• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERAPI PERILAKU KOGNITIF

DAFTAR PUSTAKA

TERAPI PERILAKU KOGNITIF

a. Sesi 1 : Pengkajian

Mengungkapkan pikiran otomatis negative tentang diri sendiri, perasaan dan perilaku negatif yang dialami klien yang berkaitan dengan stressor yaitu pengalaman traumatis yang dialami, mengidentifikasi hal positif yang dimiliki, serta latihan satu pikiran otomatis negatif.

b. Sesi 2 : Terapi Kognitif

Mereview latihan pikiran otomatis yang negatif yang pertama yang sudah dilatih sebelumnya dan melatih untuk mengatasi pikiran otomatis negatif yang kedua.

c. Sesi 3 : Terapi Perilaku

Mengevaluasi pikiran otomatis negatif yang masih ada, mengidentifikasi perilaku positif yang dimiliki, mengidentifikasi perilaku positif yang baru, menyusun rencana perilaku yang ditampilkan untuk mengubah perilaku negatif yang timbul akibat stressor kejadian traumatis dengan memberikan konsekwensi positif atau konsekuensi negatif jika perilaku dilakukan atau tidak dilakukan.

d. Sesi 4 : Evaluasi Terapi kognitif dan perilaku

Mengevaluasi kemajuan dan perkembangan terapi, meriview pikiran otomatis negative dan perilaku negatif, memfokuskan terapi, dan mengevaluasi perilaku yang dipelajari berdasarkan konsekwensi yang disepakati

e. Sesi 5 : Mencegah Kekambuhan

Menjelaskan pentingnya psikofarmaka dan terapi modalitas lainnya disamping terapi perilaku kognitif untuk mencegah kekambuhan dan mempertahankan dan membudayakan pikiran positif dan perilaku positif secara mandiri dan berkesinambungan dalam mengatasi masalah.

Terapi Kognitif

a. Sesi Pertama: Identifikasi pikiran otomatis, yaitu dengan mengidentifikasi seluruh pikiran otomatis negatif, berdiskusi untuk 1 pikiran otomatis yang dipilih, memberi tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis negatif pertama dan membuat catatan harian.

b. Sesi Kedua: Penggunaan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis

negatif, yaitu mengevaluasi kemampuan pasien dalam melakukan tugas

mandiri dalam sesi 1 (memberi tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis negatif 1), mendiskusikan cara dan kesulitan pasien dalam menggunakan catatan harian, dan mendiskusikan penyelesaian terhadap pikiran otomatis kedua dengan langkah-langkah yang sama seperti dalam sesi 1.

c. Sesi Ketiga: Manfaat tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis yang

negatif (ungkapan hasil dalam mengikuti terapi kognitif), yaitu

mengevaluasi kemampuan pasien dalam melakukan tugas mandiri sesi kedua di rumah, mendiskusikan penyelesaian terhadap pikiran otomatis ketiga dengan langkah-langkah yang sama seperti dalam sesi 1 – 2, mendiskusikan cara dan kesulitan pasien dalam menggunakan catatan harian, dan diskusikan manfaat dan perasaan setelah pasien mengikuti terapi (ungkapan hasil dalam mengikuti terapi).

d. Sesi Keempat : Support system, yaitu melibatkan keluarga untuk dapat membantu pasien dalam melakukan terapi kognitif secara mandiri.

Terapi Perilaku

a. Sesi 1

Membuat kesepakatan perilaku negatif yang akan dirubah, klien dapat menyepakati program terapi token ekonomi untuk merubah perilaku yang negatif ketika muncul halusinasi. Klien dapat melakukan perubahan perilaku yang negatif ke positif. Klien dapat melatih kemampuan positif yang dimiliki dan melaksanakan kemampuan tersebut.

b. Sesi 2

Melatih kemampuan klien untuk merubah perilaku yang negatif tersebut, dengan metode: terapis memodelkan/mendemonstrasikan :klien melakukan kembali / redemostrasi. Terapi memberikan umpan balik terhadap kemampuan klien yang telah dilakukan dan menjelaskan makna perilaku yang dilatih dan memberikan kesempatan klien untuk bertanya. Terapis memberikan pujian atas kemampuan klien yang dimiliki.

c. Sesi 3

Melatih kemampuan klien yang lain dengan memberikan token ekonomi. Melatih kemampuan klien yang lain untuk merubah perilaku yang negatif tersebut, dengan metode: terapis memodelkan/mendemonstrasikan :klien melakukan kembali / redemostrasi. Terapi memberikan umpan balik terhadap kemampuan klien yang telah dilakukan dan menjelaskan makna perilaku yang dilatih dan memberikan kesempatan klien untuk bertanya. Terapis memberikan pujian atas kemampuan klien yang dimiliki

d. Sesi 4

Mengevaluasi hasil dan manfaat dari latihan setiap sesi, terapis meminta klien menyampaikan manfaat apa yang didapatkan klien dalam latihan perilaku yang dorubah dan caranya, memberi pujian atas kemampuan positif dalam hal merubah perilaku yang dimiliki klien. Merencanakan melakukan supervisi yang akan dilakukan untuk melihat kemampuan klien untuk merrubah perilaku yang positif.

Psikoedukasi Keluarga

a. Sesi I: Pengkajian Masalah Keluarga

Sesi pertama dilakukan untuk menemukan masalah yang ada pada keluarga. Pada sesi ini terapis dan keluarga bersama-sama mengidentifikasi masalah yang timbul di keluarga karena memiliki klien gangguan jiwa.Tindakan ini mengikutsertakan seluruh anggota keluarga yang terpengaruh dan terlibat dalam perawatan klien, terutama caregiver. Hal yang perlu diidentifikasi adalah makna gangguan jiwa bagi keluarga dan dampaknya pada orangtua, anak, saudara kandung, dan pasangan.

b. Sesi II : Cara Merawat Klien Gangguan Jiwa

Sesi II ini berfokus untuk membahas mengenai masalah yang dialami oleh klien. Keluarga akan berbagi cara merawat klien yang selama ini dilakukan dan kemudian membahas bersama-sama perawat mengenai cara merawat yang baik. Keluarga kemudian dilatih oleh perawat untuk melakukan perawatan langsung pada klien.

Stress adalah kondisi ketidakseimbangan yang terjadi saat ada kesenjangan keinginan individu dalam lingkungan internal atau eksternalnya dengan kemampuannya untuk menghadapi keinginan-keinginan tersebut. Stressor adalah semua hal yang dapat menyebabkan stress. Kondisi klien dengan schizophrenia dapat menjadi stressor tersendiri bagi keluarga. Setiap stressor dapat dihadapi dengan memiliki kemampuan koping yang baik. Untuk meningkatkan kemampuan koping yang baik, diperlukan manajemen stress yang tepat.

d. Sesi IV : Cara Mengatasi Manajemen Beban (Manajemen Beban)

Pada sesi IV ini perawat bersama-sama dengan seluruh anggota keluarga, membicarakan mengenai masalah yang muncul karena klien sakit dan mencari pemecahan masalah bersama-sama. Pada sesi ini sangat diperlukan kontribusi dari seluruh anggota keluarga untuk memecahkan masalah yang dirasakan keluarga. Beban dapat bersifat subjektif atau objektif. Beban objektif terkait dengan perilaku klien, penampilan peran, efek luas pada keluarga, kebutuhan akan dukungan, dan biaya yang dikeluarkan karena penyakit. Beban subjektif adalah perasaan terbebani yang dirasakan oleh seseorang; bersifat individual dan tidak selalu berhubungan dengan bagian dari beban objektif.

e. Sesi V: Pemberdayaan Masyarakat (PemberdayaanKomunitasUntukMembantuKeluarga) Pada sesi V ini, akan

dibahas mengenai pemberdayaan sumber-sumber di luar keluarga, yaitu di komunitas untuk membantu permasalahan di keluarga dengan klien gangguan jiwa. Keluarga yang merawat klien dengan gangguan jiwa seringkali merasa malu, merasa dikucilkan dan merasa sendiri dalam merawat. Sumber-sumber dukungan yang sebelumnya ada dapat hilang atau terbatas karena kebutuhan untuk merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Keluarga dapat merasa malu atau takut jika anggota keluarga yang sakit menunjukkan perilaku yang tidak pantas pada orang lain. Semua aspek dari beban subjektif dapat membatasi akses pada sistem dukungan sosial. Keluarga seperti ini memerlukan bantuan untuk membangun kembali dukungan sosialnya. Komunitas memiliki pengaruh yang besar dalam rehabilitasi dan pemulihan klien dengan gangguan jiwa. Pemberi layanan kesehatan, termasuk perawat, harus menjalani peran pemimpin dalam mengkaji keadekuatan dan keefektifan sumber-sumber di komunitas dan

dalam merekomendasikan perubahan untuk memperbaiki akses dan kualitas dari layanan kesehatan mental.