• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Pembelajaran PAI berbasis CTL

PENERAPAN CTL PADA PEMBELAJARAN PAI DI KELAS

4. Membuat Aktivitas Belajar Mandiri

Melalui aktivitas ini peserta didik mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi sendiri dengan se-dikit bantuan atau bahkan tanpa bantuan guru.

Supaya dapat melakukannya, siswa harus lebih mem-perhatikan bagaimana mereka memproses informasi,

110 Syf. Khairiah ~ Maju Bersama Pendidikan apkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan penge-tahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji-coba terlebih dahulumeny ediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi; serta beru-saha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning). 5. Menyusun Refleksi

Dalam melakukan refleksi, misalnya ketika pelajaran berakhir siswa merenungkan kembali pengalaman yang baru mereka peroleh dari pelajaran tentang shalat berjama`ah. EVALUASI PEMBELAJARAN PAI DENGAN PENDEKATAN CTL

Tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan bahwa pendidikan (termasuk pengajaran) bertujuan untuk mengembangkan tiga hal yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Tiga hal ini disebut Trisakti. Konsep trisakti ini sejalan dengan konsep tujuan pendidikan yang dikemukakan Benyamin S. Bloom den-gan kawan-kawannya pada tahun 1956. Sejak kurikulum 1975, sekolah di Indonesia mengembangkan program yang mengacu pada pola Bloom, bahwa pendidikan/pengajaran bertujuan untuk mengembangkan tiga ranah (kawasan) yaitu ranah kognitif, afek-tif, dan psikomotorik yang terdapat pada diri manusia.

Sasaran masing-masing ranah ini yaitu otak, hatinurani, dan panca indra. Jadi guru yang profesional dalam kegiatannya sehari-hari di kelas adalah berupaya untuk mencerdaskan/men-gasah otak anak didiknya, membina kepribadian sesuai dengan norma yang berkembang dalam masyarakat, serta melatih agar

111 Maju Bersama Pendidikan ~ Syf. Khairiah

panca indra (mata, telinga, hidung, lidah, kaki, dan tangan) men-jadi terampil.

Untuk mengetahui sejauhmana kegiatan guru telah ber-hasil atau tidak perlu dilakukan sebuah pengukuran. Dalam men-gukur sesuatu diperlukan sebuah alat ukur yang relevan dengan hal yang diukur tersebut. Dalam hal pendidikan guru tidak hanya memiliki satu jenis alat ukur karena dalam tugas sehari-hari tidak hanya mengukur hasil belajar tetapi juga mengukur apa yang telah diketahui peserta didik sebelum mereka mengikuti pembelajaran.

Beberapa alat ukur yang dapat digunakan oleh guru an-tara lain:

1. Tes Prestasi Belajar (TPB), adalah alat ukur yang mampu me-nentukan seberapa banyak pelajaran yang telah diikuti dapat dikuasai/diserap oleh peserta didik. Bahan yang ditanyakan dalam TPB adalah semua materi yang pernah diberikan, di-latihkan dan didiskusikan guru dan peserta didiknya.

2. Tes Hasil Belajar (THB), adalah alat ukur yang mampu menen-tukan kemampuan seseorang setelah mengikuti pembelaja-ran. Materi yang ditanyakan tidak hanya mengenai apa yang diperoleh dari guru tetapi juga mengenai hal-hal di luar yang diberikan, dilatihkan, dan didiskusikan dengan guru, tetapi meliputi semua aspek penbentukan watak peserta didik. Den-gan kata lain termasuk materi yang dipelajari dari lingkunDen-gan yang terkait dengan pembelajaran dari guru.

3. Tes Seleksi atau Tes Penempatan, adalah alat ukur yang digu-nakan untuk memilih peminat sesuai dengan sifat program atau pekerjaan yang akan dimasuki. Materi yang ditanyakan dalam tes ini erat hubungannya dengan kekhususan program

112 Syf. Khairiah ~ Maju Bersama Pendidikan atau pekerjaan tersebut.

4. Tes Formatif, adalah alat ukur yang digunakan untuk menge-tahui apakah tingkat penguasaan peserta didik sudah cukup menguasai materi yang baru saja dibelajarkan. Bahan pertan-yaan berasal dari materi yang telah disampaikan dan pelaksa-naan tes dilakukan segera setelah pembelajaran diselesaikan. Jik hasil pengukuran kurang dan cukup, guru harus memper-baiki proses pembelajaran sehingga tingkat penguasaan men-jadi lebih baik.

5. Tes Sumatif adalah alat ukur yang digunakan untuk menge-tahui sejauhmana taraf serap peserta didik atas bahan yang telah disampaikan selama ini. Kalau materi yang telah dia-jarkan cukup banyak, maka materi tes dipilih secara propor-sional. Hasil tes sumatif digunakan untuk menentukan tingkat penguasaan peserta.

6. Tes Diagnostik, adalah alat ukur yang dirancang khusus untuk mengetahui faktor penyebab peserta didik sukar menguasai materi pembelajaran tertentu. Materi yang ditanyakan dalam tes ini meliputi prasyarat yang harus diketahui untuk mengua-sai konsep/materi pembelajaran. Pelaksanaan tes diagnostik dilakukan setelah hasil tes normatif diketahui

7. Tes Awal (pre-test), adalah alat ukur yang diberikan kepada peserta didik sebelum pembelajaran dimulai. Hasil tes awal digunakan untuk memilah-milah materi yang akan diajarkan dalam rangka efesiensi waktu. Materi yang sudah dikuasai semua peserta, tidak akan dimasukkan sebagai bahan pembe-lajaran dan diganti dengan materi lain yang belum dikuasai peserta didik .

113 Maju Bersama Pendidikan ~ Syf. Khairiah

Evaluasi dengan pembelajaran CTL tidak lepas dari tiga ranah yang dirumuskan oleh Bloom yaitu kogni-tif, afekkogni-tif, dan psikomotorik. Saat ini proses pembelajaran konvensional masih menjadi pilihan utama guru dalam pembelajarannya yang biasanya hanya ditekankan pada aspek intelektual sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes diharapkan diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan.

Maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran tidak hannya ditentukan oleh perkembangan kemampuan in-telektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hannya diten-tukan oleh aspek hasil belajar seperti tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata adalah termasuk proses yang dilakukan guru untuk men-gumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini dilakukan untuk mengeta-hui apakah siswa benar–benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang posi-tif terhadap perkembangan perilaku, intelektual maupun mental siswa. Penilaian semacam ini dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran sehingga harus dilakukan secara terus–menerus selama kegiatan pembe-lajaran berlangsung. tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar (http://blog.umy.ac.id/ wiwinsundari).***

114 Syf. Khairiah ~ Maju Bersama Pendidikan DAFTAR PUSTAKA http://blog.umy.ac.id/wiwinsundari/2012/01/08/metode-pembe-lajaran-ctl-contextual-teaching-and-learning/ http://ipotes.wordpress.com/2008/05/13/pendekatan-kontekstu-al-atau-contextual-teaching-and-learning-ctl/

Yatim Riyanto. 2008. Paradigma baru Pembelajaran. Kencana : Surabaya

115 Maju Bersama Pendidikan ~ Nurhayati

P

ENDIDIK merupakan usaha untuk memimpin anak didik

secara umum guna mencapai perkembangan dalam menu-ju kedewasaan jasmani dan rohani. Didalam pendidikan sangatlah diperlukan komponen kegiatan belajar-mengajar yang baik, diantara komponen tersebut adanya pendidik dan peserta didik.

Di dalam proses pembelajaran peran guru sangatlah pent-ing karena seorang guru sebagai fasilitator dalam mendukung kemajuan peserta didiknya, dari proses belajar strategi atau pun pendekatan dalam belajar sangat dibutuhkan guna membantu ke-majuan belajar peserta didik tersebut.

[9]

Pendekatan Pembelajaran PAI