HASIL MANAJEMEN PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI RUANG SADEWA
3.2 HASIL PELAKSANAAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG SADEWA RSMM
3.2.5. Pelaksanaan dan Hasil Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang diberikan meliputi terapi generalis pada klien halusinasi maupun pada keluarga ketika melakukan kunjungan di ruang Sadewa dan terapi spesialis yang keduanya dilakukan oleh mahasiswa serta bekerja sama dengan tim kesehatan di ruang Sadewa.
Tabel 3.9
Distribusi Pelaksanaan Tindakan KeperawatanGeneralis Dan Spesialis Keperawatan JiwaPada Klien Halusinasi di Ruang SadewaPeriode 18 Februari – 19 April 2013(n = 20)
No Tindakan Keperawatan Jumlah Prosentase
1 Tindakan Generalis dan Terapi perilaku kognitif dan Psikoedukasi keluarga 7 35
2 Tindakan Generalis dan Terapi kognitif 10 50
3 Tindakan Generalis dan Terapi perilaku 3 15
Berdasarkan tabel 3.9 dapat dijelaskan tentang tindakan keperawatan generalis dan spesialis yang diberikan kepada 20 klien dengan diagnosa keperawatan halusinasi yang berada di ruang Sadewa yaitu seluruh klien dilakukan tindakan keperawatan generalis, tindakan keperawatan spesialis yang paling banyak dilakukan adalah terapi kognitif (CT) 10 klien (50%), terapi kognitif dan perilaku sebanyak 7 klien (35%), terapi perilaku 3 klien (15%) dan psikoedukasi keluarga sebanyak sebanyak 7 keluarga klien (35%).
Tindakan keperawatan generalis dilakukan kepada 20 klien, rata-rata dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan yang dilakukan dalam sehari dengan kolaborasi perawat ruangan maupun mahasiswa yang praktik di ruang Sadewa baik diploma maupun S1, selain dengan perawat klien juga melakukan interaksi dengan dokter
dalam melakukan visit dokter sehari 1kali. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis adalah mengevaluasi kemampuan yang telah dimiliki klien untuk mengontrol halusinasi dan melatih kemampuan yang belum dimiliki untuk mengontrol halusinasi (menghardik, bercakap-cakap, melakukan kegiatan dan patuh minum obat). Tindakan generalis sebagian besar juga dilakukan oleh perawat ruangan dan mahasiswa praktik yang lain di ruang Sadewa.
Tindakan keperawatan spesialisyang diberikan terhadap 20 klien, yaitu: terapi kognitif yang diberikan pada 10 orang klien. Pencapaian kemampuan klien yaitu dari10 klien, 8 klien selesai semua sesi dengan pertemuan 4-5 kali pertemuan; 1 orang klienselesai semua sesi dengan jumlah pertemuan 6-7 kali pertemuan, 1 orang klien sampai sesi 2 dengan jumlah pertemuan 2-3 kali karena klien pindah ruangan dan sudah dioperkan pada perawat spesialis di ruangan tersebut. Keterampilan yang dilatih kepada klien halusinasi dalam pelaksanaan terapi kognitif yaitu melatih klien mengidentifikasi pikiran negatif yang muncul terutama saat halusinasi muncul, melatih klien melawan pikiran negatif yang muncul, mengungkapkan manfaat tanggapan yang rasional dan melibatkan keluarga dalam melawan pikiran negatif yang muncul. Klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam hal melawan pikiran negatif yang muncul dan mampu berfikir positif. Semua sesi dapat diselesaikan oeh klien, keyakinan positif akan kesembuhan klien memberikan motivasi tersendiri bagi klien dan lamanya sesi karena sesuai dengan kemampuan kognitif klien yaitu dari pendidikan klien yang bervariasi.
Terapi perilaku kognitif diberikan terhadap 7 klien dan semua sesi dapat diselesaikan, dengan frekuensi interaksi rata-rata 6-7 kali pertemuan. Tujuan dari pelaksanaan terapi ini adalah memodifikasi fungsi berfikir, perasaan, bertindak, dengan menekankan fungsi otak dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, berbuat, dan mengambil keputusan kembali dengan merubah status pikiran, dan perasaannya klien diharapkan dapat merubah perilaku negatif menjadi positif dan setelah dilakukan terapi perilaku kognitif klien banyak mengalami perubahan khususnya dalam respon kognitif, dan perilaku klien terlihat saat berada di dalam
ruangan. Sesi 1 dan kedua biasanya dilakukan dalam satu sampai dua kali pertemuan yaitu mengidentifikasi pikiran otomatis yang negatif serta akibat negatif pada perilaku, sesi 3 memodifikasi perilaku negatif menjadi positif dengan token, sesi 4 mengevaluasi perkembangan pikiran dan perilaku positif, dan menjelaskan pentingnya psikofarma dan terapi modalitas untuk mencegah kekambuhan dan mempertahankan dan membudayakan pikiran positif dan perilaku yang positif. Semua sesi dapat dilaksanakan sampai selesai. Hal ini dopengaruhi oleh keyakinan positif klien terhadap kesembuhan klien, sehingga memberikan motivasi yang baik terhadap tindakan yang sudah dilakukan dan sesi yang dilakukan memanjang karena usia klien yang masuk tahap lansia dan ketenangan dalam melakukan terapi yang dilakukan.
Terapi perilaku dilakukan pada 3 orang klien dan semua sesi dapat dilakukan sampai selesai. Sesi 1 dan kedua dalam pertemuan 1-2 kali yaitu membuat kesepakatan perilaku negatif yang akan dirubah dan melatih kemampuan klien untuk merubah perilaku yang negatif tersebut, sesi 3 melatih kemampuan klien yang lain dengan memberikan token ekonomi, dan sesi yang terakhir adalah mengevaluasi hasil dan manfaat dari latihan setiap sesi. Frekuensi interaksi rata-rata 4-5 kali. Perubahan yang terjadi pada klien yang nampak secara umum setelah dilakukan terapi perilaku (BT) yaitu adanya perubahan khususnya dalam respon perilaku terutama ketika muncul halusinasi pada klien. Semua sesi dapat dilakukan karena klien mempunyai keyakinan yang positif terhadap kesembuhannya dan dalam pelaksanaan memberika reward atau reinforcement positif ternyata memberikan motivasi tersendiri dalam mengubah perilaku klien yang negatif ketika muncul halusinasi.
Terapi psikoedukasi keluarga dilakukan pada 7 keluarga.Terapi generalis diawali oleh perawat ruangan dan mahasiswa praktik lainnya. Tindakan keperawatan diberikan pada 7 orang keluarga sehingga keluarga mengetahui cara merawat klien dengan halusinasi; dilakukan untuk satu kali pertemuan pada 3 keluarga klien dan dua kali pertemuan pada 4 keluarga klien. Terapi spesialis dilakukan pada 7 keluarga dengan frekuensi rata-rata 1-3 kali. Pelaksanaan sesi dalam
psikoedukasi keluarga semua selesai hingga sesi ke-5 yaitu sesi 1 dan 2 biasanya dilakukan bersamaan yaitu mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien dan masalah pribadi, perawatan klien oleh keluarga, manajemen stres oleh keluarga dan manajemen beban keluarga dan sesi terakhir pemberdayaan komunitas dalam merawat klien. Hasil pemberian terapi generalis dan psikoedukasi keluarga, yaitu keluarga mampu secara kognitif dalam merawat klien halusinasi serta keluarga mendapat dukungan dari anggota keluarga atau lingkungannya dalam melakukan perawatan pada klien dengan halusinasi.
Pelaksanaan terapi spesialis dilakukan tidak berdasarkan waktu, dimana satu hari hanya satu sesi, namun didasarkan pada evaluasi kemampuan klien dalam mengikuti tahapan terapi spesialis dan juga kemampuan klien sesuai target kemampuan klien tiap sesi, dimana bila klien dianggap mampu maka sesi berikutnya dapat dilanjutkan dengan mengevaluasi kemampuan klien sebelumnya dan juga membudayakan kemampuan yang telah dimiliki.