HASIL MANAJEMEN PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI RUANG SADEWA
3.1. HASIL PELAKSANAAN MANAJEMEN PELAYANAN DI RUANG SADEWA RSMM
Proses didirikannya RSMM dimulai dengan sensus pada tahun 1862. Proses pendiriannya, dimulai dengan menunjuk dua orang ahli, yakni Dr FH Bauer, psikiater yang memimpin suatu RSJ di Belanda dan Dr WM Smith, dokter Angkatan Laut. Pada tanggal 1 Juli 1882 akhirnya pemerintah Hindia Belanda meresmikan pendirian Rumah Sakit Jiwa Bogor dengan nama
krankzinnigengestich te buitenzorg. Tahun 1945 menjadi Rumah Sakit Jiwa Bogor
dengan direktur pribumi pertama dr.H. Marzoeki Mahdi. Tahun 1978 menjadi
Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor berdasarkan SK Menkes No. 135/menkes/SK/IV/78. Tahun 2002 diberi nama rumah sakit Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor berdasarkan SK Menkes No. 266/menkes/sk/IV/2002 tanggal 10 April 2002. Tahun 2007 menjadi instansi pemerintah yang menerapkan PPK-BLU berdasarkan SK Menkeu No.279/KMK 05/2007 tanggal 21 juni 2007.
Perkembangan rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi dilihat dari sejarah pendiriannya terus mengalami perbaikan.Rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi awalnya hanya memberikan pelayanan bagi klien yang mengalami gangguan jiwa dan akhirnya berkembang melakukan perawatan klien NAPZA dan pelayanan umum. RSMM juga terus berupaya untuk memaksimalkan fungsi lebih profesional dan secara proaktif melakukan antisipasi terhadap perubahan, termasuk keperawatan yaitu dengan pengembangan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) melalui kerja sama dengan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI).
MPKP pertama kali diterapkan tahun 2003 di tiga ruang perawatan yaitu Srikandi, Kresna dan Sadewa. Berdasarkan informasi yang diperoleh terjadi peningkatan mutu setelah MPKP diterapkan. Hal ini dapat dilihat dari BOR sebesar 65-80% dan AvLOS sebesar 25 hari. Angka BOR berada pada rata-rata nasional dengan nilai AvLOS lebih rendah dari standar nasional, hal ini menunjukkan angka yang ditampilkan di ruang MPKP RSMM lebih baik dari standar nasional.
Berdasarkan hasil tersebut sejak awal tahun 2006 kerja sama antara FIK-UI dan RSMM dilanjutkan dengan menempatkan mahasiswa magister keperawatan Jiwa di ruang rawat inap RSMM, dengan tujuan mengenalkan dan menerapkan MPKP baik untuk manajemen pelayanan keperawatan maupun manajemen kasus spesialis keperawatan jiwa dan perkembangan MPKP pada tahun 2011 ini yaitu 4 ruangan fisik, 14 ruangan psikiatri, ruang NAPZA dan IGD telah melaksanakan MPKP.
Ruangan yang digunakan dalam praktik yaitu Ruang Sadewa merupakan ruang kelas 1 yaitu ruang rawat inap laki-laki dan perempuan, dengan kapasitas tempat tidur 25. Pendekatan manajemen MPKP di ruang Sadewa dimulai sejak tahun 2003, dengan metode asuhan keperawatan yang dipergunakan adalah bentuk metode tim-primer.
Ruangan Sadewa merupakan salah ruangan yang memberikan pelayanan psikiatri terutama untuk kondisi klien yang tenang yang memerlukan perawatan lanjut dengan tujuan untuk mengurangi tanda dan gejala negatif yang muncul untuk meningkatkan kemampuan klien dalam merawat dirinya. Proses keperawatan yang dilakukan di ruang Sadewa yaitu dengan tahapan pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Jumlah tenaga keperawatan sampai bulan April 2013 adalah 12 orang dengan latar belakang pendidikan 11 orang DIII Keperawatan dan 1 orang sarjana keperawatan Ners. Tenaga non keperawatan ada 5 orang dengan pendidikan
masing-masing 1 orang sarjana administrasi, 2 orang pramuhusada dan 2 cleaning
service.
Ruang Sadewa telah dipergunakan sebagai area praktik oleh Residen Spesialis Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI). Pasien yang dirawat di Ruang Sadewa sejak 18 Februari – 19 April 2013 adalah 37 klien kelolaan. Selama mahasiswa menjalankan praktik di ruang Sadewa, ditemukan diagnosa keperawatan utama dari 37 klien selama di rawat yaitu, sebanyak 20 kliendiagnosis keperawatan halusinasi, 9 diagnosis keperawatan RPK, 5 diagnosis keperawatan HDR Kronik, dan 3 diagnosis keperawatan isolasi sosial. Diagnosa medis yang ditemukan skizofrenia paranoid sebanyak 24 klien, skizofrenia 3 klien, gangguan afektif bipolar 4 klien, psikosis 5 klien, dan skizofrenia hebrefenik 1 klien. Diagnosa medis skizofrenia paranoid yang paling sering ditemukan sebanyak 24 klien dan diagnosa keperawatan utama yang paling sering ditemukan adalah halusinasi sebanyak 20 klien.
Hasil Kegiatan Model praktik keperawatan profesional yang digunakan dalam merawat kliendi ruang Sadewa yaitu:
a) Persiapan
Kegiatan persiapan pada pelaksanaan manajemen pelayanan di ruang Sadewa yaitu kegiatan pengorganisasian dengan menggunakan 3 kegiatan yaitu struktur organisasi, daftar dinas di ruangan dan daftar alokasi klien. Struktur organisasi sudah terbentuk yang dipimpin oleh kepala ruang Sadewa terdiri dari Katim satu, dua, dan perawat pelaksana sertaseorang dokter umum, maupun tenaga pendukung yang lain (administrasi dan pramuhusada). Penyusunan struktur organisasi ruangan akan memberikan kewenangan dan tanggung jawab dalam pengelolaan klien halusinasi di ruang Sadewa. Penyusunan jadwal dinas perawat di ruang Sadewa dibuat berdasarkan jumlah perawat (12) dan waktu dinas yang dibagi 3 shift (pagi, siang dan malam) yang dibagi menjadi dua tim yaitu tim 1: 5 perawat pelaksana dan tim 2 : 5 perawat.
Setiap perawat mempunyai jumlah klien yang dikelola dari datang sampai pulang. Perawat juga harus melihat daftar alokasi klien untuk mempermudah kolaborasi tim atas pengelolaan klien dengan halusinasi sesuai jadwal dinas yang telah dibuat untuk 1 bulan. Setiap klien halusinasi memiliki perawat pada setiap shift dinas yang bertanggung jawab secara total selama dirawat. Daftar klien juga dapat menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan klien halusinasi yang sudah dilakukan, sehingga terwujud keperawatan yang holistik, serta memberikan informasi bagi dokter maupun tenaga kesehatan lain dan keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan klien halusinasi.
Perawat menyusun rencana bulanan. Rencana bulanan biasa dibuat oleh kepala ruang dan Ka. Tim yaitu perawat membuat jadwal pelaksanaan case conference yang sudah dilakukan setiap dua minggu sekali setiap hari kamis (4x) yang dihadiri oleh semua perawat. Case conference pembahasan tentang kasus asuhan keperawatan klien halusinasi keluarga, topik yang dibicarakan: kasus klien baru, kasus klien yang tidak ada perkembangan, kasus klien pulang, klien yang meninggal, klien dengan masalah yang jarang ditemukan. Perawat membuat jadwal dinas untuk mengetahui tanggung jawab setiap perawat dalam 1 bulan, rapat/pertemuan dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan 2 bulan sekali, khususnya tindakan keperawatan pada klien halusinasi, setelah melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan, maka perlu dilakukan audit dokumentasi.
b) Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan setiap hari adalah perawat membuat rencana harian yang dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan preconference untuk mempermudah rencana pelaksanaan tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada klien halusinasi, agar ada kesinambungan dalam melakukan asuhan keperawatan halusinasi yang setiap hari dilakukan perlu dilakukan operan yaitu melaporkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan halusinasi yang sudah dilakukan kedua tim bagi shift pagi,
siang dan malam yang dilakukan sehari 3 kali sesuai masing-masing perawat pada shift tersebut, pre dan post conference yaitu melaporkan rencana yang mau dilakukan pada klien halusinasi dan melaporkan hasil tindakan keperawatan pada klien halusinasi yang dilakukan pada masing-masing tim sebelum operan, setiap pelaksanaan operan dan pre maupun post conference dilakukan selalu iklim motivasi untuk meberikan motivasi bagi perawat dalam melakukan kegiatan asuhan keperawatan pada klien halusinasi. Penerapan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan klien halusinasi berkolaborasi untuk masing-masing klien halusinasi dengan perawat ruangan melakukan terapi generalis dan penulis melakukan terapi spesialis sesuai dengan tanggung jawab perawat masing-masing yang telah tertulis di daftar alokasi pasien yang dilakukan interaksi dalam sehari minimal dua kali pada setiap klien halusinasi.
Pemberian asuhan keperawatan yang diterapkan di ruang Sadewa dengan menerapkan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan jiwa juga melibatkan keluarga dengan pemberian pendidikan kesehatan jiwa, jika ada anggota keluarga klien halusinasi yang datang perawat juga memberikan pendidikan kesehatan cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi dan psikoedukasi keluarga.; memberikan terapi aktifitas kelompok pada klien halusinasi dan melakukan rehabilitasi pada klien halusinasi sesuai program rehabilitasi di RSMM dan menyesuaikan kemampuan klien yang dimiliki.
Visit dokter juga dilakukan oleh dokter psikiatri yang didampingi oleh perawat ruangan untuk melaporkan hasil tindakan keperawatan pada klien halusinasi yang sudah dilakukan oleh perawat, sehingga ada tindak lanjut dari tenaga medis (dokter) terhadap terapi obat yang diberikan dari resep dokter. Ketua tim bertanggungjawab melakukan kolaborasi serta mendampingi dokter saat melakukan pemeriksaan dan menyampaikan informasi tentang klien halusinasi.
c) Hasil
Hasil pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan di ruang Sadewa perawat mengevaluasi kegiatan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan yaitu salah satunya audit dokumentasi untuk mengevaluasi dokumen asuhan keperawatan pada klien halusinasi yang telah dilaksanakan oleh perawat, kegiatan audit dokumentasi dilakukan setelah klien halusinasi pulang atau meninggal, hasil audit tersebut direkapitulasi dalam satu bulan. Melakukan evaluasi indikator mutu pada klien halusinasi untuk mengetahui jumlah rata-rata lama rawat klien halusinasi yaitu 45-60 hari, untuk mengevaluasi penilaian kinerja perawat, juga dapat dilakukan dengan melihat peningkatan kemampuan klien halusinasi dalam menggunakan pikiran dan perilaku yang positif dalam mengontrol halusinasi yang muncul.
Manajemen asuhan keperawatan di ruang Sadewa dilakukan bersama-sama mahasiswa, perawat di ruangan dan melibatkan keluarga jika berkunjung di ruangan. Jumlah klien gangguanyang dikelola sebanyak 37 klien, yang memiliki masalah halusinasi sebanyak 20 orang dengan berkolaborasi 12 perawat di ruang Sadewa. Semua klien yang mengalami halusinasi telah memperoleh perawatan, berupa tindakan keperawatan jiwa dengan melatih klien mengontrol halusinasi dan melatih klien perilaku yang maladaptif menjadi adaptif, serta melakukan pendidikan kesehatan jika ada keluarga yang datang dan belum mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit dan pendokumentasian kegiatan.
Berdasarkan uraian pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan di atas, dapat dipahami bahwa semua kegiatan manajemen pelayanan sudah diterapkan, meskipun ada satu kegiatan yang belum dilakukan yaitu rapat tim kesehatan. Hal ini mengindikasikan diperlukannya upaya tindak lanjut dilakukannya rapat tim kesehatan untuk meningkatkan kolaborasi antar tim kesehatan dalam mengelola klien halusinasi di ruang Sadewa.
3.2 HASIL PELAKSANAAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN