• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Daerah Kajian

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Daerah Kajian

Pulau Papua atau Guinea Baru (Bahasa Inggris: New Guinea) atau yang dulu disebut dengan Pulau Irian adalah pulau terbesar kedua (setelah Tanah Hijau) di dunia yang terletak di sebelah utara Australia. Nama Papua, aslinya Papa-Ua, asal dari bahasa Maluku Utara yang berarti anak piatu yang dimaksudkan bahwa di pulau ini tidak ada seorang raja yang memerintah tetapi ada juga menyatakan bahwa Kata Papua berasal dari bahasa melayu yang berarti rambut keriting, sebuah gambaran yang mengacu pada penampilan fisik suku-suku asli (Stirling, 1943:4, dalam Koentjaraningrat, 1993). Penduduk Papua dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar, masing-masing:

1) Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum rumah di atas tiang (rumah panggung) dengan mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan). 2) Penduduk daerah pedalaman yang hidup di daerah sungai, rawa danau dan lembah

serta kaki gunung. Umumnya mereka bermata pencaharian menangkap ikan, berburu dan mengumpulkan hasil hutan;

3) Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun dan berternak secara sederhana.

Umumnya masyarakat Papua hidup dalam sistem kekerabatan dengan menganut garis keturunan ayah (patrilinea). Budaya setempat berasal dari Melanesia. Masyarakat berpenduduk asli Papua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangat dipengaruhi oleh alam laut, hutan dan pegunungan.

Hasil inventarisasi Dr. Peter J. Siher dari penelitian Summer Institute of linguistie cabang Papua, terdapat 236 suku di Papua yang berbeda bahasa dan budayanya. Perbedaan bahasa ini menyebabkan mereka tidak dapat berkomunikasi satu dengan yang lain. Penyebaran suku-suku di Papua, menurut jumlah suku-suku perkabupaten yang ada di Pulau Papua, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Jumlah Suku Papua Menurut Kabupaten

No Kabupaten Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jayapura Merauke Sorong Fakfak Yapen waropen Paniai Jayawijaya Manokwari Biak Numfor 75 39 23 21 20 20 18 18 1 Jumlah 236

Sumber : Peter J. Siher, Summer Institute of linguistie.

Pada tahun 2003, Papua mengalami pembagian menjadi 2 (dua) provinsi, berdasarkan UU Nomor 45 Tahun 1999 jo Inpres Nomor 1 Tahun 2003, bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian barat menjadi Propinsi Papua Barat dengan wilayah yang mencakup kawasan kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan di sekelilingnya.

1. Kondisi Wilayah Provinsi Papua

Provinsi Papua memiliki luas wilayah 317.062 km² atau 19,33 persen dari luas Negara Indonesia yang mencapai 1.890.754 (Km2). Provinsi Papua terdiri dari 29 (dua puluh sembilan) kabupaten/kota yaitu Kabupaten Asmat, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Keerom, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Memberamo Raya, Kabupaten Memberamo Tengah, Kabupaten Mappi, Kabupaten Merauke, Kabupaten Mimika, Kabupaten Nabire, Kabupaten Nduga, Kabupaten Paniai, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Supiori, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen,/ Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Yalimo dan Kota Jayapura.

Secara geografis, Provinsi Papua berada pada posisi 0° 19' - 10° 45' Lintang Selatan dan 130° 45' - 141° 48' Bujur Timur menempati setengah bagian barat dari New Guinea yang merupakan pulau terbesar kedua dari Greenland. Adapun Batas-batas wilayah Provinsi Papua adalah sebagai berikut :

 Bagian Utara : Samudera Pasifik  Bagian Barat : Provinsi Irian Jaya Barat  Bagian Selatan : Laut Arafura

Keadaan topografi Papua bervariasi mulai dari dataran rendah berawan sampai dataran tinggi yang dipadati dengan hutan hujan tropis, padang rumput dan lembah dengan alang-alangnya. Dibagian tengah berjejer rangkaian pegunungan tinggi sepanjang 650 km. Salah satu bagian dari pegunungan tersebut adalah pegunungan Jayawijaya yang terkenal karena disana terdapat 3 puncak tertinggi yang walaupun terletak didekat kathulistiwa namun selalu diselimuti oleh salju abadi yaitu puncak Jayawijaya dengan ketinggian 5,030m (15.090 ft); puncak Trikora 5.160 m (15.480 ft) dan puncak Yamin 5.100 m (15.300 ft).

Di Provinsi Papua terdapat banyak sungai, danau, dan rawa berskala kecil sampai dengan skala besar. Selain sungai, juga terdapat beberapa danau besar antara lain Danau Sentani di Kabupaten Jayapura dan Danau Paniai di Kabupaten Paniai. Disamping itu terdapat beberapa rawa sangat luas terutama disepanjang pesisir pantai selatan Papua. Pulau Komoro merupakan pulau delta hasil sedimen Sungai Digul yang diperkirakan masih muda.

Sementara itu, di bagian utara terdapat rawa yang terletak di tepian sungai Memberamo dan anak sungainya yaitu sungai Tariku dan Taritatu, sedangkan daerah rawa sempit menyebar di tepian danau Rembabai. Daerah rawa di Papua terdapat buaya, di samping itu pada garis rawa terluar yang dekat dengan pantai merupakan daerah yang baik untuk kehidupan udang. Vegetasi dominan yang hidup di daerah rawa adalah sagu. Daerah rawa tersebut dapat dikembangkan untuk usaha perikanan darat dan persawahan.

2. Kondisi Wilayah Provinsi Papua Barat

Provinsi Papua Barat terletak di wilayah kepala dan leher Burung Pulau Papua pada posisi di bawah garis khatulistiwa antara 129˚-132˚ Bujur Timur dan 0˚-4˚ Lintang Selatan. Berdasarkan posisi geografisnya Provinsi Papua Barat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Pasifik.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Seram Provinsi Maluku Utara.  Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Papua.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda Provinsi Maluku.

Secara administrasi pemerintahan, Provinsi Papua Barat terdiri atas 11 Kabupaten/Kota (10 Kabupaten dan 1 Kota), 127 distrik, dan 1.286 kampung. Kesebelas kabupaten/kota tersebut adalah Kabupaten Fak Fak, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Maybrat, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Tambrauw, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Teluk Wondama dan Kota Sorong.

Kondisi topografi Provinsi Papua Barat sangat bervariasi membentang mulai dari dataran rendah, rawa sampai dataran tinggi, dengan tipe tutupan lahan berupa hutan hujan tropis, padang rumput dan padang alang-alang. Ketinggian wilayah di Provinsi Papua

Barat bervariasi dari 0 s.d > 1000 m. Kondisi ini merupakan salah satu elemen yang menjadi barrier transportasi antar wilayah, terutama transportasi darat, serta dasar bagi kebijakan pemanfaatan lahan.

Karena daerahnya yang bergunung-gunung, maka iklim di Provinsi Papua Barat sangat bervariasi melebihi daerah Indonesia lainnya. Pola umum iklim dan cuaca sangat dipengaruhi oleh topografinya yang kasar. Suhu sangat bergantung dari ketinggian, sedangkan ketinggian dan kejajaran barisan pegunungan mempengaruhi pola angin dan presipitasi dalam setiap daerah.

Secara geologis, wilayah Provinsi Papua Barat sangat unik dari proses dan masa pembentukannya. Menurut Piagam dan Davis (1989), wilayah Kepala Burung terbentuk secara terpisah dari bagian lain di New Guinea yang sebagian besar terjadi pada masa Miocene akhir (10 Ma) dan Pliocene (2 Ma), yang berasal dari pengangkatan dasar laut dan sisa pecahan dari benua purba Gondwana. Dari sini terbentuk delapan microplates yaitu Arfak, Kemum, Netoni, Waigeo, Misool, Wandamen. Tambrauw, dan Lengguru yang sangat mempengaruhi bahan induk batuan dan tanah.

Jenis batuan yang ada saat ini sangat berhubungan erat dengan proses pembentukan dan masa pembentukan wilayah Papua Barat di masa lampau. Hal ini menyebabkan wilayah ini cenderung labil dan sering terjadi aktivitas tektonik seperti gempa bumi. Kondisi topografi Provinsi Papua Barat dengan kemiringan lahan 3-15% seluas 2.524.944 ha, jenis lahan curam dengan kemiringan 16-40% seluas 2.795.754 ha dan jenis lahan sangat curam dengan kemiringan > 40% seluas 5.556.300 ha. Selain itu, topografi ketinggian 50-1.500 meter di atas permukaan laut.

B. Evaluasi UU Nomor 21 Tahun 2001

sebagaimana telah diubah dengan

UU