• Tidak ada hasil yang ditemukan

WICARA TUBUH MENTAL GANDA JUMLAH

PEMERINTAH PUSAT

WICARA TUBUH MENTAL GANDA JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Kabupaten Jayawijaya 12 10 14 36 2 Kabupaten Jayapura 82 82 164 3 Kabupaten Yapen Waropen 36 125 269 82 19 531 4 Kabupaten Biak Numfor 35 5 Kabupaten Asmat 142 146 170 125 871 6 Kabupaten Tolikara 190 331 411 3 18 953 7 Kabupaten Sarmi 8 Kabupaten Keerom 45 205 24 26 300 9 Kabupaten Waropen 52 59 111 10 Kota Jayapura 204 204 408 Jumlah 403 997 1055 589 77 3374

Sumber: Dinas Kesos dan Masyarakat Terisolir, Provinsi Papua, 2011

Terkait permasalahan PMKS, tabel berikut memperlihatkan banyaknya masalah kesejahteraan sosial yang tercatat di berbagai kabupaten/kota di Provinsi Papua:

Tabel 4.40

Banyaknya Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Menurut Jenis dan Kabupaten/Kota 2010

NO KABUPATEN/KOTA BALITA TERLANTAR ANAK TERLANTAR USIA LANJUT JOMPO TERLANTAR 1 2 3 4 5 1 Kabupaten Merauke - 259 - 2 Kabupaten Jayawijaya - 8.358 - 3 Kabupaten Jayapura 15 25 22 4 Kabupaten Nabire - 894 53

5 Kabupaten Yapen Waropen - 1.694 458

6 Kabupaten Biak Numfor 12 14 9

7 Kabupaten Paniai - - 138

9 Kabupaten Mimika - - 59

10 Kabupaten Peg. Bintang 6 20 32

11 Kabupaten Tolikara - - 13 12 Kabupaten Keerom 93 462 577 13 Kabupaten Warooen - 98 180 14 Kabupaten Supiori - 5 - 15 Kota Jayapura - 162 297 Jumlah 126 371.658 1.838

Sumber: Dinas Kesos dan Masyarakat Terisolir Provinsi Papua, Tahun 2011

Tabel di atas menunjukkan variasi PMKS di Provinsi Papua, daerah paling banyak jumlah orang lanjut jompo terlantar adalah Kabupaten Keerom sebanyak 557 orang, lalu Kabupaten Yapen Waropen sebanyak 458 orang, kemudian Kota Jayapura sebanyak 297 orang. Sedangkan anak terlantar terbanyak di Kabupaten Jayawijaya, di Kota Jayapura sebanyak 162 anak.

Adapun untuk perkembangan banyaknya jenis penyandang masalah kesejahteraan sosial dari tahun ke tahun terangkum dalam tabel berikut. Jumlah bayi terlantar di Provinsi Papua antara 2006-2008 mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 11639 bayi menjadi 27 bayi pada tahun 2008. Namun tahun 2009 jumlah balita terlantar mengalami kenaikan menjadi 252 bayi. Kecenderungan serupa terjadi pada perkembangan jumlah anak terlantar, lansia terlantar, tuna susila, wanita tuna susila, penyandang cacat, maupun bekas narapidana. Secara umum jika dibandingkan kondisi antara tahun 2006 dan 2010, banyaknya PMKS mengalami perkembangan yang positif dengan berkurangnya jumlah PMKS pada umumnya. Namun untuk PMKS bekas penderita penyakit kusta, justru mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 66 orang di tahun 2006 menjadi 6289 di tahun 2010. Demikian halnya dengan banyaknya perempuan korban kekerasan yang mengalami peningkatan dari 55 orang di tahun 2006 menjadi 1782 orang di tahun 2010.

Tabel 4.41

Perkembangan Banyaknya PMKS menurut Jenisnya di Provinsi Papua Tahun 2006-2010

NO PMKS PROVINSI PAPUA

1 2 3 4 5 6 7 1 Balita Terlantar 11,639 33 27 252 - 2 Anak Terlantar 57,122 1,768 1,444 2,004 2,383 3 Lansia Terlantar 21,973 1,007 640 3,073 3,732 4 Anak Jalanan 963 6 2 - - 5 Anak Jermal 37,165 - - - - 6 Anak Nakal - - - (824) -

7 Anak Korban Tindak kekerasan 55 - 159 280 397

8 Korban Narkotika 3,084 228 - 321 194

9 Wanita Rawan Sosial Ekonomi 28,556 - - 1,957 90 10 Wanita Korban Kekerasan 55 55 26 482 1,782

11 Tuna Susila 2,124 386 271 1,039 482

12 Wanita Tuna Susila 2,040 244 186 263 653

13 Penyandang Cacat 7,004 1,217 876 7,629 263 14 Bekas Penderita Penyakit Kusta 66 533 313 533 6,289

15 Gelandangan dan Pengemis - 2 - - 471

16 Bekas Narapidana 632 30 15 473 283

17 Perintis Kemerdekaan 119 192 130 130 120

Disamping masalah PMKS, dalam hal ini perlu juga diketahui keluarga PMKS, sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.42

Keluarga Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Jenis dan Kabupaten/Kota 2010

NO KABUPATEN/KOTA Perumahan & Lingkungan Tidak Sehat Komunitas Adat Terpencil/ KAT (jml KK) Korban Bencana Alam Fakir Miskin dan Keluarga Miskin 1 2 3 4 5 6 Kabupaten 1 Merauke - 2.088 - 195 2 Jayawijaya 5 484 - - 3 Jayapura 17 508 943 484 4 Nabire 1.006 346 - 250 5 Yapen Waropen 8.577 131 1.647 684 6 Biak Numfor 17 75 880 117 7 Paniai 3.511 4.384 - 762 8 Puncak Jaya - 1.213 - - 9 Mimika - 1.215 - 140 10 Boven Digoel - 3.247 - - 11 Mappi - 4.542 - 150 12 Asmat 15.588 2.112 - 14.911 13 Yahukimo - 2.147 - - 14 Peg. Bintang 2.000 1.882 112 2.000 15 Tolikara - 779 - 125 16 Sarmi - 1.213 - -

NO KABUPATEN/KOTA Perumahan & Lingkungan Tidak Sehat Komunitas Adat Terpencil/ KAT (jml KK) Korban Bencana Alam Fakir Miskin dan Keluarga Miskin 1 2 3 4 5 6 17 Keerom - 170 2.325 6.033 18 Warooen - 898 - 100 19 Supiori - 246 - - 20 Lanny Jaya - - 170 - Kota 21 Jayapura - - 496 117 Jumlah 26.182 26.187 6.573 26.068

Sumber: Dinas Kesos dan Masyarakat Terisolir, Provinsi Papua, Tahun 2011

Para PMKS berasal dari keluarga dengan kondisi yang tidak mendukung pencapaian kehidupan yang lebih baik. Mereka menjadi seperti saat ini karena peran keluarga yang sangat besar bagi pribadi yang bersangkutan. Setidaknya terdapat 4 latar belakang keluarga yang meliputi: perumahan dan lingkungan tidak sehat, KAT, korban bencana alam dan fakir miskin & keluarga miskin. Perumahan dan lingkungan yang tidak sehat akan mempengaruhi perilaku seseorang menjadi tidak sehat pula, akibatnya menimbulkan masalah. Kedua, KAT yakni jumlah kepala keluarga (KK), lalu korban bencana alam dan fakir miskin & keluarga miskin yang pada akhirnya mempengaruhi seseorang menjadi PMKS.

Keluarga PMKS tersebut mengalami perkembangan yang bervariasi dari tahun ke tahun. Tabel berikut merangkum perkembangan jumlah keluarga PMKS dari tahun 2006-2010. Secara umum keluarga PMKS dengan Perumahan dan Lingkungan tidak Sehat, keluarga korban bencana alam, serta keluarga Fakir Miskin dan Keluarga Miskin mengalami kecenderungan adanya penurunan jika dibandingkan antara kondisi tahun 2006-2010. Adapun jenis keluarga PMKS yang mengalami kenaikan jika dibandingkan antara kondisi tahun 2006 dan 2010 adalah keluarga komunitas terpencil. Tahun 2006 tercatat sejumlah 32.721 keluarga komunitas terpencil, namun pada tahun 2010 banyaknya keluarga komunitas terpencil mengalami peningkatan menjadi 41.122.

Yang menarik perhatian dari keseluruhan jenis keluarga PMKS tersebut adalah adanya kecenderungan terjadinya lonjakan jumlah keluarga PMKS tersebut dari tahun 2008 ke tahun 2009. Hal ini perlu informasi lebih lanjut terkait latar belakang kondisi tersebut.

Tabel 4.43

Perkembangan Banyaknya Keluarga PMKS di Provinsi Papua Menurut Jenis Tahun 2006-2010

NO KELUARGA PMKS PROVINSI PAPUA

2006 2007 2008 2009 2010

1 Perumahan dan Lingkungan

tidak Sehat 31,224 17,605 11,261 41,930 11,694

2 Komunitas Terpencil 32,721 9,018 6,919 42,465 41,122 3 Korban Bencana Alam 7,607 3,845 2,430 7,492 1,999 4 Fakir Miskin dan Keluarga

Miskin 121,557 25,561 17,370 112,969 113,071

Sumber : Badan Pusat Statistik, Tahun 2007-2010

Kondisi dan permasalahan bidang sosial di Provinsi Papua Barat, sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Provinsi Papua. Di Provinsi Papua Barat, perkembangan banyaknya penyandang masalah kesejahteraan sosial terangkum dalam tabel berikut. Untuk penyandang masalah kesejahteraan sosial wanita tuna susila, terdapat kecenderungan penurunan dari tahun 2007-2010. PMKS yang mengalami peningkatan cukup signifikan adalah penyandang masalah narkotika, dimana jumlahnya meningkat dari 19 orang di tahun 2009 menjadi 2115 orang di tahun 2010.

Tabel 4.44 Perkembangan Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

di Papua Barat Tahun 2007-2010

NO PMKS Tahun

2007 2008 2009 2010

1 2 3 4 5 6

1 Wanita Tuna Susila 668 626 271 500

2 Anak Terlantar 2,988 2,891 4,356 366

3 Narkotika - - 19 2,115

4 Manula 4,684 4,554 5,571 366

5 Lainnya 2,497 2,433 937 -

Sumber : Badan Pusat Statistik, Tahun 2007-2010

Salah satu upaya penanganan masalah sosial yang dilakukan di Provinsi Papua Barat adalah melalui pemberian bantuan UKS bagi keluarga fakir miskin dan pembinaan serta pelayanan sosial bagi penderita cacat mental dan anak nakal. Perkembangan jumlah fakir miskin penerima bantuan serta penderita cacat mental dan anak nakal yang mendapat pembinaan dan pelayanan sosial dapat ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 4.45

Banyaknya Keluarga Fakir Miskin yang Memperoleh Bantuan UKS serta Penderita Cacat Mental dan Anak Nakal Yang Mendapat Pembinaan dan Pelayanan Sosial

di Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010

NO Pelayanan Sosial Tahun

2007 2008 2009 2010

1 Fakir Miskin 28,106 27,088 240,438 246,393

2 Cacat Mental 3,867 3,654 910 910

3 Anak Nakal 201 180 165 165

Sumber : Badan Pusat Statistik, Tahun 2007-2010

Terdapat perkembangan positif untuk keluarga fakir miskin yang memperoleh bantuan UKS dalam kurun tahun 2006-2010. Adapun untuk penderita cacat mental dan anak nakal, terdapat kecenderungan penurunan jumlah penerima pembinaan dan pelayanan sosial. Secara umum penanganan masalah sosial di Provinsi Papua Barat juga belum mendapat perhatian yang cukup.

Sejumlah upaya program/kegiatan pun telah dilakukan oleh pemda provinsi maupun kabupaten/kota di Papua khususnya. Terdapat beberapa program yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesejahteraan Sosial dan Masyarakat Terisolir Provinsi Papua, di antaranya:

 Program pemberdayaan fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), dengan kegiatan-kegiatan: pengadaan sarpras pendukung bagi keluarga miskin, peningkatan kesejahteraan sosial keluarga, pemberdayaan KAT;

 Program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial, dengan kegiatan-kegiatan: penanganan masalah strategis menyangkut tanggap cepat darurat dan kejadian luar biasa, pelayanan dan perlindungan kesejahteraan sosial lanjut usia, pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak nakal, pelayanan dan rehabilitasi sosial anak cacat, pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat;

 Program pembinaan anak terlantar, dengan kegiatan pengembangan bakat dan keterampilan anak terlantar;

 Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya);

 Program pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial, dengan kegiatan: pembinaan generasi muda, koordinasi informasi strategis, penyuluhan sosial, pembinaan organisasi, yayasan dan panti sosial, bantuan penghargaan dan bimbingan kepada tokoh perintis/pahlawan yang berjasa terhadap masyarakat, pembinaan dan peningkata sarana keagamaan, wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat, peningkatan akses jaminan sosial, pemberdayaan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat, pendayagunaan sumber dana sosial;

 Program pembinaan kehidupan umat beragama, dengan kegitan: peningkatan kegiatan keagamaan, peningkatan pendidikan keagamaan, dan pelatihan manajemen lembaga keagamaan;

 Program penunjang pendidikan tinggi negeri dan swasta, dengan kegiatan: bantuan penunjang pendidikan bagi mahasiswa kurang mampu.

Dari ketujuh program tersebut, kiranya jelas bahwa persoalan sosial ternyata memiliki spektrum yang sangat luas sehingga memerlukan kejelasan pembagian, mana yang menjadi ranah penyelenggaraan Otonomi Khusus menurut UU 21/2011 dan mana yang menjadi ranah UU 32 Tahun 2004. Sebut saja, dari 7 program dan sekian kegiatan, program apa yang akan dibiayai dengan dana Otonomi Khusus? Sebagai contoh, di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jayapura, dengan dana Otonomi Khusus sebesar Rp. 6,2 M digunakan untuk membiayai 3 program dan 3 kegiatan (2010) yaitu pembangunan rumah layak huni20

dan tempat ibadah21 bagi komunitas adat terpencil (KAT), penataan rumah masyarakat local22

dan pelatihan keterampilan bagi pencari kerja.23

Tabel berikut menunjukkan besaran dana APBD yang digunakan untuk membiayai kewenangan bidang sosial.

Tabel 4.46

Anggaran Bidang Kesos Provinsi Papua Tahun 2008 dan 2010

No PROGRAM TAHUN

2008 (Rp) 2010 (Rp)

1 2 3 4

1. Pemberdayaan fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

1.767.000.000 5.174.650.000 2. Pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan

sosial 1.286.900.000 2.502.935.750

3. Pembinaan anak terlantar 183.200.000 859.319.000 4. Pembinaan eks penyandang penyakit sosial

(eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya)

602.435.575 5.059.772.200 5. Pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan

sosial 5.816.254.800 443.705.000

6. Pembinaan kehidupan umat beragama 3.068.400.000 - 7. Penunjang pendidikan tinggi negeri dan

swasta 4.993.033.600 -

Jumlah 17.717.223.975 14.040.381.950

Sumber: Laporan Tahunan APBD Tahun 2008 dan 2010.

Di Provisi Papua dana yang dikeluarkan untuk mendanai 7 program sebesar 17,7 M tahun 2008 dan 14 M tahun 2010. Namun demikian tidak ada kejelasan mengenai berapa jumlah dana yang berasal dari dana Otonomi Khusus dan berapa jumlah yang berasal dari sumber lainnya. Ketidakjelasan tersebut diakibatkan karena tidak adanya guidance yang jelas dari pemerintah provinsi. Hal ini sejalan dengan pengakuan narasumber, dana Otonomi Khusus

20 Rumah layak huni yang dimaksud disini adalah rumah type 36

21 Gereja, masjid, dan lain-lain sesuai kebutuhan pemeluk agamanya

22 Disebut juga pembangunan rumah bagi penduduk local sebagaimana yang telah dilakukan di Distrik Kaureh, Distrik Yapsi, Distrik Demta

23 Pelatihan keterampilan kerja bagi pencari kerja di 5 distrik dan 7 kampung di Kab. Jayapura, dan pengadaan alat pertukangan bagi peserta pelatihan

yang diberikan untuk membiayai bidang sosial masih sangat terbatas dan cenderung tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari para pengambil kebijakan daerah. Pernyataan pejabat di Dinas Sosial Kabupaten Manokwari menunjukkan hal tersebut:

“Kewenangan bidang sosial selalu mendapatkan porsi yang minim dalam penganggaran di daerah. Tiap tahun kami selalu memperoleh dana Otonomi Khusus yang tidak sesuai dengan harapan. Bahkan, karena kecilnya dana yang kami terima dari dana Otonomi Khusus, kami merasa tidak diprioritaskan dalam pelaksanaan Otonomi Khusus Papua Barat, sehingga masalah sosial, khususnya seperti penanganan panti asuhan/panti jompo tidak memperoleh pendanaan yang memadai”.

4. Perdasus dan Perdasi

Perdasus adalah Peraturan daerah Khusus adalah peraturan daerah Provinsi dalam rangka pelaksanaan pasal-pasal tertentu dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua dan Perdasi adalah peraturan daerah Provinsi dalam rangka pelaksanaan kewenangan sebagaimana diatur dalam peraturan perudang-undangan.

Berdasarkan amanat Undang-undang nomor 21 Tahun 2001 mengamanatkan 13 perdasus dan 18 perdasi serta peraturan pemerintah. Dari amanat 13 perdasus dan 18 perdasi belum semuanya dibuat tetapi sejak otonomi khusus berlangsung, berikut disajikan daftar perdasus dan perdasi yang harus dibuat berdasarkan amanat Undang- Undang Nomor 21 tahun 2001.

Tabel 4.47

Daftar Perkembangan Pembentukan Perdasi dan Perdasus

NO PASAL PERIHAL PENGATURAN KET

1 2 3 4 5

1 Pasal 2 ayat (3) Lambang daerah Perdasus Belum Terbit (Perda Papua Barat No. 2

Tahun 2006 Tentang Lambang Daerah) 2 Pasal 4 ayat (3) Pelaksanaan kewenangan

Provinsi Papua

Perdasus atau Perdasi

Belum Terbit Perdasus 3 Pasal 4 ayat (5) Pelaksanaan Kewenangan

daerah kabupaten dan kota

Perdasus atau Perdasi

Belum Terbit 4 Pasal 4 ayat (9) Tata cara pemberian

pertimbangan oleh Gubernur tentang Perjanjian

Internasional yang dibuat oleh pemerintah terkait Kepentingan Provinsi Papua

Perdasus Belum Terbit Bidang sosial belum tertangani dengan baik dalam pelaksanaan otonomi khusus. Dana otsus yang diberikan untuk membiayai bidang sosial masih sangat terbatas dan bidang ini cenderung tidak mendapatkan perhatian yang memadai. Karena minimnya perhatian dari pemerintah dalam hal pendanaan, penanganan masalah sosial menjadi kurang optimal. Dalam bidang sosial, diperlukan kejelasan hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi khusus di bidang sosial.