• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak Ekonomi Pencipta dalam UUHC Tahun 1997

TINJAUAN PERLINDUNGAN HAK EKONOMI PENCIPTA MUSIK DAN LAGU BERDASARKAN UUHC TAHUN 1997, TRIPS SERTA KONVENSI

2.1. Prinsip Umum UUHC Indonesia

2.1.4. Hak Ekonomi Pencipta dalam UUHC Tahun 1997

UUHC Tahun 1997 tidak menyebutkan pasal mengenai pengaturan hak ekonomi pencipta. Dasar dari ketentuan tersebut secara implicit tersirat pada Pasal 2 dan Pasal 3 ayat (2) mengenai Fungsi dan Sifat Hak Cipta.

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah memberikan definisi hak

ekonomi (economic right) adalah hak yang dimiliki seorng pencipta untuk mendapatkan keuntungan dari eksploitasi ciptaannya. Selanjutnya hak ekonomi secara umum terdiri atas delapan kelompok yaitu:94

(1) Hak reproduksi atau penggadaan

Dalam UUHC Tahun 1997, hak repruduksi sama dengan hak perbanyakan. Hak reproduksi juga mencakup perubahan bentuk ciptaan satu ke ciptaan lainnya. Hak ini diatur Konvensi Berne dan Konvensi Universal CopyRight

1955 (selanjutnya disebut UCC), sehingga di setiap negara yang memiliki UUHC selalu mencantumkan hak tersebut.

(2) Hak adaptasi

Hak untuk menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain, aransemen musik, dramatiswasi dari non dramatic, karangan non-fiksi diubah menjadi cerita fiksi atua sebaliknya. Hak ini diatur baik dalam Konvensi Bern maupun UUHC.

(3) Hak distribusi

Hak pencipta untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya. Penyebaran tersebut berupa bentuk penjualan, penyewaan, agar ciptaan itu dikenal masyarakat.

(4) Hak penampilan (performance right)

Hak ini dimiliki oleh pemusik, dramawan dan seniman lainnya yang karyannya terungkap dalam bentuk pertunjukan. Pengaturannya terdapat dalam Konvensi Bern dan UCC bahkan diatur secara tersendiri dalam Konvensi Roma 1961. Untuk mengurus hak pertunjukan dibentuk lembaga

“ Performing right society”, yang mengorganisir musikus, komposer,

94

pencipta serta penerbit karya cipta musik lainnya serta mengumpulkan dan mendistribusikan royalti kepada pencipta. Di Indonesia disebut dengan Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI).95

(5) Hak penyiaran (broadcasting right)

Hak menyiarkan dengan mentransmisikan suatu ciptaan oleh peralatan tanpa kabel. Hak penyiaran meliputi penyiaran ulang dan mentransmisikan ulang. Hak ini diatur dalam Konvensi Bern, UUC, Konvensi Roma 1961 dan Konvensi Brussel 1974 yang dikenal dengan Relating to Distribution of Programme Carrying Signals Transmitted by Satellite. Pengaturan hak penyiaran dalam UUHC Tahun 1997, masih ditempatkan dalam cakupan hak pertunjukan.

(6) Hak programa kabel

Hak ini hamper sama dengan hak penyiaran hanya saja mentransmisikannya melalui kabel. Badan penyiaran televisi mempunyai studio yang menyiarkan program acaranya yang bersifat komersial melalui kabel ke pesawat para pelanggan.

(7) Droit de suite

Hak pencipta yang terdapat pada Pasal 14ter.2 Konvensi Bern adalah “sebagai berikut:96

“ It is an attempt to look after the interest of artists and other ma kers of artistic works. The painter or sculptor often sells his work cheaply in order to make ends meet. The work may pass through a number of hands and, in doing so, may considerably increa se in value. It becomes a source of revenue for those engaged in sales (dealers, expers, art critics, etc) and is often bought as a good investment. This provision therefore allows the artists to follow the fortune of his work and to profit from the increase in its value each time it chnges hands. Known as the droit de suite…”

95

Infra, BAB III. 96

Wipo, Guide to the Bern Convention for the Protection of Library and artistic Works (Paris

Ketentuan droit suite bersifat hak kebendaan.97 Hal ini karena hak cipta yang merupakan bagian HaKI adalah bersifat hak kebendaan, yang bercirikan antara lain droit de suite, yaitu hak untuk mengikuti bendanya dimanapun benda itu berada atau dalam tangan siapapun benda itu berada. Jika dihubungkan dengan hak ekonomi pencipta, maka pencipta masih tetap dapat menikmati keuntungan ekonomi dari hasil eksploitasi ciptaannya, sekalipun ciptaan itu telah dialihkan kepada pihak lain bahkan sampai karya cipta tersebut telah berulangkali berpindah tangan, atau telah dijual berulang kali kepada pihak lain.

(8) Hak pinjam masyarakat (public lending right)

Hak pencipta yang karyanya disimpan di perpustakaan. Hanya Pencipta yang mendaftarkan karyanya pada lembaga hak pinjam masyarakat yang berhak atas pembayaran dari pihak lain yang meminjam karyanya. Hak ini diatur di Inggris dalam “Public Lending Right Act 1979” dan “The Public Lending Right Scheme 1982”.98 Di Indonesia hak ini belum diakomodasikan dalam UUHC Tahun 1997.

Hak ekonomi suatu ciptaan pada mulanya ada pada pencipta, namun jika ia tidak akan mengeksploitasi sendiri, maka pencipta dapat mengalihkannya kepada pihak lain yang kemudian menjadi pemegang hak tersebut. David I. Bainbridge menguraikan alasan pencipta mengalihkan hak ciptanya kepada orang lain adalah sebagai berikut:99

“ Bearing in mind that the author of a work of copyright will often be the owner of the copyright, the owner may not be in the best position to exploit the work commercially. For exa mple, the author of a work a literature such a s a romantic story (if he is the first owner of the copyright as will usually be the case), will find it more advantageous in terms of the balance between financial

97

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op. Cit. hlm. 71 98

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Loc. Cit. 99

reward and the degree of risk involeved to approach a well-established publisher who will arrange for the printing, marketing and sale of books of the story. Not only that, but the publisher will also be better placed to take legal action against infringing the copyright. Similarly, the compuser of a piece of music may approa ch a record company who migh arrange for the recording of the music by a well-known orchestra and for the manufacture, distribution and sale records, cassettes and compact discs on a worldwide scale.”

Dari pernyataan tersebut dipahami bahwa pencipta yang tidak mempunyai kemampuan ekonomi untuk mengeksploitasi ciptaanya dapat menyerahkan hak tersebut untuk dikelola oleh pihak lain. Misalnya seorang pencipta musik dan lagu, mengalihkan hak ekonominya kepada produser yang memiliki perusahaan rekaman. Produser selanjutnya memilih penyanyi, band pengiring, dan lagu-lagu yang direkam dalam bentuk kaset atau CD atau bentuk lainnya sesuai perjanjian, serta distribusi dari penjualan tersebut dipasarkan baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Pengalihan hak cipta kepada pihak lain tidak berarti orang yang menerima pengalihan tersebut memiliki hak cipta. Hak cipta tetap berada di tangan penciptanyan. Mengenai hal ini David I Bainbride menjelaskan bahwa:100

“ One point that must be made at this stage that physical possession of an object containing or representeing a work of copyright or copy of such a work does not by itself give any rights under copyright la w. F or esample, mere possession of a book does not give a right to perform any of restricted acts such as making copies of the book. The same principle applies to a painting, and the sale of painting, no matter how expensive, does not automatically assign the copyright in it.”

Dari pendapat tersebut dipahami, seornga produser yang menerima pengalihan hak cipta dari pencipta, meskipun secara fisik memiliki suatu karya musik dan lagu dalam bentuk dapat didengar, dilihat atau dibaca, namun hak cipta dari karya itu tidak berada padanya, melainkan pada penciptanya.

Pengalihan hak ekonomi suatu ciptaan biasanya dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam suatu perjanjian dengan memperhatikan Pasal 1338 jo Pasal 1320 KUH Perdata. Ada dua cara pengalihan hak ekonomi.101

100

Pertama, lisensi (licence/licentie) berdasarkan suatu perjanjian yang mencantumkan hak-hak pemegang hak cipta dalam jangka waktu tertentu, untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu dalam rangka eksploitasi ciptaan yang dimiliki oleh pencipta. Untuk pengalihan hak tersebut pencipta memperoleh uang tertentu sebagai imbalan yang disebut dengan royalti. Kedua, pengalihan hak ekonomi secara assignment (overdracht) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan penyerahan.102

Adapun yang diserahkan oleh pencipta kepada pihak lain, yang kemudian pihak tersebut menjadi pemegang hak cipta berdasarkan perjanjian, adalah seluruh hak cipta atau sebagiannya dari suatu ciptaan yang diatur dalam UUHC Tahun 1997. Hak cipta suatu ciptaan dapat beralih sepenuhnya dan selama-lamanya kepada pemegang hak cipta (Assignee). Dengan perkataan lain pencipta menyerahkan seluruh hak ciptanya kepada pemegang hak cipta dengan cara menjual seluruh hak ciptanya dengan cara penyerahan. Hak cipta yang dijual untuk seluruh atau sebagiannya tidak dapat dijual untuk kedua kalinya oleh penjual yang sama (Pasal 25 ayat (2) UUHC Tahun 1997).103