• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAKIKAT PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM ISLAM 1. Pengertian Pendidikan Multikultural

Pendidikan Multikultural dalam Islam

HAKIKAT PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM ISLAM 1. Pengertian Pendidikan Multikultural

29 Maju Bersama Pendidikan ~ M. Tamin

metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengeta-huan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Dalam kata tersebut terkandung sebuah pengakuan akan kehidupan manusia yang mempunyai kebudayaan beraneka ragam dengan segala keuni-kannya.

Maka pendidikan multikultural merupakan wahana yang paling tepat untuk membangun kesadaran multikulturalisme. Me-lalui pendidikan multikultural tersebut yang terintegrasi dalam kurikulum maka pemahaman masyarakat terhadap setiap per-bedaan yang ada menjelma menjadi sebuah perilaku untuk sal-ing menghargai dan menghormati keragaman identitas dalam kerangka penciptaan harmonisasi kehidupan.

Berdasarkan konflik-konflik yang terjadi maka keberadaan pendidikan multikultural sangat diperlukan. Pendidikan multikul-tural adalah strategi pendidikan yang diterapkan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada diri siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur agar pros-es belajar menjadi lebih efektif dan mudah Hal tersebut sekaligus juga untuk melatih dan membangun karakter siswa agar terbiasa bersikap demokratis, humanis dan pluralis dalam lingkungannya. Selanjutnya akan terbentuk masyarakat bangsa yang lebih berbu-daya dengan banyak keanekaragaman.

30 M. Tamin ~ Maju Bersama Pendidikan 2. Pendidikan Multikultural dalam Islam.

Keberadaan dan asal manusia yang multikultural menjadi sebuah kekayaan ilmu pengetahuan bagi ummat Islam untuk di-kaji lebih mendalam. Perbedaan-perbedaan yang ada di sekitar kehidupan manusia telah tertulis dalam al-Qur’anul Karim seb-agaimana Allah SWT. telah berfirman:

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguh-nya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesung-guhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. al-Hujurat (49): 13).

Kurangnya pemahaman dan penerapan secara praktis firman Allah SWT. dalam QS. al-Hujurat (49): 13 tersebut menye-babkan orang Islam terjebak dalam hal-hal yang merugikan. Hal tersebut menjadi penyebab terjadinya konflik yang tidak pernah berhenti.

Maka konsep pedidikan multikultural perlu secara terus-menerus untuk disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai forum atau media. Hal tersebut bertujuan agar tumbuh dalam diri setiap orang kesadaran hidup dalam sebuah bangsa yang mem-punyai keragaman budaya, pada akhirnya bisa saling menghargai dan menghormati setiap perbedaan.

31 Maju Bersama Pendidikan ~ M. Tamin

sesuai dan diterima untuk kebutuhan kontemporer adalah bahwa orang-orang dari berbagai kebudayaan yang beragam secara per-manen hidup berdampingan satu dengan yang lainnya; banyak versi multikulturalisme menekankan pentingnya belajar tentang kebudayaan-kebudayaan lain, mencoba memahami mereka se-cara penuh dan empatik; multikul-turalisme mengimplikasikan suatu keharusan untuk mengapresiasi kebudayaan-kebudayaan lain, dengan kata lain menilainya positif. Multikulturalisme mun-cul kapan dan dimanapun ketika perdagangan dan kaum diaspora yang hidup darinya menjadi penting, dan ini menghendaki sal-ing adaptasi (mutual adaption) sehsal-ingga semua kelompok mem-peroleh kemajuan dari pertukaran yang sifatnya material dan manufaktural maupun kultural berupa gagasan-gagsan dari ber-bagai penjuru dunia.

Karekteristik pendidikan multikultural tersebut meliputi tujuh komponen, yaitu belajar hidup dalam perbedaan, memban-gun tiga aspek mutual (saling percaya, pengertian, dan menghar-gai), terbuka dalam berfikir, apresiasi dan interdependensi, serta resolusi konflik dan rekonsiliasi nirkekerasan.

Dari beberapa karakteristik tersebut, diformulasikan den-gan ayat-ayat al-Qur‘an sebagai dalil, bahwa konsep pendidikan multikultural ternyata selaras dengan ajaran-ajaran Islam dalam mengatur tatanan hidup manusia di muka bumi ini, terutama sekali dalam konteks pendidikan:

a. Karakteristik belajar hidup dalam perbedaan

Pendidikan selama ini lebih diorientasikan pada tiga pilar pendidikan, yaitu menambah pengetahuan, pembekalan

32 M. Tamin ~ Maju Bersama Pendidikan ampilan hidup (life skill), dan menekankan cara menjadi “orang” sesuai dengan kerangka berpikir peserta didik. Realitasnya dalam kehidupan yang terus berkembang, Ketiga pilar tersebut kurang berhasil menjawab kondisi masyarakat yang semakin mengglobal.

Maka dari itu diperlukan satu pilar strategis yaitu belajar saling menghargai akan perbedaan, sehingga akan terbangun re-lasi antara personal dan intra personal. Dalam terminologi Islam, realitas akan perbedaan tak dapat dipungkiri lagi, sesuai dengan Q.S. Al-Hujurat (49): 13 yang menekankan bahwa Allah SWT men-ciptakan manusia yang terdiri dari berbagai jenis kelamin, suku, bangsa, serta interprestasi yang berbeda-beda.

b. Karakteristik membangun tiga aspek mutual

Ketiga hal tersebut yaitu membangun saling percaya (mu-tual trust), memahami saling pengertian (mu(mu-tual understanding), dan menjunjung sikap saling menghargai (mutual respect). Tiga hal ini sebagai konsekuensi logis akan kemajemukan dan kehege-monikan, maka diperlukan pendidikan yang berorientasi kepada kebersamaan dan penanaman sikap toleran, demokratis, serta ke-setaraan hak.

Implementasi menghargai perbedaan dimulai dengan si-kap saling menghargai dan menghormati dengan tetap menjun-jung tinggi rasa persatuan dan persaudaraan. Hal tersebut dalam Islam lazim disebut tasamuh (toleransi).

Ayat-ayat al-Qur’an yang menekankan akan pentingnya saling percaya, pengertian, dan menghargai orang lain, diantaran-ya adiantaran-yat diantaran-yang menganjurkan untuk menjauhi berburuk sangka dan mencari kesalahan orang lain yaitu Q.S. al-Hujurat (49): 12 :

33 Maju Bersama Pendidikan ~ M. Tamin

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesala-han orang lain dan janganlah sebahagian kamu meng-gunjing sebahagian yang lain.

c. Karakteristik terbuka dalam berpikir.

Pendidikan seyogyanya memberi pengetahuan baru ten-tang bagaimana berfikir dan bertindak, bahkan mengadopsi dan beradaptasi terhadap kultur baru yang berbeda, kemudian dire-spons dengan fikiran terbuka dan tidak terkesan eksklusif. Peser-ta didik didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir sehingga tidak ada kejumudan dan keterkekangan dalam berfikir. Penghargaan al-Qur’an terhadap mereka yang mempergunakan akal, bisa dijadikan bukti representatif bahwa konsep ajaran Is-lampun sangat responsif terhadap konsep berfikir secara terbuka. d. Karakteristik apresiasi dan interdependensi

Karakteristik ini mengedepankan tatanan sosial yang care (peduli), dimana semua anggota masyarakat dapat saling menun-jukan apresiasi dan memelihara relasi, keterikatan, kohesi, dan keterkaitan sosial yang rekat, karena bagaimanapun juga manusia tidak bisa survive tanpa ikatan sosial yang dinamis. Konsep seperti ini banyak termaktub dalam al-Qur’an, salah satunya Q.S. al-Maid-ah (5): 2 yang menerangkan betapa pentingnya prinsip tolong me-nolong dalam kebajikan, memelihara solidaritas dan ikatan sosial (takwa), dengan menghindari tolong menolong dalam kejahatan.

34 M. Tamin ~ Maju Bersama Pendidikan Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertak-walah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S. al-Maidah (5): 2).

Redaksi ayat tersebut mengisyaratkan bahwa tolong me-nolong yang dapat mengantarkan manusia, baik sebagai individu atau kelompok, kepada sebuah tatanan masyarakat yang kokoh dalam bingkai persatuan dan kebersamaan adalah tolong me-nolong dalam hal kebaikan, kejujuran dan ketaatan.

e. Karakteristik resolusi konflik dan rekonsiliasi nirkekerasan

Konflik dalam berbagai hal harus dihindari, dan pendidi-kan harus mengfungsipendidi-kan diri sebagai satu cara dalam resolusi konflik. Adapun resolusi konflik belum cukup tanpa rekonsiliasi, yakni upaya perdamaian melalui sarana pengampunan atau me-maafkan (forgiveness). Pemberian ampun atau maaf dalam rekon-siliasi adalah tindakan tepat dalam situasi konflik komunal.

Dalam ajaran Islam, seluruh umat manusia harus mengedepankan perdamaian, cinta damai dan rasa aman bagi se-luruh makhluk. Juga secara tegas al-Qur’an menganjurkan untuk memberi maaf, membimbing kearah kesepakatan damai dengan cara musyawarah, duduk satu meja dengan prinsip kasih sayang.

Hal tersebut terdapat dalam Q.S. asy-Syuura (42): 40 yang berbunyi :

35 Maju Bersama Pendidikan ~ M. Tamin

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesung-guhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang lalim.

Apabila terjadi perselisihan, maka Islam menawarkan jalur perdamaian melalui dialog untuk mencapai mufakat. Hal ini tidak membedakan ras, warna kulit, etnik, kebudayaan dan bah-kan agama.

Kesadaran terhadap kehidupan yang multikultural pada akhirnya akan menjelma menjadi suatu kesatuan yang harmonis yang memberi corak persamaan dalam spirit dan mental. Untuk memperoleh keberhasilan bagi terealisasinya tujuan mulia yaitu perdamaian dan persaudaraan abadi di antara orang-orang yang pada realitasnya memang memiliki agama dan iman berbeda, perlulah kiranya adanya keberanian mengajak pihak-pihak yang berkompenten melakukan perubahan-perubahan di bidang pen-didikan terutama sekali melalui kurikulumnya yang berbasis ke-anekaragaman.

Paradigma tentang pendidikan multikultural dan upaya-upaya untuk penerapannya di Indonesia kini mendapat perhatian yang semakin besar karena relevansi dan urgensinya yang tinggi. Pengembangan pendidikan multikultural tersebut diharapkan dapat mewujudkan masyarakat multikultural, yaitu suatu ma-syarakat yang majemuk dari latar belakang etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai tekad dan cita-cita yang sama dalam membangun bangsa dan negara.

36 M. Tamin ~ Maju Bersama Pendidikan buah keniscayaan dalam hidup. Kehidupan yang tenang dan da-mai diantara bermacam perbedaan dalam bermasyarakat perlu disosialisasikan agar benar-benar terwujud, salah satunya me-lalui pendidikan multikultural.

Pendidikan multikultural pada dasarnya tidak berten-tangan dengan ajaran Islam, khususnya al-Qur’an yang menjadi sumber hukum agama Islam. Keanekaragaman yang ada justru menjadi kekayaan intelektual untuk dikaji, sebagaimana beberapa ayat al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut.

Dengan pendidikan multikultural diharapkan setiap indi-vidu atau kelompok bisa menerima dan menghargai setiap perbe-daan, hidup berdampingan dengan damai dan tenang walaupun berbeda-beda. Sehingga terbentuk sebuah negara dan bangsa yang damai dan sejahtera.***