SIDANG KOMISI A
STRATEGI PENANGANANNYA
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian
Materi Sastra di Kurikulum Bahasa Indonesia di Kelas X SLA 2013
Materi sastra di Kurikulum Bahasa Indonesia di Kelas X SLA 2013 tidak ditemukan, yang ada hanya teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan. Jadi secara faktual tidak ada materi sastra di kelas X SMA, SMK MA.
Materi Sastra di Kurikulum Bahasa Indonesia di Kelas XI SLA 2013
1. Memahami struktur dan kaidah teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, dan ulasan/reviu ilm/drama baik melalui lisan maupun tulisan.
2. Membandingkan teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, dan ulasan/reviu ilm/drama baik melalui lisan maupun tulisan
3. Menganalisis teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, dan ulasan/reviu ilm/ drama baik melalui lisan maupun tulisan
4. Mengevaluasi teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, dan ulasan/reviu ilm/ drama berdasarkan kaidah-kaidah baik melalui lisan maupun tulisan.
5. Menginterpretasi makna teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, dan ulasan/ reviu ilm/drama baik secara lisan maupun tulisan.
6. Memproduksi teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, dan ulasan/reviu ilm/ drama yang koheren sesuai dengan karakteristik yang akan dibuat baik secara lisan mupun tulisan.
7. Menyunting teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, dan ulasan/reviu ilm/ drama sesuai dengan struktur dan kaidah baik secara lisan maupun tulisan. 8. Mengabstraksi teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, dan ulasan/reviu ilm/
drama baik secara lisan maupun tulisan.
9. Mengonversi teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, dan ulasan/reviu ilm/ drama ke dalam bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan kaidah baik secara lisan maupun tulisan
Ada dua kategori materi sastra di atas, pertama dari segi jenisnya, terdapat cerita pendek, pantun, cerita ulang, dan drama. Kedua, dari segi aktivitasnya terdapat memahami struktur dan kaidah teks, membandingkan teks, menganalisis teks, mengevaluasi teks, menginterpretasi makna teks, memproduksi teks, menyunting teks, mengabstraksi teks, dan mengonversi teks. Memang pembelajarannya sesuai dengan Kurikulum 2013 berbasis teks.
Materi Sastra di Kurikulum Bahasa Indonesia Kelas XII SLA 2013
1. Memahami struktur dan kaidah teks cerita sejarah dan cerita iksi dalam novel baik melalui lisan maupun tulisan.
2. Membandingkan teks cerita sejarah dan cerita iksi dalam novel baik melalui lisan maupun tulisan.
maupun tulisan.
4. Mengevaluasi teks cerita sejarah dan cerita iksi dalam novel berdasarkan kaidah-kaidah baik melalui lisan maupun tulisan.
5. Menginterpretasi makna teks cerita sejarah dan cerita iksi dalam novel baik secara lisan maupun tulisan.
6. Memproduksi teks cerita sejarah dan cerita iksi dalam novel yang koheren sesuai dengan karakteristik teks baik secara lisan maupun tulisan.
7. Menyunting teks cerita sejarah dan cerita iksi dalam novel sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan.
8. Mengabstraksi teks cerita sejarah dan cerita iksi dalam novel baik secara lisan maupun tulisan.
9. Mengonversi teks cerita sejarah dan cerita iksi dalam novel ke dalam bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan.
Materi sastra pada kelas XII lebih sedikit, yakni hanya cerita sejarah dan cerita iksi dalam novel, sedang aktivitasnya sama dengan kelas XI, yakni memahami teks, membandingkan teks, menganalisis teks, mengevaluasi teks, menginterpretasikan makna teks, memproduksi teks, menyunting teks, mengabstraksi teks, dan mengonversi teks cerita sejarah dan cerita iksi dalam novel.
2. Pembahasan
Dari data di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa materi sastra Indonesia di tingkat SLA (SMA/SMK/MA) hanyalah meliputi cerpen, pantun, drama, dan novel. Ini sangat jauh baik skope maupun sekuennya jika dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, baik Kurikulum 2004, 94, 84, apalagi Kurikulum 75. Mengenai siapa sastrawan Indonesia tidak diketemukan di dalam kurikulum. Apa saja karya mereka, tidak ada di dalam kurikulum. Materi sastra di kelas X SMA, SMK, MA bahkan tidak diketemukan. Materi sastra hanya muncul di kelas XI dan XII. Itupun sangat sedikit jumlahnya. Pantas jika sebagian guru sastra dan sastrawan kita banyak yang protes keras mengenai kecilnya persentase materi sastra Indonesia dalam Kurikulum 2013.
Hal ini dipertegas lagi dengan arahan mendikbud Moh. Nuh dan kepala Badan Bahasa dalam pengantar buku teks Bahasa Indonesia dari Kemdikbud yang menjadi satu kesatuan dengan Kurikulum Bahasa Indonesia 2013. Kedua instansi ini, baik Kemdikbud maupun Badan Bahasa, lebih condong kepada kurikulum bahasa yang menjadi sarana pengetahuan. Akibatnya, penyusunan substansi kurikulum BSI pun tidak melibatkan sastrawan maupun pakar sastra. Pengakuan sastrawan nasional Tauiq Ismail ia diundang untuk mencermati draft kurikulum yang sudah siap dicetak, sehingga tidak memungkinkan bagi dia untuk memberikan masukan-masukan yang berharga terkait dengan materi sastra di kurikulum. Buku-buku sastra yang bermutu tidak dibahas di sini.
ke arah kecintaan siswa terhadap sastra dengan pembinaan sastra yang kreatif. Pembinaan sastra kreatif dapat dilakukan dengan memilih teks sastra yang temanya dekat dengan kehidupan siswa. Dapat pula dengan mengapresiasi novel-novel, puisi-puisi, lirik-lirik lagu Ebiet, Bimbo, Iwan Fals, dan seterusnya, yang dapat menyentuh hati dan perasaan siswa dan guru. Contoh konkret ketika siswa saya putarkan lagunya Iwan Fals berjudul Ibu, anak laki-laki terdiam khitmat, anak perempuan ada yang meneteskan air mata haru dan sesampai di rumah ternyata mereka lebih sayang, lebih hormat, dan lebih nurut pada ibunya sebagaimana ungkapan ibu lewat suara-suara telepon ibu ke sekolah yang menyatakan adanya perubahan yang sangat berarti. Jika hati siswa sudah tersentuh, mudah bagi guru dan orang tua di rumah untuk membimbing ke arah pembinaan watak (karakter) yang diinginkan. Adapun ciri manusia berkarakter adalah: tidak menyukai tindak tanduk yang bersifat instant. Mereka lebih menghargai proses. Tidak nggampangke terhadap hal-hal yang sifatnya prinsip. Tidak sembrono pada penyimpangan-penyimpangan, istiqomah atau konsisten kepada kebaikan. Disiplin, lugas, jujur apa adanya, tidak bertopeng.
Jika hal yang demikian bagus yang dapat diperoleh dari pembelajaran sastra, mengapa bahan ajar sastra diminimali sasikan di kurikulum. Apakah para pengembang kurikulum tidak menyadari bahayanya kepandaian kognitif semata? Mengapa pembiaran terhadap generasi yang tidak santun, yang tidak halus budi bahasanya, diam-diam diaminkan? Kita tidak mungkin akan menolak kurikulum yang sudah menghabiskan milyaran rupiah untuk pengadaannya itu. Yang mungkin dan bisa kita lakukan adalah tetap membelajarkan sastra dengan strategi penanganan yang efektif melalui teks-teks sastra untuk meraih simpati anak-anak. Bagaimana pun, siswa SLA kan sudah bisa diajak berpikir untuk kemaslahatan bangsa di masa depan, tanpa mengesampingkan kecerdasannya untuk berpikir logis, kreatif, dan inovatif sesuai amanat yang diemban oleh Kurikulum 2013.
D. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) materi ajar sastra dalam Kurikulum Bahasa Indonesia tingkat SLA 2013 memang sangat sedikit. Itu pun hanya ada di Kelas XI dan XII. Kelas X tidak ada materi sastra. Untuk kelas XI materi sastra berupa cerita pendek, pantun, cerita ulang, dan ulasan/reviu ilm/drama, sedangkan di kelas XII materi sastra berupa teks cerita sejarah dan cerita iksi. (2) dibandingkan dengan materi sastra pada kerikulum sebelum 2013 jelas sangat jauh jaraknya, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. (3) cara mengatasinya dengan menggunakan teks sastra sebagai bahan kajian kebahasaannya dan menyelipkan antara pembukaan dan penutupan jam pelajaran Bahasa Indonesia dengan penggalan karya sastra baik puisi maupun prosa dan atau biograi sastrawan. ●
E. DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 2013. Kurikulum 2013. Bidang Studi Bahasa Indonesia.
Dimas Arika Miharja, dkk. 2015. Esensi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Senja. Esti Ismawati. 2012. Telaah Kurikulum. Yogyakarta: Ombak.
Esti Ismawati. 2013. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Ombak. Esti Ismawati. 2014. Kritik Sastra. Yogyakarta: Ombak.
Esti Ismawati, dkk. 2015. Buku Ajar Sastra Indonesia Berbasis Karakter untuk Siswa SMA-SMK-MA. Hasil penelitian didanai DP2M. Yogyakarta: Gambang Buku Budaya.
PENDEKATAN PSIKOLINGUISTIK UNTUK MEMBENTUK