• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MAJALAH BOBO EDISI AGUSTUS 2016

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL (Halaman 63-68)

SIDANG KOMISI A

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MAJALAH BOBO EDISI AGUSTUS 2016

Hidayah Budi Qur’ani Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini menjelaskan tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam cerita anak pada majalah bobo. Majalah bobo merupakan salah satu genre sastra anak yang berupa cerita anak atau cerita pendek. Majalah Bobo menarik untuk dikaji dari segi pendidikan karakter karena kita dapat melihat gambaran nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam setiap cerita pendek. Kajian ini mengambil cerita pada Majalah Bobo edisi Bulan Agustus 2016. Hal itu dipilih karena edisi Bulan Agustus masih terbilang baru dan sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan fakta-fakta kemudian dilanjutkan dengan analisis. Terdapat 12 cerita anak dalam Majalah Bobo yang memuat nilai pendidikan karakter antara lain disiplin, bersahabat/komunikatif, kerja keras, tanggung jawab, dan peduli sosial.

Kata kunci: sastra, sastra anak, cerita anak, nilai pendidikan karakter, majalah Bobo

A. Pendahuluan

Sastra merupakan sebuah tulisan yang berbicara tentang kehidupan, tentang persoalan hidup manusia, dan tentang kehidupan di sekitar manusia. Hal tersebut semuanya diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas. Sastra anak adalah salah satu genre dari khazanah sastra Indonesia. Sastra anak mempunyai kekhasaan tersendiri karena selain keindahannya, isinya juga mempunyai misi mendidik dan mencerdaskan anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak karena bermuara dari fakta yang konkret dan mudah diimajinasikan.

Nurgiyantoro (2004:109-10) mengungkapkan bahwa sastra anak dapat berkisah tentang kehidupan, baik kehidupan manusia, binatang,tumbuhan, maupun kehidupan lain termasuk makhluk dari dunia lain. Namun, kandungan cerita yang dikisahkan harus berangkat dari sudut pandang atau kaca mata anak sesuai dengan pemahaman emosional dan pikiran anak. Oleh karena itu, bahasa dan alur, karakter tokoh sastra anak harus

sederhana dan mudah dimengerti oleh anak.

Sastra anak adalah sastra yang dibaca anak-anak “dengan bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisnya juga dilakukan orang dewasa”. Dengan demikian, secara praktis, sastra anak adalah sastra terbaik yang mereka baca karakteristik berbagai ragam, tema, dan format. (Sarumpaet, 2010:2).

Cerita anak merupakan salah satu genre sastra anak yang menceritakan tentang kehidupan anak dan hal-hal yang berkaitan dengan anak, mulai dari tema, tokoh, dan latar yang menggambarkan anak-anak. Cerita anak termasuk cerita iksi baru. Karakteristik cerita anak tidak berbeda dengan karya sastra lainnya. Fokus perhatian cerita anak adalah tentang anak. Tokoh dalam cerita anak boleh siapa saja, namun tetap ada tokoh anak-anak dan tokoh tersebut menjadi tokoh utama dalam cerita (Nirwasita, 2012:7).

Sesuai dengan misi dan slogannya, majalah Bobo mempunyai rubrik yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah, khususnya pelajaran kelas I-VI SD. Selain itu, ada juga yang berisi hiburan dan permainan yang mendidik. Tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam cerita anak di majalah Bobo, dimaksudkan untuk memberikan cerminan karakter manusia yang ada di dalam dunia nyata. Dengan demikian, anak-anak dapat memahami bahwa banyak karakter manusia yang ada dilingkungannya. Bersikap yang bijaksana dengan tidak mengumbar emosi menjadi satu pelajaran yang sangat penting yang harus dipelajari oleh anak-anak. Oleh karena banyaknya kandungan nilai yang terdapat dalam cerita anak (teks sastra), sangat beralasan apabila sastra dijadikan sebagai media yang tepat untuk membangun karakter bangsa (Saptawuryandani, 2014:255).

Untuk memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah terindentiikasi 18 nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu, religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Pusat Kurikulum, 2009:9-10).

Majalah Bobo memang menarik untuk dikaji dari segi pendidikan karakter karena kita dapat melihat gambaran nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam setiap cerita pendek. Majalah ini dipilih karena sebagai salah satu majalah yang dianggap mewakili majalah anak-anak yang masih tetap terbit dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Cerita pendek dalam Majalah Bobo banyak memuat nasihat sehingga ketika anak membaca bacaan tersebut akan dapat mengambil amanat yang terkandung di dalam cerita itu. Kajian ini mengambil cerita pada Majalah Bobo edisi Bulan Agustus 2016. Hal itu dipilih karena edisi Bulan Agustus masih terbilang baru dan sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.

B. Metode Penelitian

Majalah Bobo yang dipilih yaitu majalah edisi Bulan Agustus 2016 dengan tahun terbit 11 Agustus 2016 dan 18 Agustus 2016. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan fakta-fakta kemudian dilanjut kan dengan analisis. Secara etimologis, deskripsi analisis berarti menguraikan, tetapi tidak semata-mata menguraikan saja, di dalam nya juga memberikan pemahaman dan penjelasan

Stoples” (Sylvana Hamaring), “Si Jagoan Tahun ‘45” (Siti Riskiani Herlakssita), “Seperti Kak Aya” (Dyah Eka Kurniawati), “Misteri Tarian Mimi” (Pupuy Hurriyah), “Mencari Serangga”(Sylviana Hamaring), “Cerita Pisang Goreng” (Tyas K W), “Kecerdikan Pangeran Villigo” (Ruri Irawati), dan “Kado Istimewa untuk Silvi” (Novia Erwida). Ketiga belas cerpen anak tersebut kemudian dianalisis bentuk-bentuk nilai pendidikan karakternya. Nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam 13 cerpen anak tersebut dapat dilihat dari deskripsi pengarang melalui kata-kata maupun kalimat yang terdapat dalam cerita tersebut.

C. Pembahasan

Dalam Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011:2), proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi sosiokultural dalam konteks interaksi keluarga, satuan, masyarakat, dikelompokkan menjadi empat, yaitu 1) olah hati (beriman dan bertakwa, jujur, anamah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil risiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik); 2) olah rasa/karsa (ramah, saling menghargai, toleran, peduli, saling menolong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga mengutamakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja); 3) olah pikir (cerdas, kritis, inovatis, ingin tahu, berpikir, terbuka, produktif, berorientasi ipteks, dan relektif); dan 4) olah raga (bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan bersahabat, koorperatif, ceria, dan tangguh).

Nilai pendidikan karakter disiplin terlihat dalam cerita pendek “Seperti Kak Aya dan “Celemek Bergambar Matahari dan Lebah”. Dalam cerita pendek “Seperti Kak Aya” menceritakan bahwa untuk mencapai cita-cita menjadi seorang atlet hebat dan kuat kita harus rajin dan disiplin berlatih. Hal itu dilakukan agar kita tidak mudah menyerah dan harus konsisiten terhadap pilihan kita. Seperti tokoh Cia yang kurang disiplin dalam berlatih bulu tangkis, Cia terlambat karena bus yang ditumpanginya bocor. Akan tetapi, pelatih tidak mau tahu dan memarahi Cia serta memberikan hukuman. Hal itu dilakukan oleh pelatih agar Cia lebih disiplin dan menghargai waktu untuk latihan.

“Ditegur lagi sama Pak Ali”, ceritaku. Aku memang terlambat datang karena ban bus yang aku tumpangi bocor. “Oh, itu biasa. Pak Ali memang suka begitu, untuk melatih anak baru supaya disiplin. Pak Ali itu sebetulnya baik, kok”...(Bobo, hal:16).

Nilai pendidikan karakter bersahabat atau komunikatif digambarkan melalui tokoh-tokoh dalam cerita “Seperti Kak Aya”, “Cerita Pisang Goreng”, dan “Tentang Nenek”. Dalam cerita pendek “Cerita Pisang Goreng” tokoh Dani. Dani adalah seorang anak yang bersahabat dengan siapa saja dan mau membantu orang lain. Karakter Dani yang mau membantu orang lain digambarkan pada saat Dani membantu Mak Evi untuk membuat bolu pisang. Dani membantu Mak Evi menghaluskan pisang. Dani membantu Mak Evi secara tulus dan tanpa mengharapkan imbalan.

Mak Evi sedang membuat bolu pisang. Ia sudah menunggu telurnya datang. Dani membantu menghaluskan pisang. Ia ingin tahu cara membuat bolu pisang. Mak Evi sibuk membuat adonan dari telur dan gula pasir (Bobo, hal:40).

Selain nilai pendidikan karakter disiplin dan bersahabat, terdapat pula nilai pendidikan karakter kerja keras. Kerja keras merupakan karakter yang mencerminkan usaha yang sekuat-kuatnya sampai titik darah penghabisan. Hal itu sesuai dengan cerita yang berjudul “Seperti Kak Aya”, “Misteri Tarian Mimi”, “Mencari Serangga”, “Kado

Istimewa untuk Silvi”, dan “Si Jagoan Tahun’45”. Dalam cerita “Misteri Tarian Mimi”, tokoh Mimi digambarkan sebagai tokoh anak perempuan yang memiliki cacat isik. Bentuk kaki MiMi tidak sama karena Mimi mengalami polio. Akan tetapi, Mimi tidak menyerah untuk menjadi penari yang hebat dan bisa membanggakan orang disekitarnya.

“Ada apa?”tanya Mimi. “Semangat!” senyum Rani. Mimi tersenyum lebar. Hanya Rani yang percaya Mimi bisa menari bagus. Teman-teman lainnya meragukan kemampuan Mimi menari. Mereka sering memandang aneh setiap kali Mimi berjalan (Bobo, hal:26).

Nilai pendidikan karakter kerja keras memang banyak sekali muncul dalam kumpulan cerita ini. Hal tersebut disebabkan karena memang setiap anak harus mempunyai semangat kerja keras yang tinggi. Jika anak mampu melakukan hal yang ia inginkan dengan sungguh-sungguh makaakan mendapatkan yang mereka inginkan. Kerja keras merupakan hal yang positif dan harus ditanamkan kepada anak sejak kecil.

Selanjutnya, nilai pendidikan karakter tanggung jawab terdapat dalam kumpulan cerita “Seperti Kak Aya”, “Mencari Serangga”, dan “Kisah Empat Stoples”. Dalam cerita “Mencari Serangga” , tokoh Runi dan Rudi memiliki karakter tanggung jawab. Hal itu digambarkan sepulang sekolah mereka berdua segera mengerjakan PR agar malam harinya mereka dapat ikut pergi ke supermarket bersama Ibunya. Mereka pergi ke kebun untuk melakukan eksperimen agar dapat menjawab PR mereka. Sikap ini menunjukkan bentuk tanggung jawab mereka sebagai seorang murid. Mereka dengan senang mengerjakan kewajiban mereka yaitu mengerjakan PR agar dapat memperoleh hak mereka untuk ikut Ibu pergi ke supermarket dan makan malam.

“Runi, ayo kita bikin PR!” ajak Rudi. “PR yang tentang serangga, ya? Yuk” sambut Runi. “Kita ke kebun sekarang, yuk! Kita, kan harus menangkap serangga,” usul Rudi. Runi mengangguk setuju. (Bobo, hal:36).

Nilai pendidikan karakter yang terakhir adalah Peduli Sosial. Dalam cerita Bobo, nilai karakter peduli sosial digambarkan dalam cerita “Mencari Serangga”, “Tentang Nenek”, dan “Galak Gampil”. Dalam cerita “Galak Gampil” digambarkan tokoh Ito dan teman-temannya memberikan uang galak gampil kepada Pak Kosim yang tengah sakit. Ito dan teman-temannya semula ingin mencari uang galak gampil untuk membeli barang yang mereka inginkan. Akan tetapi, setelah melihat Pak Kosim yang sedang sakit, mereka iba dan kemudian berunding untuk memberikan uang tersebut kepada Pak Kosim.

Setelah cukup berdiskusi, Ito dan teman-temannya akhirnya memutuskan. Uang yang mereka dapat dari galak gampil, dikumpulkan dan diserahkan untuk membantu Pak Kosim. Mereka menyerahkannya pada saat berpamitan pulang. Dengan mata berkaca-kaca, Pak Kosim menerima pemberian tulus anak-anak itu (Bobo, hlm:25).

Pendidikan karakter peduli sosial adalah sikap peduli terhadap lingkungan atau peduli terhadap orang yang membutuhkan bantuan. Pendidikan karakter peduli sosial sangat penting diajarkan kepada anak, khususnya pada saat ini. Saat ini memang banyak sekali anak yang kurang memiliki jiwa sosial. Hal itu disebabkan banyaknya fasilitas yang mendukung mereka untuk berikir individu. Salah satu contohnya adalah pengenalan gadget terlalu dini. Gadget memang merupakan alat komunikasi yang penting, tetapi jika alat tersebut diperkenalkan kepada anak terlalu dini, maka akan memberikan dampak negatif yang besar terhadap anak. Salah satu dampak yang besar adalah sikap anti sosial.

Salah satu cara agar anak merubah sikap tersebut adalah dengan menghadirkan cerita-cerita yang penuh dengan muatan pendidikan karakter. Salah satunya karakter peduli sosial. Dengan demikian, anak dapat memahami bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Sehingga, anak dapat memahami bahwa orang lain juga membutuhkan mereka untuk dibantu.

D. Kesimpulan

Sastra merupakan salah satu media untuk memberikan informasi terhadap manusia. Sastra menawarkan berbagai bentuk ekspresi, kreasi, dan apresiasi yang membutuhkan suatu perenungan. Dengan kita selalu memahami, membaca, serta mengakrabi sastra, kita akan menjadi manusia yang berbudaya. Manusia yang berbudaya mempunyai maksud bahwa kita adalah manusia yang mempunyai kepekaan nurani, tidak suka mendendam, cinta damai, dan mampu menerapkan ajaran-ajaran yang baik di kehidupan. Ajaran-ajaran yang baik tersebut sesuai dengan nilai pendidikan karakter yang sudah dicanangkan oleh pemerintah.

Begitu halnya dengan majalah Bobo yang memberikan pengetahuan serta pendidikan moral melalui cerita-cerita yang bermanfaat. Sesuai dengan tujuannya yang ingin mencerdaskan anak bangsa, majalah Bobo tahun 2016 sudah memberikan gambaran pendidikan karakter melalui cerita-cerita pendeknya. Secara tersurat, nilai pendidikan karakter tersebut antara lain disiplin, bersahabat/komunikatif, kerja keras, tanggung jawab, dan peduli sosial. Nilai-nilai karakter tersebut tergambarkan dalam cerita yang dibungkus dengan alur serta tema yang sesuai dengan kondisi anak-anak saat ini. ●

E. DAFTAR PUSTAKA

Bobo. 2016. Edisi 18 Tanggal 11 Agustus 2016. Jakarta: Gramedia. ---. 2016. Edisi 19 Tanggal 18 Agustus 2016. Jakarta: Gramedia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2004. “Sastra Anak:PersoalanGenre”. Humaniora. Vol 16, No. 2, Juni 2004.

Nirwasita, Aqeela F. 2012. Realitas Kehidupan dalam Cerita Anak. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama

Pusat Kurikulum. 2009. Pengembangan dan Pendidikan Karakter Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Pusat Kurikulum dan Perbukuan. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Saptawuryandani, Nurweni. 2014. “Cerita Pendek Anak dalam Majalah Bobo Tahun 1980-an Sebagai Bacaan Pendidikan Karakter” . ATAVISME. Vol. 17, No. 2, Edisi Desember 2014 halaman 254-263.

Sarumpaet, Toha K. Riris. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL (Halaman 63-68)