• Tidak ada hasil yang ditemukan

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) RASA KURIKULUM 2013

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL (Halaman 151-155)

SIDANG KOMISI B

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) RASA KURIKULUM 2013

Rahadian Sidik Cahyo Munandar Universitas Ahmad Dahlan [email protected]

Abstrak

Perubahan kurikulum dari KTSP menuju Kurikulum 2013 yang dilakukan pemerintah membuat instansi sekolah dan guru harus ekstra cepat untuk mempelajari dan memahami. Implementasi Kurikulum 2013 wajib dilaksana-kan pada tahun ajaran 2013/2014. Adilaksana-kan tetapi, banyak sekolah yang belum siap dalam implemen tasi tersebut sehingga SMP N 1 Godean mencoba mengombinasikan KTSP dan kurikulum 2013 menjadi KTSP berpendekatan saintiik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui KTSP berpendakatan saintiik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran bertelepon pada siswa kelas VII A SMP N 1 Godean. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Godean dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VII A dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Objek penelitian ini adalah materi bertelepon berdasarkan KTSP. Metode pengum pulan data meliputi observasi guru dan siswa, wawancara guru, dan dokumentasi saat proses pem belajaran. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data KTSP berpendekatan saintiik dalam pembelajaran bertelepon, diperoleh hasil sebagai berikut. (1) Kegiatan perencanaan, silabus dan RPP dibuat berdasarkan forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah (MGMPS). (2) Pelaksanaan pembelajaran kurikulum KTSP di kombinasikan dengan pendekatan saintiik bertujuan untuk mempermudah pembelajaran saat menggunakan kurikulum 2013. (3) Kegiatan evaluasi memperhatikan penyesuaian materi yang diujikan dan target kompetensi yang dicapai. Alat evaluasi yang digunakan meliputi tes tertulis, tes lisan, dan perbuatan.

Kata kunci: pembelajaran bertelepon, KTSP, pendeka tan saintiik A. Pendahuluan

Dunia pendidikan di Indonesia di hadapkan dengan perubahan-perubahan kurikulum yang menyesuaikan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tentunya dalam terciptanya tujuan pendidikan nasional yakni membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan pembukaan UUD 1945 yang ditegaskan UU Nomor 2 Tahun 1989

bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan merealisasikan Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum yang dirasa sangat berat oleh para guru menuai berbagai ketidaksiapan oleh para guru khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam surat kabar Aktual.com tertuliskan dengan jelas 11 sekolah tidak siap melaksanakan Kurikulum 2013 dan akan memilih kembali menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah diungkapkan Edy Heri Suasana (via Ariin, 2014) selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.

Ketidaksiapan penerapan kurikulum 2013 dan kembali nya KTSP di wilayah Yogyakarta memicu kombinasi antara Kurikulum 2013 dan KTSP. Contohnya di SMP Negeri 1 Godean. SMP Negeri 1 Godean menggunakan KTSP rasa kurikulum 2013. Hal tersebut menjadi unik untuk diteliti di era naik tangga pada Kurikulum 2013 sekaligus sebagai bentuk reaksi positif dan kreatif khususnya guru di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan rasa Kurikulum 2013 diterapkan di SMP Negeri 1 Godean khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selaku mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, saya merasa semakin tertarik untuk meneliti terciptanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan rasa kurikulum 2013. Secara hakikat, Kemendikbud (2013) menyatakan “Kurikukulum 2013 menekankan pada dimensi pedadogik modern dalam pem belajaran dalam pembelajaran, sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menjajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran”.

Sedangkan pada kegiatan inti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengedepankan wujud eksplorasi, elaborasi, dan konirmasi. Dengan demikian perlunya penelitian mengenai proses pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan rasa Kurikulum 2013 untuk mengetahui wujud proses pembelajaran.

B. Metode Penelitian

Penerapan yang telah dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif dirasa sangat relevan digunakan dalam penelitian ini dikarenakan hasil yang dihasilkan merupakan gambar dan kata-kata.

Pengambilan data secara garis lurus diambil mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hingga evaluasi pembelajaran. Subjek yang sudah ditentukan meliputi guru pengampu Bahasa Indonesia dan siswa kelas VII A. Subjek tersebut diambil sebagai dasar dikarenakan sudah siap dari segi materi maupun pembelajaraannya. Objek dalam penelitian ini mengambil materi bertelepon berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan rasa Kurikulum 2013.

Data diambil pada tanggal 28 Januari hingga 24 Februari 2016 dengan penggunaan teknik kualitatif. Teknik difokuskan pada kegiatan pengamatan meliputi dokumentasi dan wawancara. Selain itu pengambilan data juga menggunakan alat, alat tersebut berupa instrumen pengamatan. Instrumen tersebut meliputi lembar pengamatan perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan inti. Serangkaian pengamatan dokumentasi dan wawancara dilakukan sesuai dengan jadwal penelitian yang sudah dikoordinasikan dengan pihak sekolah maupun guru sehingga data-data yang sudah diambil terfokus pada kegiatan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

Gambar 1. Metode penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif.

C. Pembahasan

Hasil dari penelitian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidi kan rasa Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Godean mencakup mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran sebagai berikut.

1. Perencanaan

Dalam kegiatan perencanaan yang bertujuan untuk membuat RPP guru harus melewati tahap-tahap. Tahap pertama guru mengikuti forum kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah (MGMPS). Dalam kegiatan tersebut guru membuat Silabus yang akan dikembangkan menjadi RPP. Silabus menyesuaikan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar ( KD). Sedangkan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran harus menyesuaikan karakteristik peserta didik. Dalam kegiatan perencanaan, rasa Kurikulum 2013 belum ada. Dalam keseluruhan proses perencanaan masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan karena dalam Kurikulum 2013 dalam pembuatan RPP menggunakan KI dan KD yang nanti dikembangkan menjadi RPP.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran segaris lurus dengan pelaksana an pembelajaran pada umumnya, meliputi kegiatan pendahuluan termasuk apersepsi dan motivasi, kegiatan inti dengan menggunakan pendekatan saintiik meliputi mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan dibungkus dalam eksplorasi. Eksplorasi menggunakan langkah pembelajaran dengan pendekatan saintiik menuntut siswa berperan aktif dalam mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan/mem bentuk jejaring (5 M) terkait pengetahuan yang diperoleh dalam proses pembelajaran (Ismawati, 2012: 246). Kemudian guru melaksanaakan penilaian autentik termasuk mengamati sikap dan perilaku peserta didik, guru melakukan penilaian keteram pilan peserta didik dengan teknik pemantauan kegiatan siswa. Hingga guru menutup pembelajaran secara efektif.

Kegiatan pelaksanaan yang dilakukan oleh guru dan siswa di SMP Negeri 1 Godean khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat bagian yang membuat rasa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan rasa Kurikulum 2013. Kegiatan tersebut dilaksanakan di kegiatan inti yang membentuk jejaring 5 M yang dibungkus dalam kegiatan eksplorasi. Mengamati, Menanya, Mengeksplorasi, Mengasosiasikan dan Mengkomunikasikan.

Dalam kegiatan mengamati siswa diarahkan pada objek yang diamati. Bentuk kegiatannya ialah guru mengarahkan siswa untuk mengamati dialog bertelepon secara sungguh-sungguh dan mengamati materi di buku pegangan siswa. Membuka kesempatan siswa melakukan kegiatan pengamatan. Bentuk kegiatanya siswa mendata kesalahan-kesalahan kalimat dalam dialog bertelepon. Guru memberikan informasi berkaitan data-data yang akan disunting. Kegiatan tersebut diarahkan oleh guru sehingga mencapai bahan apa yang perlu diselesaikan dari masalah tersebut. Dalam kegiatan menanya siswa diberikan kesempatan untuk bertanya berkaitan hal-hal yang belum dipahami oleh siswa berkaitan dengan materi pembelajaran. Siswa dipancing untuk bertanya dengan cara menguraikan pertanyaan. Dalam kegiatan mengeksplorasi siswa diberi kesempatan untuk mencari data yang belum diketahui melalui pengalaman siswa dalam bertelepon. Dalam kegiatan mengasosiasikan guru mengelompokkan siswa, guru mengarahkan untuk berdiskkusi. Dalam kegiatan diskusi siswa didorong untuk memecahkan persoalan yang telah didapat pada saat mengamati. Kegiatan mengkomunikasikan siswa mempresentasikan tugas, membuat suasana presentasi aktif meliputi saling tanggap menanggapi antarkelompok, hingga guru memberikan hasil tanggapan presentasi kepada siswa.

D. Penutup

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan rasa Kurikulum 2013 yang dilakukan di SMP Negeri 1 Godean terfokus di kegiatan inti. Dalam kegiatan inti membentuk jejaring 5 M (Mengamati, Menanya, Mengeksplorasi, Mengasosiasiakan, dan Mengkomunikasikan) dibungkus dalam kegiatan Eksplorasi, yaitu salah satu kegiatan inti pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Sedangkan kegiatan perencanaan meliputi pem buatan silabus sekolah masih menggunakan sistem kurikulum tingkat satuan pendidikan. Melalui forum MGMPS dan menyesuai kan karakter siswa dalam pembuatan silabus dan RPP tersebut. ●

E. DAFTAR PUSTAKA

Ariin, Zainal. 31 Desember 2014. “Sekolah Tidak Siap Laksanakan Kurikulum 2013 di Yogyakarta”. Aktual.com.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintiik Kurikulum 2013.Yogyakarta: Gava Media. Ismawati, Esti. 2012. Telaah Kurikulum dan Bahan Ajar. Yogyakarta: Ombak.

Kemendikbud. 2013. “Konsep Pendekatan Scientiic”. Buku Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.

Ketetapan MPR Nomor XXVII/MPR/1996 tentang Agama, Pendidikan Dan Kebudayaan. UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

CERITA RAKYAT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR NASIONAL (Halaman 151-155)