• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Pembelajaran PAI berbasis CTL

KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN CTL

Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning) masyarakat belajar (learning community), pemod-elan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebena-rnya (authentic assessment). Ketujuh komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (http://ipotes.wordpress.com):

1. Konstruktivisme

Pengertian konstruktivisme menurut Wina Sanjaya adalah “Proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman”. Menu-rut pengembang filsafal konstruktivisme Mark Baldwin dan diperdalam oleh Jean Piaget dalam Wina Sanjaya menyatakan bahwa “Pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek se-mata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.

Menurut Yatim Riyanto (2008 :171), konstruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

102 Syf. Khairiah ~ Maju Bersama Pendidikan luas melalui konteks yang terbatas dan tidk sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dikondisikan untuk terbiasa memecah-kan masalah, menemumemecah-kan hal–hal yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan gagasan–gagasan. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan dapat dijadikan milik mereka sendiri. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterli-batan aktif dalam proses pembelajaran.

Menurut Suparno secara garis besar prinsip– prinsip konstruktivisme yang diambil adalah: (a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial. (b) Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecu-ali dengan kearifan siswa sendiri untuk bernalar. (c) Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi peruba-han konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah. (d) Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.

2. Inquiri

103 Maju Bersama Pendidikan ~ Syf. Khairiah

nya, proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan pen-emuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Proses menemukan inilah yang dirangsang secara optimal lewat penerapan strategi pembelaja-ran CTL. Karena strategi pembelajapembelaja-ran CTL menekankan keakti-fan siswa dalam menemukan sendiri pengetahuan.

Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bu-kanlah mempersiapkan sejumlah materi yang hatus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

Ada beberapa langkah yang dapat digunakan dalam keg-iatan inkuiry yang dapat dipraktekkan dalam kelas:

a. Merumuskan masalah

b. Mengamati dan melakukan observasi

c. Menganalisis dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan bagan, tabel dan karya lainnya.

d. Mengkomunikasikannya atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain. 3. Bertanya (questioning)

Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari ke-ingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam bepikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Cara guru memancing siswa untuk

104 Syf. Khairiah ~ Maju Bersama Pendidikan tanya akan dapat tereksplorasi dengan baik. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan–pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk men-emukan setiap materi yang di pelajarinya.

Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk (H. Yatim Riyanto. 2008 :174 ):

a. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis b. Mengecek pemahaman siswa

c. Membangkitkan respon siswa

d. Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa e. Mengetahui hal–hal yang sudah diketahui siswa

f. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang di kehen-daki guru

g. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

h. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. 4. Masyarakat belajar (learning community)

Leo Semenovich Vygotsky, seorang psikolog Rusia, me-nyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat di pecahkan sendiri, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Kerjasama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Kon-sep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL me-nyarankan agar hasil pembelajarn deperoleh melalui kerjasama dengan orang lain.

105 Maju Bersama Pendidikan ~ Syf. Khairiah

baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam ling-kungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diper-oleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok, yang sudah tahu memberi tahu kepada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalaman-nya kepada orang lain. Inilah hakekat dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling membagi. Prakteknya dalam pembelaja-ran terwujud dalam:

a. Pembentukan kelompok kecil b. Pembentukan kelompok besar

c. Mendatangkan ”ahli” ke kelas (tokoh, agamawan dll) d. Bekerja dengan kelas sederajat

e. Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya f. Bekerja dengan masyarakat.

5. Pemodelan (modeling)

Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya: Guru memberikan contoh bagaimana cara melafalkan sebuah ayat-ayat al-Qur’an yang benar dan lain sebagainya.

Proses modeling tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang dinggap memiliki kemam-puan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pem-belajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang dapat memung-kinkan terjadinya verbalisme.

106 Syf. Khairiah ~ Maju Bersama Pendidikan 6. Refleksi (reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilaku-kan di masa lalu. Refleksi merupadilaku-kan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengalaman yang baru diterima. Pengetahuan di-peroleh melalui proses, pengetahuan yang dimiliki siswa diper-luas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperdiper-luas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubun-gan–hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.

Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu se-jenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa: (a) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu; (b) Catatan atau jurnal di buku siswa; (c) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu; (d) Diskusi; dan (e) Hasil karya. 7. Penilaian nyata (authentic assessment)

Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini di-lakukan untuk mengetahui apakah siswa benar–benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara

107 Maju Bersama Pendidikan ~ Syf. Khairiah

terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan ke-pada hasil belajar.

Karakteristik penilaian sebenarnya: (Yatim Riyanto. 2008 : 177)

a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran di-laksanakan

b. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif

c. Yang diukur keterampilan dan performasi bukan mengingat fakta

d. Berkesinambungan e. Terintegrasi

f. Dapat digunakan sebagai feed back