) umumnya berupa cessie tagihan piutang.

Oleh karenanya, dalam hal cessie tagihan piutang sebagai objek jaminan dalam penelitian ini yang menjadi debitur adalah Bank Perkreditan Rakyat yang telah berbadan hukum .

(24)

Setelah lahirnya perjanjian hutang piutang (perjanjian pembiayaan) antara kreditur dan debitur, maka akan menimbulkan hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yaitu kreditur mempu nyai kewajiban untuk menyerahkan dana yang dijanjikan kepada debitur dengan hak menerima kembali dana yang dipinjamkan tersebut pada waktu yang telah disepakati kedua belah pihak, dan dilain pihak debitur berhak menerima dana yang diperjanjikan dengan kred itur dengan kewajiban untuk memenuhi pengembalian dana sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Dalam perjalanan perjanjian kredit/pembiayaan, permasalahan akan timbul ketika pihak debitur lalai atau bahkan tidak mampu melakukan pembayaran atau pengem balian dana yang dipinjamnya kepada pihak kreditur. Debitur yang lalai atau bahkan tidak mampu membayar hutangnya kepada keditur ini biasanya karena dia mengalami kerugian sehingga debitur cidera janji dan melanggar kesepakatan yang telah mereka buat. Untu k mencegah hal tersebut kreditur sebagai penyedia dana biasanya akan meminta jaminan kepada debitur sebagai jaminan pengembalian hutang.

(25)

“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perse orangan”.

Pasal ini memberi jaminan kepada kreditur b ahwa segala kebendaan siberhutang baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari merupakan benda jaminan untuk pelunasan kredit.

Selanjutnya Dalam pasal 1132 KUHPerdata disebutkan:

“Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama -sama bagi semua orang yang menghutangkan kepadanya; pendapatan penjualan dari benda -benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”.

Pasal diatas menerangkan bahwa adanya kreditur preferen yaitu kreditur yang didahulukan diantara kreditur -kreditur yang lain jika krediturnya lebih dari satu.

Pengaturan mengenai cessie tagihan piutang diatur dalam Pasal 613 ayat 1 KUHPerdata yang menentukan sebag ai berikut :

“Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya di lakukan den gan jalan membuat sebuah akta o tentik atau akta di bawah tangan dengan mana hak atas kebendaan itu di limpahkan kepada

orang lain”.

(26)

dilakukan dengan cessie. pengalihan piutang atas nama atau cessie sendiri merupakan suatu penggantian orang berpiutang lama ( cedent), dengan seseorang yang berpiutang baru (cessionaries).

Berdasarkan pasal 613 ayat 1 KUHPerdata, maka dikenal 3 (tiga) jenis piutang yaitu:

1. Piutang atas bawa yaitu penyerahannya dilakukan dengan menyerahkan surat piutang tersebut.

2. Piutang atas tunjuk yaitu penyerah annya dilakukan dengan diserahkannya surat piutang tersebut disertai endosmen.

3. Piutang atas nama yaitu penyerahannya di lakukan dengan membuat suatu akta otentik atau akta dibawah tangan.

Selanjutnya dalam cessie dikenal syarat yang harus dipenuhi dianta ranya adalah: Cessie dapat dilakukan melalui :

1. akta otentik.6

2. akta dibawah tangan.7

Syarat utama keabsahan cessie adalah pemberitahuan cessie tersebut kepada pihak terhutang untuk disetujui dan diakuinya. Pihak terhutang disini adalah pihak terhadap man a si berpiutang memiliki tagihan.

6 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan , Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm.87. Akta otentik adalah suatu akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang diberi wewenang untuk itu, merupakan bukti yang lengkap a ntara pihak dari para ahli warisnya, dan mereka yang mendapatkan hak dari padanya tentang yang tercantum didalamnya, dan bahkan sebagai pemberitahuan belaka, akan tetapi yang terakhir ini hanya diberitahukan itu berhubungan langsung dengan perihal pada a kta itu. Lihat HIR/RBG pasal 165 .

7

(27)

Perjanjian kredit antara lembaga pembiayaan dengan d ebitur adalah perjanjian kredit dengan jaminan ( secured loan ).

Jaminan yang di berikan untuk suatu kredit dapat terdiri atas :

1. Jaminan barang, baik barang tetap maupun barang tidak tetap (bergerak). 2. Jaminan pribadi (borgtocht) yaitu suatu perjanjian dimana pihak ( borgt)

menyanggupi pihak lainnya (kreditur) bahwa ia menjamin pembayarannya suatu utang apabila si terutang (debitur) tidak menepati kewajibannya. 3. Jaminan efek-efek saham, obligasi, dan sertifikat yang di daftar ( listed) di

bursa efek-efek.8

Jaminan-jaminan tersebut meliputi jaminan pokok dan jaminan tambahan. Semua jaminan yang di cant umkan sebagai jaminan kredit dapat di ikat secara notariel, yang mana di je laskan mengenai jenis, nama barang, jumlah, harga taksasi tiap-tiap jaminan tersebut, dan atau pihak ketiga yang di mintai bantuan. Adapun bentuk-bentuk jaminan kredit antara lain; 9

1. Benda tidak bergerak; t anah, tanah dan bangunan, mesin -mesin yang tertanam di dalam tanah.

2. Benda bergerak; kendaraan bermotor, kapal laut dibawah 20 m³, inventory dan alat-alat/peralatan industri.

3. Surat berharga; deposito, saham, obligasi, commercial paper , tabungan dan lain-lain.

4. Benda tidak berwujud; piutang, hak paten, hak atas kekayaan intelektual. 5. Pertanggungan pihak ketiga; personal Guarantee (jaminan pribadi),

coorporate guarantte (jaminan perusahaan), dan perusahaan penjaminan

kredit.

8 Thomas Suyatno, dkk. Dasar-dasar Perkreditan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1992, hal, 27.

9

(28)

Badriyah Harun mengemukakan pendapatnya tentang jaminan kredit bahwa :

“Dalam pengikatan jaminan kredit, keberadaan perjanjian pengikatan jaminan kredit adalah bersifat tambahan ( accesoir). Keberadaannya tergantung pada perjanjian pokoknya, yaitu perjanjian kredit. Sehingga sebelum perjanjian pengikatan jaminan kredit dibuat, maka perj anjian kredit harus terlebih dahulu ada. Akibat hukumnya adalah apabila perjanjian kredit hapus, maka perjanjian pengikatan jaminan hapus juga. Tetapi tidak demikian halnya bila perjanjian pengikatan jaminan berakhir karena sebab barang yang dijanjikan mus nah, maka

perjanjian kredit tidak ikut berakhir”.10

Pada dasarnya cessie bukanlah merupakan suatu lembaga jaminan seperti halnya hipotik/creditverband, gadai atau fidusia. Namun dalam praktek

pemberian kredit perbankan selama ini, cessie banyak dipergunak an untuk menjanjikan pengalihan suatu piutang/tagihan yang dijadikan jaminan suatu kredit.11 Dalam perkembangannya, sejak diundangkannya Undang -undang No 42 Tahun 1999 mengenai jaminan Fidusia maka cessie masuk sebagai benda jaminan yang diikat dengan lemb aga jaminan fidusia. Hal ini terlihat dalam pasal 1 ayat (2) undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia yang berbunyi:

“Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang

berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam undang -undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fiduisa terhadap kreditor

lain”.

10 Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Pustaka yustisia, Jakarta 2010, hal, 19.

(29)

Sedangkan pasal 9 ayat (1) Undang -undang No 42 Tahun 1999 mengenai jaminan Fidusia yang berbunyi sebagai berikut :

“Jaminan fidusia dapat diberikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis benda, termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan

diberikan maupun yang di peroleh dikemudian”.

Cessie (tagihan piutang) sebagai jaminan , pada pelaksanaan perjanjian

kredit di PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dalam pelaksanaannya pada masa pembiayaan/kredit, jaminan Cessie (tagihan piutang) tersebut akan

mengalami perubahan karena Cessie tagihan piutang yang ada pada debitur akan terus berkurang karena adanya pembayaran dari pihak debitur pemilik tagihan, sedangkan seharusnya nilai jaminan yang ada tidak boleh berubah -ubah dan harus sesuai dengan pokok pokok yang telah di perjanjikan. Atau dengan kata lain nilai cessie tagihan piutang harus sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akta perjanjian pembiayaan.

Contohnya: Debitur (BPR/koperasi)/cedent memiliki Total nilai Nominal agunan

cessie tagihan piutang dalam daftar tagihan piutang sebesar

(30)

berisiko bagi PT. Permodalan Nasional M adani (Persero) dalam memberikan kredit.

Resiko berkurangnya jumlah tagihan piutang sebagai jaminan tersebut dapat terjadi karena adanya pelunasan dari debitur cessus kepada (BPR/Koperasi)

cedent, dan bukan karena cedent (BPR/Koperasi) tidak memenuhi prestasinya

(wanprestasi) kepada cessioneries (PT. Permodalan Nasional Madani

(Persero)/kreditur baru.

Dengan adanya perubahan nilai jaminan tersebut sangat berisiko bagi PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dalam memberikan kredit dengan jaminan cessie (tagihan piutang) sebagai jaminan. Dari fakta-fakta yang terjadi dapat kita lihat yaitu :

1. Bahwa ketika cedent (debitur baru) tidak memberikan atau lalai dalam memberikan informasi atas perubahan daftar tagihan piutangnya kepada cessioneries/PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) sehingga cessionaries tidak mengetahui bahwa telah terjadi perubahan daftar tagihan piutang. Sehingga cessionaries tidak mengetahui perubahan daftar tagihan hutang tersebut, sehingga nilai nominal jaminannya menjadi berkurang. Padahal nilai jaminan tidak boleh berkurang dari yang di tetapkan.

2. Bahwa jika terjadinya wanprest asinya cessus (debitur lama) kepada

cedent (debitur baru) mengakibatkan cedent tidak dapat memenuhi

(31)

berkurang, Dalam hal ini tidak terjadi perubahan daftar tagihan piutang tetapi terjadi wanprestasi cessus kepada cedent yang

menyebabkan tidak dapat di penuhinya prestasi cedent kepada cessionaries.

PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) sebagai sebuah lembaga pembiayaan yang menyediakan dana bagi calon debiturnya yaitu BPR dan koperasi dalam melakukan perjanjian kredit dengan jaminan cessie (tagihan

piutang) memiliki resiko kerugian yang cukup tinggi. Karena tagihan piutang yang digunakan sebagai jaminan pembiayaan/kredit itu dalam masa perjanjian kredit sewaktu-waktu akan terjadi perubahan nilai nominalnya dan nilai jaminan menjadi berkurang sebelum perjanjian pembiayaan/kedit berakhir. Bahwa untuk mengurangi resiko ini PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) yang menggunakan cessie tagihan piutang sebagai jaminan harus menetapkan jumla h kredit jauh di bawah plafond nilai jaminan daftar tagihan piutang dan juga perlu dilakukan tindakan pengawasan oleh PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dalam hal perubahan daftar tagihan piutang.

(32)

Melihat hal ini sangat menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian

tesis tentang ”RESIKO HUKUM ATAS CESSIE TAGIHAN PIUTANG

SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN (STUDI PADA PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI ( Persero) CABANG MEDAN)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dan dibahas adalah:

1. Bagaimanakah kedudukan hukum cessie (tagihan Piutang) sebagai jaminan Hutang pada lembaga pembiayaan PT. Permoda lan Nasional Madani, (Persero) cabang Medan?

2. Bagaimanakah prosedur pemberian kredit dengan cessie (tagihan piutang) sebagai jaminan pada PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) cabang Medan?

(33)

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang merupakan tujuan dari tesis ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan jawaban dari perumusan masalah, sehingga dapat memberikan penjelasan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kedudukan hukum cessie (tagihan Piutang) sebagai jaminan Hutang pada lembaga pembiayaan PT. Permodalan Nasional Madani, (Persero) cabang Medan.

2. Untuk mengetahui prosedur pemberian kre dit dengan cessie (tagihan piutang) sebagai jaminan pada PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) cabang Medan.

3. Untuk mengetahui resiko yang di timbulkan atas cessie (tagihan piutang) sebagai jaminan kredit pada perusahaan pembiayaan PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) cabang Medan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut :

(34)

2. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang

cessie (tagihan piutang) sebagai jaminan kredit pada lembaga pembiayaan

PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) cabang Medan.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan penelusuran kepustakaan khususnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara, terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan cessie, namun tidak sama dengan penelitian yang akan dilakukan dengan judul “RESIKO HUKUM ATAS CESSIE (TAGIHAN

PIUTANG) SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN ( STUDI PADA PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI

(Persero) CABANG MEDAN)”. Yaitu :

1. “Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Kios Sebagai Jaminan

Kredit”

Nama : Adelina Lestari Ginting. Nim : 057011002

2. “Kajian Yuridis Terhadap Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit Dikaitkan

Dengan Tugas Notaris”.

(35)

3 “Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit D engan Jaminan Sk Pegawai Oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)”.

Nama : Eva Sartika Siregar. Nim : 077011015.

Adapun penelitian-penelitian yang sebelumnya terhadap sewa menyewa sebagai jaminan kredit, resi gudang sebagai jaminan kredit dan SK pegawai sebagai jaminan kredit berbeda dengan permasalahan yang akan di teliti. O leh karena itu penelitian dan penulisan tesis ini dijamin keaslian dan dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori Dan Landasan Konsepsional. 1. Kerangka Teori

Mariam Darus Badrulzaman mengemukakan bahwa: ”Sistem adalah

kumpulan asas-asas hukum yang merupakan landasan di at as mana di bangun

tertib hukum”.12

Menurut M. Solly Lubis bahwa : ”Kerangka teori adalah kerangka

pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan

teoritis”.13

12 Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional , Alumni, Bandung, 1983, hal 15.

13

(36)

Soerjono Soekanto mendefenisikan bahwa: ”Teori merupakan

generalisasi yang dicapai setelah mengadakan pengujian dan hasilnya

menyangkut ruang lingkup dan fakta yang luas”.14

Dalam penelitian hukum dibutuhkan kerangka teori agar permasalahan yang akan diteliti menjadi jelas dan tepat sasaran. Pada penelitian ini, kerangka teori diarahkan kepada Teori Re siko hukum.

Teori Resiko hukum menurut J.L.L. Wery yang dikemukakan oleh Agus Yudha Hernoko dalam Rahmat S.S.Soemadipradja menerangkan bahwa :

”Teori Resiko beranjak dari pemikiran bahwa ”overmatch mulai diterima dimana

resiko berhenti” artinya debitur harus dihukum membayar ganti rugi apabila tidak

dapat membuktikan bahwa terhalangnya pelaksanaan prestasi timbul dari keadaan yang selayaknya ia tidak bertanggun g gugat. Dengan kata lain, meskipun debitur

tidak bersalah, ”apakah ia harus bertanggung gugat?” apabila jawabannya positif,

debitur memikul resiko tanggung gugat. Teori ini menimbulkan bahaya atau teori ambil-alih resiko (Gevaarzetting Theorie) merupakan contoh dari teori resiko, bahwa disini debitur telah m engambil alih resiko untuk pemenuhan prestasi tersebut.15

Dalam Penelitian ini berupaya menganalisis secara hukum terhadap resiko hukum cessie tagihan piutang sebagai jaminan kredit pada perusahaan pembiayaan. Artinya memahami asas hukum perjanjian (sebagai subjek) dan asas hukum jaminan (sebagai objek) yang mengacu pada peraturan perundang -undangan.

14

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum , Universitas Indonesia Press, Jakarta 1986, hal 126.

(37)

Berbicara mengenai resiko hukum tidak terlepas dari tanggung jawab hukum itu sendiri. Menurut Hans kels en dalam Jimly asshidiqie:

”Bahwa suatu konsep terkait dengan kewajiban hukum adalah konsep tanggung

jawab hukum (liability). Seseorang di katakan secara hukum bertanggung jawab untuk suatu perbuatan tertentu adalah bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatan yang berlawanan. Normalnya dalam kasus sanksi dikenakan terhadap deliquent adalah karena perbuatannya sendiri yang membuat orang tersebut harus bertangung jawab. Dalam kasus ini subyek resposibility dan subyek kewajiban hukum adalah sama. Menurut teori tradisional, terdapat dua macam pertanggung jawaban yang dibedakan yaitu, pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan (based on fault) dan pertanggungjawaban mutlak ( absolute

resposibility).16

Teori tanggung jawab ini menerangkan bahwa se seorang atau badan hukum bertanggung jawab atas perbuatannya yang berlawanan dengan peraturan dan kaedah hukum dan berhak memperoleh sanksi.

Berangkat dari teori tanggung jawab ini, dijelaskan bahwa setiap Risiko yang timbul dalam suatu perjanjian Kredit/ pembiayaan, diantara masing -masing kreditur dan debitur memiliki hak dan kewajiban serta tanggung jawab terhadap apa yang di perjanjikan dalam klausul -klausula perjanjiannya. Dalam hal cessie (tagihan piutang) sebagai jaminan kredit/pembiayaan, ada tiga pi hak yang terkait langsung dengan perjanjian ini, yaitu Kreditur/ Cessionaris (dalam penelitian yang penulis lakukan adalah PT. Permodal an Nasional Madani persero), debitur/Cedent yaitu kreditur lama yang sekarang menjadi debitur dan debitur lama/Cessus yaitu pihak yang mempunyai hutang kepada kreditur lama.

(38)

Perjanjian kredit/ pembiayaan ini sangat berisko tinggi, maka berangkat dari teori tanggung jawab ini penulis akan membahas tentang Resiko hukum Cessie (tagihan Piutang) sebagai jaminan kredit pada peru sahaan pembiayaan stu di pada PT.Permodalan Nasional Madani (Persero) cabang M edan.

Berdasarkan ”workbook level 1 global assosiation of risk profesional

-badan sertifikasi manajemen risiko (2005:A4)”, dalam Ferry Indroes dan Sugiarto

bahwa: ”Resiko di definisikan sebagai ”Chance of bad out come”, maksudnya adalah kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak di inginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola dengan

semestinya”.17

Ferry N. Indroes dan Sugiarto juga berp endapat bahwa :

”Resiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Lebih luas resiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diingingkan atau berlawanan dari yang diinginkan. re siko dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak di kelola dengan semestinya. Sebaliknya re siko yang dikelola dengan baik akan memberikan ruang

terciptanya peluang untuk memperoleh suatu keuntungan yang lebih besar”.18

Didalam hukum perikatan istilah resik o mempunyai pengertian khusus,

”Resiko adalah suatu ajaran tentang siapakah yang harus menanggung ganti rugi

apabila debitur tidak memenuhi prestasi dalam keadaan forje majeur.”19 ”Kata

resiko, berarti kewajiban untuk memikul kerugian jikalau ada suatu keja dian

17

Ferry N. Indroes, Dkk, Manajemen Risiko Perbankan , Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006, hal. 7.

18 Ibid.hal 7.

(39)

diluar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang dimaksudkan dalam

perjanjian”.20

Rachmad Setiawan yang mengutip Asser’s menyatakan bahwa :

”Tidak perlu dipersoalkan tentang kesalahan atau resiko yang menjadi dasar

tanggung jawab. Ajaran kesal ahan merupakan syarat dalam pasal 1365 KUHPerdata. Akan tetapi adakalanya oleh undang -undang dilestarikan tanggungjawab tanpa harus ada kesalahan atau melawan hukum. Jadi baik kesalahan maupun resiko tidak dapat dipergunakan sebagai dasar umum dari tanggungjawab”.21

Pasal 1365 KUHPerdata berbunyi:

”Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada

seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan

kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.

Apabila ingkar janji (wanprestasi) terjadi karena kesalahan debitur karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, maka ganti rugi ditanggung oleh debitur tersebut. Hal ini di terangkan dalam pasal 1243 KUHPerdata yang berbunyi :

”Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu

perikatan. barulah mulai diwajibkan, apabila siberutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya tetapi melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang

telah dilampauinya”.

Pasal ini menerangkan bahwa apabila debitu r tidak melaksanakan apa yang di sepakati dalam suatu perikatan maka dia dianggap wanprestasi (ingkar janji). Mariam Darus Badrulzaman mengungkapkan bahwa ”Ada juga terjadi

20 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata., PT. Intermasa, Bandung, 1980, hal. 144. 21

(40)

kemungkinan bahwa debitur itu tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan itu adalah bukan karena kesalahan debitur. Dalam hal ini dikatakan bahwa debitur berada dalam keadaan memaksa (force majeur) dan masalah siapa yang wajib

memikul kerugian diselesaikan oleh ajaran resiko”.22

Dalam praktek Pembiayaan/kredit di PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) pelaksanaan perjanjian pembiayaan/kredit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Perjanjian pembiayaan/kredit yang dibuat dibawah tangan atau dengan akta dibawah tangan yang selanjutnya dilegalisasi pada kantor notaris.

b. Perjanjian pembiayaan/kredit yang dibuat dihadapan notaris atau dengan akta otentik.

Pengertian perjanjian atau persetujuan secara umum diatur dalam Buku ke III Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Pengertian perjanjian diatur dalam pasal 1313 Kitab Undang -undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa :

“Suatu persetujuan adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

Dalam KUHPerdata pasal 1338 dijelaskan bahwa :

”Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan–persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau

22

(41)

karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu Persetujuan itu dilaksanakan dengan itikad baik”.

Pasal 1338 KUHPerdata ini menjelaskan bahwa perikatan yang dilakukan oleh para pihak berlaku sebagai Undang -undang bagi para pihak yang membuatnya. Baik yang dibuat secara bawah tangan atau akta notaris akan menjadi dasar hukum bagi para p ihak tersebut dan juga bagi pihak ketiga.

Dalam pasal 1320 KUHPerdata dijelaskan bahwa untuk sahnya persetujuan-persetujuan/perjanjian diperlukan 4 (empat syarat) yaitu: sepakat mereka yang mengikatkan diri; cakap untuk membuat suatu perjanjian; suatu hal tertentu; suatu sebab yang halal.

Syarat pertama dan kedua adalah syarat subjektif, sedangkan syarat ke tiga dan ke empat merupakan syarat objektif dari perjanjian.

Mariam Darus mengutip Asser menyatakan bahwa, dilihat dari syarat-syarat sahnya perjanjian ini maka Asser membedakan perjanjian yaitu bagian inti (wezenlijkoorde) dan bagian yang bukan inti ( non wezenlijk oorde).bagian inti disebutkan esensialia, dan bagian non inti terdiri dari naturalia dan aksidentalia. Yaitu:

a. Esensialia: yaitu bagian ini merupakan bagian yang harus ada dalam perjanjian, sifat yang mene ntukan atau menyebabkan perjanjian itu tercipta (constructieve oorde). Seperti persetujuan para pihak dan objek perjanjian; b. Naturalia: bagian ini merupakan sifat bawaan ( natuur) perjanjian sehingga

secara diam-diam melekat pada perjanjian seperti menjamin tidak ada cacat dalam benda yang dijual (vrijwaring);

c. Aksidentialia: bagian ini merupakan sifat yang melekat pada perjanjian dal am hal secara tegas di perjanji kan oleh para pihak seperti ketent uan-ketentuan mengenai domisili para pihak.23

23

(42)

Dari pendapat diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa esensialia dari sebuah perjanjian adalah adanya persetujuan dari para pihak yang melaksanakan perjanjian. Sedangkan naturalia dari sebuah perjanjian a dalah merupakan sifat bawaan dari sebuah perjanjian. Sedangkan aksidentialia yang merupakan bagian non inti yang merupakan sifat yang melekat dalam sebuah perjanjian yang secara tegas diperjanjikan oleh para pihak yang melaksanankan perjanjian.

Menurut Herlien Budiono, asas-asas hukum merupakan dasar pokok yang karena sifatnya fundamental dan yang dikenal di dalam hukum kontrak, terdiri dari empat asas yaitu:24

1. Asas konsensualisme (consensualisme);

2. Asas kekuatan mengikat (verbindende kracht de overenkomst); 3. Asas kebebasan berkontrak (contractsvrijheid);

4. Asas keseimbangan (evenwichtbeginsel).

a. Asas konsensualisme;(consensualime)

Bahwa perjanjian terbentuk karena adanya perjumpaan kehendak (consensus) dari pihak-pihak. Perjanjian pada pokoknya dapat dibuat beb as tidak terikat bentuk dan tercapai tidak secara formil, tetapi cukup melalui konsensus belaka.

b. Asas kekuatan mengikat perjanjian (verbidende kracht der overeenkomst) bahwa para pihak harus memenuhi apa yang mereka sepakati dalam perjanjian yang mereka b uat.

c. Asas kebebasan berkontrak (contractsvrijheid)

bahwa para pihak menurut kehendak bebas mengikatkan diri dengan siapapun yang ia kehendaki. Pihak -pihak juga dapat bebas menentukan cakupan isi serta persyaratan dari suatu perjanjian dengan ketentuan bah wa perjanjian

(43)

tersebut tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang -undangan yang sifatnya memaksa, baik ketertiban umum ataupun kesusilaan.

d. Asas keseimbangan (evenwichtbeginsel)

Bahwa suatu asas yang dimaksud untuk menyelaraskan pranata hukum dan asas-asas pokok hukum perjanjian yang dikenal dalam KUHPerdata yang mendasarkan pemikiran dan latar belakang individualisme pada suatu pihakdan cara berpikir bangsa Indonesia pada pihak lain. Asas keseimbangan perlu kita tambahkan sebagai asas hukum perjanj ian Indonesia mengingat kenyataan bahwa KUHPerdata disusun dengan mendasarkan pada tata nilai serta filsafat hukum barat. Padahal kita mempunyai tata nilai dan filsafat hukum yang berbeda.

2. Landasan Konsepsional

“Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep -konsep khusus yang akan di teliti. Suatu konsep bukan merupakan gejala yang akan di teliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala ini sendiri biasanya dinamakan suatu fakta, sedangkan

konsep merupakan uraian mengenai hubungan dalam fakta tersebut”. 25

Dalam rangka melakukan penelitian ini, perlu di susun serangkaian operasional dan beberapa konsep yang di pergunakan dalam penulisan ini. Yaitu untuk menghindari salah pengertian dan untuk memberikan pegangan pada proses penelitian.

1. Perjanjian.

Dalam pasal 1313 KUHPerdata disebutkan bahwa :

suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.

25

(44)

2. Kredit.

Didalam pasal 1 angka 11 Undang -undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, selanjutnya di sebut dengan undang -undang perbankan, yang mengatakan bahwa:

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarakan persetuj uan atau kesepakatan pinjam -meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Badriyah Harun menyatakan bahwa:

”Istilah kredit berasal dari bahasa latin, yaitu credere yang berarti kepercayaan. Kepercayaan yang dimaksud adalah kepercayaan dalam penundaaan pembayaran, baik penundaan hutang piutang maupun penundaan jual beli. Debitur tidak wajib membayar h utangnya secara langsung atau tunai, melainkan ia di b erikan kepercayaan oleh undang -undang dalam perjanjian kredit untuk membayar belakangan secara bertahap atau mencicil. Karena hutang tersebut dibayar dengan cara di cicil , maka resiko selama utang tersebut belum di lunasi harus ditanggung oleh sipemberi kredit”.26

3. Marhainis Abdulhay tentang perjanjian kredit mengemukakkan pendapatnya, bahwa ketentuan pasal 1754 KUHPerdata tentang Perjanjian pinjam mengganti mempunyai pengertian yang identik dengan perjanjian kredit bank.27

Menurut pasal 1754 KUHP erdata perjanjian pinjam mengganti ialah :

”Persetujuan dengan yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu

jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian dengan

26 Badriyah Harun, Op.cit , hal. 2

(45)

syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”

Mariam Darus Badrulzaman, berpendapat bahwa: ”Perjanjian kredit bank

adalah perjanjian pendahuluan ( vooruverenkomst) dari penyerahan uang. Perjanjian pendahuluan merupakan hasil dari pemufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman mengenai hubungan antara keduanya (kreditur dan

debitur)”.28 Penyerahan uangnya adalah bersifat riil, pada saat penyerahan uangnya dilakukan butuh ketentuan yang tertuang dalam model perjanjian kredit bank tersebut berlaku untuk kedua bel ah pihak.

4. Resiko kredit.

Badriyah Harun memberi definisi :

”Resiko kredit adalah resiko yang timbul sebagai akibat kegagalan para pihak

memenuhi kewajiban”.29

5. Resiko Hukum.

Pengertian risiko hukum menurut Badriyah Harun :

”Resiko hukum adalah resiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang -undangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak di penuhi syarat-syarat kontrak”.30

6. Jaminan atau Agunan Kredit.

Badriyah Harun mendefenisikan Jaminan atau Agunan Kredit adalah :

”Jaminan adalah tanggungan yang diberikan oleh debitur atau pihak ketiga kepada kreditur (Bank) karena kreditur mempunyai kepentingan bahwa debitur harus memenuhi kewajibannya. Jaminan yang utama menurut undang-undang adalah sebuah kepercayaan bahwa kredit yang diberikan akan

28 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Bandung PT Citra Aditya Bakti, 1991 hal. 19.

29 Badriyah Harun, Op.cit , hal 2. 30

(46)

dibayar sehingga dimungkinkan sebuah kredit tanpa agunan barang karena kepercayaan tersebut. Sedangkan agunan adalah jaminan tambahan ya ng diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”.31

7. Cessie.

Rachmad setiawan mengutip Mariam Darus Badrulzaman memberi penjelasan bahwa :

”Cessie adalah suatu perjanjian di m ana kreditur mengalihkan piutangnya

(atas nama) kepada pihak lain. Cessie merupakan perjanjian kebendaan yang

didahulukan suatu ”titel” yang merupakan perjanjian obligatoir. Ada hal

menarik, sementara dalam pasal 613 ayat 2 KUHPerdata mewajibkan adanya pemberitahuan pada debitur cessus, tetapi Mariam Daruz menyebutkan tidak perlu pemberitahuan pada debitur/ cessus”.32

8. Dalam Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia pasal 1 ayat (2) di sebutkan bahwa:

”Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang nomor 4 tahun 1996 tentang Hak tanggungan yang tetap dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya”.

9. Daftar Tagihan Piutang

Daftar Tagihan piutang adalah ”Sebuah daftar nama debitu r (cessus) sebagai bukti piutang dari cedent (kreditur yang mengoper tagihan piutangnya) kepada kreditur baru ( cessieonaries) yang menerangkan dengan jelas nama, jumlah tagihan piutang dari cessus terhadap cedent.

31Ibid , hal. 18 32

(47)

10. Lembaga Pembiayaan.

Dalam ketentuan umum pasal 1 angka (2) keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 tahun 1988 tentang lembaga pembiayaan di sebutkan bahwa :

“Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat”.

11. Perusahaan pembiayaan

Sedangkan pada angka (5) keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 tahun 1988 tentang lembaga pembiayaan di sebutkan bahwa :

“Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha diluar Bank dan lembaga keuangan bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang

termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan”.

G. Metode Penelitian

Soerjono Soekanto mendefenisikan bahwa :

”Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedang penelitian adalah pemeriksaan secara hati -hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses p rinsip-prinsip dan tata cara un tuk memecahkan masalah yang di hadapi dalam melakukan penelitian”.33

33

(48)

1. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dilakukan adalah yuridis normatif dengan mempertimbangkan bahwa titik tolak penelitian analisis terhadap peraturan perundang-undangan34 yang berkaitan dengan cessie tagihan piutang sebagai jaminan kredit/pembiayaan.

Penelitian hukum ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa analisa penelitian bertititk tolak dari peraturan perundang -undangan yang berkaitan dengan resiko hukum cessie (tagihan piutang) sebagai jaminan hutang pada PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) Cabang Medan, yang bertujuan untuk menjelaskan dengan melakukan analisa terhadap data yang di peroleh secara sistematis, faktual dan akurat dikaitkan dengan ketentuan -ketentuan yuridis yang terdapat dalam peraturan perundang -undangan yang berkaitan dengan Resiko hukum cessie tagihan piutang sebagai jaminan kredit pada perusahaan pembiayaan (studi pada PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) cabang Medan.

2. Pendekatan Penelitian

Johnny Ibrahim menuliskan bahwa:

”Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian yuridis

normatif, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang -undangan (statute approach). Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian.

(49)

Selain itu juga dilakukan pendekatan lain yang diperlukan guna memperjelas

analisis ilmiah yang diperlukan dalam penelitian normatif”.35

Penelitian yuridis normatif menitik beratkan pada penelitian kepustakaan di tambah dengan wawancara guna memperoleh data primer . Untuk menunjang dilakukan penelitian hukum normatif, dilakukan pendekatan melalui kajian peraturan perundang-undangan dan bahan hukum yang terkait dengan penelitian ini. Selain itu juga melihat bagaimana pengaturan cessie tagihan piutang di dalam KUHPerdata pasal 613 dan sebagai jaminan kredit menurut undang -undang yang berlaku seperti Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan Fidusia dan peraturan terkait lainnya. Selanjutnya ingin melihat pula bagaimana pelaksanaan cessie tagihan piutang sebagai Jaminan kredit pada PT. Permodalan Nasional Madani (Persero).

3. Sumber Data

Untuk mendapatkan data dan fakta yang akurat tersebut bahan hukum yang dikaji adalah data sekunder yang di tam bahkan dengan wawancara.

a. Data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan, data sekunder meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

b. Untuk mendukung data sekunder maka dilakukan wawancara terhadap para informan dan narasumber. Wawancara dilakukan dengan maksud untuk mengetahui lebih mendalam tentang proses pemberian kredit dengan jaminan

(50)

Cessie daftar tagihan piutang pada PT. Permodalan Nasional Madani Persero

cabang medan.

4. Teknik Pengumpulan Data.

Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari :

1. Penelitian Kepustakaan ( library reseach) yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yaitu meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan baha n hukum tersier.36

Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer

”Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang terdiri atas

peraturan perundang-undangan yang di urut berdasarkan hierarki Undang-undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Pepres), Peraturan Daerah

(Perda)”.37

36 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjaun Singkat, Rajawali Press, Jakarta, 1995, hal.39.

37

(51)

Bahan hukum primer dalam penelitian ini terdiri dari: Kitab undang-undang Hukum perdata, Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 tahun 1988 tentang lembaga Pembiayaan, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan, Peraturan Mentri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, Akta perjanjian Kredit dan akta perjanjian Fidusia yang berlaku di PT. Permodalan Nasional Madani (Persero). b. Bahan Hukum Sekunder

”Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas

buku-buku teks (teks books) yang di tulis para ahli hukum yang berpengaruh (deherseende leer), jurnal-jurnal hukum, yurisprudensi, dan hasil -hasil simposium mutakhir yang berkaitan

dengan topik penelitian”.38

c. Bahan Hukum Tersier

”Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan

petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, encyclopedia, dan

lain-lain”.39

38Ibid, hal.296 39

Referensi

Dokumen terkait

Proses Pembiayaan yang dikeluarkan oleh PT Permodalan Nasional Madani Unit Aksara sudah sesuai dengan standar yang dikeluarkan perusahaan yang berperan penting

Permodalan Nasional Madani (Persero) dihadapkan pada permasalahan resiko kerugian atas kredit dengan jaminan cessie tagihan piutang yang diberikan.. Metode Penelitian

Dilihat dari masalah tersebut, arsitek dapat menciptakan sebuah taman bermain dengan memperbaiki lingkungan yang sudah rusak dengan menghadirkan atmosfir yang ada

Pengamatan kemampuan berakar setek pucuk meliputi variabel persen berakar, pertambahan tinggi setek, jumlah dan panjang akar primer, jumlah dan panjang akar sekunder,

Sedangkan untuk file database backup hanya digunakan untuk database cadangan dan berguna untuk mengembalikan data jika percakapan terhapus atau aplikasi

KESIMPULAN DAN SARAN Terdapat tiga bentuk kearifan lokal yaitu: Mitos Kepercayaan Adanya Nabau/Siluman, Larangan Mendirikan Rumah, Kepercayaan Tentang Mistis

Target tekanan darah yang telah banyak direkomendasikan oleh berbagai studi pada pasien hipertensi dengan penyakit jantung dan pembuluh darah, adalah tekanan darah

Taspen (Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri) dibentuk untuk memberikan jaminan pada masa pensiun, asuransi kematian, dan nilai tunai asuransi sebelum pensiun dengan memberikan