• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi dan Kesiapan Generasi Muda Pertanian

PERSEPSI GENERASI MUDA PERTANIAN TERHADAP MASA DEPAN PERTANIAN DAN PELUANG E-AGRIBISNIS PADA ERA

HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi dan Kesiapan Generasi Muda Pertanian

potensial dalam menekuni bidang pertanian di masa yang akan datang. Umur berkisar 18-21 tahun. Selain itu, profesi orang tua menjadi salah satu factor yang mendorong seseorang dalam menentukan pilihan pekerjaanya. 73% responden adalah petani, sedangkan sisanya dari keluarga pegawai, wisausaha dan lainnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagain responden telah terpapar informasi atau pengetahuan pertanian dari dalam keluarga. Gambaran tersebut ditunjukkan pada keterliabtan responden dalam berbagai aktivitas pertanian. 92% responden pernah mengerjakan pekerjaan dibindang peranian (Gambar 1). Berdasarkan data ini maka penelitian ini mendapat gambaran bahwa responden yang merupakan generasi muda yang menuntut ilmu dibidang pertanian telah memiliki pengalaman terlibat dalam usahatani yang dilakukan didalam keluarganya. Oleh sebab itu, apabila dimasa depan generasi muda pertanian ini terlibat dalam pertanian tentu telah memiliki pengalaman, baik hal-hal yang positif untuk dipertahankan dalam usahatani maupun hal-hal yang perlu pengembangan inovasi untuk pemecahan masalahnya.

Gambar 1. Keterlibatan Responden dalam Aktivitas Pertanian dalam Keluarga Persepsi terhadap profesi dibindang pertanian

Rendahnya minat generasi muda untuk bekerja di pertanian tidak terlepas dari citra yang dipersepsikan orang-orang terhadap pertanan. dari berbagai pandangan terhadap pertanian, terdapat empat faktor kuat yang menjadi persepsi umum generasi muda pertanian di Kota Kupang. Faktor tersebut meliputi penghasilan rendah, penghasilan tidak menentu, kurang bergengsi di masyarakat dan penampilan kotor (Gambar 2). Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Susilowati (2016)bahwa penyebab menurunnya minat tenaga kerja muda di sektor pertanian meliputi citra sektor pertanian yang kurang bergengsi, berisiko tinggi, kurang memberikan jaminan tingkat, stabilitas, dan kontinyuitas pendapatan; rata-rata penguasaan lahan sempit; diversifikasi usaha nonpertanian dan industri pertanian di desa kurang/tidak berkembang; suksesi pengelolaan usaha tani rendah; belum ada kebijakan insentif khusus untuk petani muda/pemula; dan berubahnya cara pandang pemuda di era postmodern seperti sekarang.

40.43 7.80 19.86 26.24 56.03 22.70 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 Menggemburkan lahan Memasang plastik mulsa Pembibitan Pemupukan

Panen Pemasaran

Gambar 2. Persepsi Responden Terhadap Faktor yang Menghambat Ketertarikan Generasi Muda Terlibat dalam Pertanian

Persepsi responden terhasap pertanian juga berpengaruh terhadap piliha pekerjaan yang diinginkan oleh generasi muda yang belajar pada lingkup pertanian. Hanya 12,9% generasi muda yang saat ini sedang menempuh studi di bidang pertanian yang memilih pekerjaan dibidang pertanian, sedangkan sisanya masih berkeinginan bekerja pada sektor formal seperti pekerja swasta, pegawai negeri sipil dan pekerja formal lainnya (Gambar 3). Apabila respondenharus menekuni profesi agribisnis di masa depan, maka pekerjaam pemasaran dan pengolahan hasil paling menarik minat responden. Pekerjaan ini disadari oleh responden lebih menjanjikan secara finansial, dan juga terhidang dari kesan kotor, karena kegiatan pemasaran dan pengolahan berada pada subsistem hilir yang tidak lagi beraktivitas di lahan (Gambar 4).

Gambar 4 Kegiatan Agribisnis yang Diminati Respnden Apabila Bekerja Dibidang Agribisnis

Pengetahuan dan keterlibatan dalam teknologi informasi

Revolusi industry 4.0 yang ditandai dengan perubahan besar-besaran di berbagai bidang lewat perpaduan teknologi telah mengurangi sekat-sekat antara dunia fisik, digital, dan biologi (Jurnal manajemen, 2019). Revolusi industry 4.0 ditandai dengan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang, khususnya kecerdasan buatan, robot, blockchain, teknologi nano, komputer kuantum, bioteknologi, Internet of Things, percetakan 3D, dan kendaraan tanpa awak (Jurnal manajemen, 2019; Permana, 2019; Wikipedia, 2019a) Kondisi ini membuat sekat atar wilayah di muka bumi semakin membias. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam pergaulan global. Setiap orang dapat dengan mudah mengakses informasi pada belahan dunia lainnya, begitu juga sebaliknya setiap orang dengan mudah dapat membagikan (sharing) informasi kepada masyarakat dunia. Dilihat dari penggunaan media sosial, flatform media sosial yang dominan digunakan oleh respoden adalah Facebook (78,2%) dan Whatsapp (87,8%), namun demikian, responden penelitian belum sepenuhnya mengetahui tentang e-Comerse. Terdapat 17,4% responden mengatakan tiak mengenal istilah e-Commerce, dan 28,4% mengatakan tahu tetapi masih ragu-ragu. hanya 54,2% responden yang menyatakan tahu tentang e-Commerce. Berangkat dari pengetahun responden tersebut, diperlukan usaha yang lebih massif lagi dalam pembangunan agribisnis di masa depan yang tidak terlepas dari perkembangan teknologi informasi termasuk berbagai istilanya. Dikutif dari laman Wikipedia Indonesia (2019b) E-commerce pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu halaman-web (website). Setelah 26 tahun berselang, e-Commerce telah menjadi media perdagangan yang sangat di gemari oleh para konsumen. memunculkan pelaku bisnis baru seperti bukalapak.com, blibli.com, shopee dan masih banyak lagi yang lainnya. Sehingga pengetahuan generasi muda pertanian di Kota Kupang juga harus sejalan dengan perkembangan media pemasaran tersebut.

Meskipun pengetahuan tentang e-Commerce belum begitu massif oleh generasi muda pertanian, namun persepsi terhadap perdagangan elektronik pada bidang pertanian positif. 94,6% responden berpendapat bahwa pembangunan pertanian dapat dilakukan secara elektrinik. Mutianingsih (2017) mengungkapkan telah berkembang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pertanian. Pemanfaatan ini dapat dilakukan di semua aktivitas pertanian, mulai dari proses produksi sampai pada pemasaran hasilnya. Masih menurut Mutianingsih (2017), e-Agriculture bertujuan untuk berfokus pada peningkatan pembangunan pertanian dan pedesaan melalui informasi yang ditingkatkan melalui proses komunikasi. Aplikasi e-Agriculture atau e-Agribusiness dapat dilakukan di semua aktivitas pertanian mulai dari kegiatan di hulu (proses produksi) sampai pada di hilir (pemasaran hasil). Pendapat ini juga dikemukakan oleh responden penelitian. Pada sisi pemasaran, responden penelitain mengungkapkan ragam media sosial tepat digunakan

dalam pemsaaran agribisnis. Dua flatform yang disampaikan oleh responden adalah media sosial (Facebook), dan ada juga yang menghendaki adanya aplikasi khusus untuk agribisnis. Potensi Pemasaran Era Digital

Survei potensi pemasaran untuk era digital dilakukan kepada ibu rumah tanggadi Kota Kupang. Ibu rumah tangga memiliki peran strategis dalam menentukan tempat dan jenis produk untuk konsumsi rumah tangga. Hasil survey menunjukkan bahwa 81% responden yang merupakan ibu rumah tangga yang berbelanja kebutuhan rumah tangga. hal ini memberikan gambaran bahwa ibu rumah tangga di Kota Kupang memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan oleh konsumen produk pertanian. Oleh karenanya, keberadaan ibu rumah tangga termasuk kebiasaan khususnya terkait penguasaan teknologi informasi perlu ditelusuri lebih jauh.

Ibu rumah tangga yang menjadi responden penelitian sebagian besar merupakan wani karir yang bekerja diluar rumah. Hanya 39% responden yang merupakan ibu rumah tangga. Sedangkan sisanya merupakan karyawan yang bekerja di kantor baik PNS, Karyawan Swasta, wiraswasta dan profesi lainnya. Kondisi ini memberikan gambaran pada penelitian ini bahwa sebagian ibu rumah tangga yang menjadi responden penelitian memiliki waktu yang terbatas dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, khususnya berbelanja untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan 81% responden yang berbelanja kebutuhan rumah tangga, sedangkan 61% responden juga memiliki kesibukan bekerja diluar rumah, maka terdapat potensi layanan pasar baru produk pertanian kebutuhan rumah tangga dalam bentuk layanan antar (delivery order).

Hingga saat penelitian ini dilakukan, ibu rumah tangga sebagian besar berbelanja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya di pasar tradisional (61%) dan sebagian kecil memenuhinya dari super market. Data yang menarik lainnya adalah terdapat 28,6% ibu rumah tangga yang memenuhi kebutuhan rumah tangganya dengan berbelanja di pedagang sayur keliling. 28,65% ibu rumah tangga yang terbiasa berbelanja di pedagang keliling ini menjadi menarik dibahas karena salah satu tujuan penelitian ini adalah bagaiman produk pertanian dipasarkan dan dapat menjangkau konsumenmenggunakan teknologi informasi. Berbelanja pada pedagang sayur keliling menggambarkan bahwa terdapat sejumlah rumah tangga yang telah terbiasa memenuhi kebutuhandi rumah. Kelompok konsumen ini menjadi potensi pertama untuk menjadi konsumen produk pertanian dengan e-commerse. Namun demikian, diperlukan usaha yang kuat dalam membangun kepercayaan kepada konsumen untuk mengembangkan model pemasaran online (e-commerce). Rahayu (2017) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan konsumen terhadap pola pemasaran online shop adalah reputasi dan komunikasi pemasar. Sedangkan kualitas websitedan pengetahuan teknologi internet tidak berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan konsumen. padahal menurut Rahayu kepercayaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap niat pembelian produk agribisnis. Lestari (2015) mengungkapkan ada beberapa aspek yang menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan aktivitas berbelanja daring yaitu budaya, sosial, personal, dan psikologis.Segi budaya, berperan dalam mengatur kehidupan pribadi seseorang didalam masyarakat, dan membedakannya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial. Segi sosial yang turut berperan adalah teman-teman serta lingkungan. Lingkungan sosial membentuk dan memperkenalkan berbelanja online kepada seseorang. Selain itu, karakteristik personal seperti umur, pendidikan dan sebgainya juga turut serta dalam mebentuk keputusan berbelanja online.

Ketertarikan ibu rumah tangga yang menadi responden penelitian untuk berbelanja produk pertanian secara online tinggi. Hanya 7,5% responden yang menyatak ntidak tertarik sama sekali berbelanja produk pertanian secara online. Sedangkan 85% responden menyekatan tertarik dengan aplikasi belanja produk pertanian online (Gambar 5). Kondisi ini

ekonomi, turut berperan bagi konsumen dalam mengambil keputusan membeli produk secara online. Gambaran ini tercermin dari karakteristik responden penelitian baik dari pekerjaan, maupun pendidikannya.

Gambar 5 Ketertarikan Responden dalam Berbelanja Secara Online

Apabila mengembangkan system pemasaran ssecara online, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait untuk dapat menjadi pilihan berbelanja oleh ibu-ibu rumah tangga. Para responden dalam menentukan pilihan memeprtimbangkan beberapa aspek, yaitu harga, praktis, dan hygienitas priduk. Sementara gaya hidup tidak menjadi pertimbangan responden. Hal ini juga disampikan oleh Lestari (2015) bahwa responden/informan penelitiannya menolak disebut jika berbelanja secara online diintepretasikan sebagai gaya hidup. Menurut Lesari berbelanja online merupakan kebutuhan yang memberikan kemudahan kepraktisan bahkan kenyamanan yang sudah menyatu dan mereka nikmati saat ini. Internet adalah kemajuan teknologi di bidang komunikasi yang memberikan pemenuhan terhadap hal-hal yang seseoarng butuhkan.

Keberadaan internet tidak hanya berdampak pada perubahan gaya hidup yang lebih modern namun juga merubah perilaku individu dalam melakukan aktivitas pembelian produk barang dan/atau jasa secara online (Utami & Firdaus, 2018). Ibu rumah tangga yang menjadi responden penelitain telah terkoneksi dengan internet 24 jam dalam satu hari. Hal itu menunjukkan bahwa ibu rumah tangga sebagai pihak yang mengambil keputusan dalam bebelanja kebutuhan rumah tangga khususnya produk pertanian telah berinteraksi sosial melalui internet. Oleh karennya, potensi besar dalam pemasaran produk pertanian di masa depan melalui pemsaran daring (online). Kebiasaan ibu rumah tangga juga diungkapkan oleh responden bahwa semua responden sudah pernah melakukan transaksi atau berbelanja secara online. Bahkan ada 23,1% responden yang telah berbelanja secara onlie lebih dari 20 kali berbelanja. Kondisi ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga secara sosial, budaya, psikologis telah berada dan terbiasa berbelanja secara online. Dari pengalaman tersebut, terdapat 22% responden yang memiliki pengalaman negative dalam berbelanja online. Kelompok responden ini merasa kecewa dengan hasil berbelanja secara online. Namun demikian 78% responden lainnya mengaku berbelanja online sama halnya dengan berbelaja konfensional (berbelanja ditempat tertentu dan memilih barang dan membayar secara lagnsung). Dari 78% responden tersebut bahkan ada 24,4% yang mengaku pusa ketika berbelanja secara online.

Potensi pasar kebutuhan rumah tangga

Kebutuhan rumah tangga, khususnya produk pertanian adalah kebutuhan yang terkait dengan pangan keluarga. Pada penelitian ini, salah satu pertanyaan yang diajukan adalah produk-produk yang dibeli oleh responden dalam kurun satu bulan terakhir. dari pertanyaan tersebut, selain beras, terdapat lma komoditas yang dibeli oleh lebih dari 80% responden. Komoditas tersbut meliptui bawang merah, bawang putih, cabai, tomat, dan

wortel. Sementara pada level menengah (40%-79%), komoditas yang dibeli meliputi Sawi Hijau, Sawi Putih, Kubis, pitsai, Selada Air, terung, Bunga Kol, brokoli, dan kemangi (Gambar 7).

Gambar 7. Produk-Produk Agribinsis yang Dibeli Responden KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitaian, maka dapat disimpulan hal-hal sebagai berikut

1. Genrasi muda pertanian di Kota Kupang telah memiliki pengetahuan tentang E-Agribisnis, namun perlu ditingkatkan.

2. Generasi muda pertanian di kota kupang memiliki persepsi yang positif terhadap penggunaan e-commerce dalam pengembangan agribisnis di masa depan, serta keinginan generasi muda pertanian dalam keterlibatannya dalam agribisnis khususnya pemasaran dan pengolahan hasil.

3. Potensi pengembagnan e-commerce pada agribinsis yang berbasis apps dan media sosial sangat potensial karena ibu rumah tangga yang merupakan pengambil keputusan dalam pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga telah terlibat aktif dalam e-commerce produk diluar pertanian. Ibu rumah tangga memiliki ketertarikan terhadap aplikasi e-commerce untuk produk pertanian di kota kupang.

DAFTAR PUSTAKA

Benu, F. L. (2013). Mengapa Disebut Pertanian Lahan Kering, padahal Aktivitas Budidaya PErtanian Selalu Bersentuhan dengan Ketersediaan Air. In Revisitasi Lahan Kering (pp. 13–16). Jakarta: JP II Publishing House.

Benu, F. L. (2016). Strategi Pengelolaan lahan Kering untuk Ketahanan pangan. In Strategi pengembangan pertanian lahan kering Berkelanjutan dalam Mengatasi Kerawanan Pangan (pp. 19–27). Kupang: Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana.

Jurnal manajemen. (2019, July 23). √ Revolusi Industri 4.0: Pengertian, Sejarah, Ciri dan Penerapannya. Retrieved October 21, 2019, from JURNAL MANAJEMEN website: https://jurnalmanajemen.com/revolusi-industri-4-0/

Lestari, S. B. (2015). Shoping Online Sebagai Gaya Hidup. Jurnal Ilmu Sosial, 14(2), 18.

Mudita, I. W. (2013a). Apa Sebenarnya Arti Kering dalam Pertanian Lahan KEring, Usahattani Lahan Kering, dan Bencana Kekeringan. In Revisitasi Lahan Kering (pp. 23–27). Jakarta:

Mudita, I. W. (2013b). Haruskah Petani LahanKering Menanam Jenis-jenis Tanaman yang Diintroduksi dari Luar untuk menjadikan mereka lebih Berorientasi Ekonomis. In Revisitasi Lahan Kering (pp. 41–45). Jakarta: JP II Publishing House.

Mudita, I. W. (2013c). Mengapa Petani LahanKering tetap Membudidayakan Tanaman Pangan Tradisional Padahal Tersedia Sejumlah Tanaman Lain yang Lebih prospektif memberikan Keuntungan. In Revisitasi Lahan Kering (pp. 37–40). Jakarta: JP II Publishing House.

Mutianingsih. (2017, March 9). Perkembangan e-Commerce di Bidang Agribisnis. Retrieved October 21, 2019, from Mutianingsih website: http://mutianingsih997.blogspot.com/2017/03/perkembangan-e-commerce-di-bidang_9.html

Permana, A. (2019, March 27). Memahami Berbagai Perubahan di Era Revolusi Industri 4.0 -. Retrieved June 10, 2019, from Institut Teknologi Bandung website: https://www.itb.ac.id/news/read/57037/home/memahami-berbagai-perubahan-di-era-revolusi-industri-40

Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018). REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN TANTANGAN PERUBAHAN SOSIAL. IPTEK Journal of Proceedings Series, 0(5), 22-27–27. https://doi.org/10.12962/j23546026.y2018i5.4417

Prasetyo, H., & Sutopo, W. (2018). INDUSTRI 4.0: TELAAH KLASIFIKASI ASPEK DAN ARAH PERKEMBANGAN RISET. J@ti Undip : Jurnal Teknik Industri, 13(1), 17–26. https://doi.org/10.14710/jati.13.1.17-26

Rahayu, N. (2017). Faktor-Faktor yang Dapat Meningkatkan Kepercayaan Untuk Melakukan Online Shopping dan Dampaknya Terhadap Niat Pembelian Produk Agribisnis Secara Online Di Kota Surakarta (Other, Universitas Sebelas Maret). Retrieved from https://eprints.uns.ac.id/33345/

Satria, H. U. (2018, Agustus). Sektor Pertanian dalam Pusaran Revolusi Industri 4.0 | Universitas Gadjah Mada. Retrieved June 7, 2019, from https://ugm.ac.id/id/berita/16905-sektor-pertanian-dalam-pusaran-revolusi-industri-4-0

Susilowati, S. H. (2016). Fenomena Penuaan Petani dan Berkurangnya Tenaga Kerja Muda serta Implikasinya bagi Kebijakan Pembangunan Pertanian | Susilowati | Forum penelitian Agro Ekonomi. 34(1). http://dx.doi.org/10.21082/fae.v34n1.2016.35-55

Utami, H. N., & Firdaus, I. F. A. (2018). Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Perilaku Online Shopping: Perspektif Pemasaran Agribisnis. Jurnal Ecodemica, 02(01), 136. Wikipedia. (2019a). Industri 4.0. In Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Retrieved from

https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Industri_4.0&oldid=15136156

Wikipedia. (2019b). Perdagangan elektronik. In Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

Retrieved from

https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perdagangan_elektronik&oldid=15432 668

PROFIL MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN POTENSI