SIDANG KOMISI B
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MENYIMAK DI SMA KELAS XI
1. Interseksi Tindak Tutur dalam Dangdut Academy 3 Episode 67-73 bulan Maret di Indosiar
Bila tindak tutur langsung dan tindak tutur tak langsung disinggungkan dengan tindak tutur literal dan tindak tutur non literal maka terjadilah interseksi tindak tutur. Pada bagian ini akan diketahui interseksi tindak tutur yang terdapat dalam Dangdut Academy 3 Episode 67-73 bulan Maret 2016 di Indosiar. Adapun interseksi tindak tutur tersebut meliputi: (a) tindak tutur langsung literal berjumlah 38 tuturan; (b) tindak tutur tak langsung literal berjumlah 19 tuturan; dan (c) tindak tutur tak langsung non literal berjumlah 2 tuturan. Berikut ini akan disajikan tabel yang betujuan untuk mempermudah gambaran tentang interseksi tindak tutur.
Tindak tutur yang diinterseksikan akan disajikan pada tabel sebagai gambaran proses interseksi agar mempermudah dalam pemahaman, sebagai berikut :
Tabel 1. Interseksi Tindak Tutur Sifat
Literal Non Literal Cara
Langsung Langsung Literal Langsung Non Literal Tak Lagsung Tak Langsung Literal Tak Langsung Non
Literal Keterangan:
• Hasil interseksi antara tindak tutur secara langsung dengan yang bersifat literal maka menghasilkan tindak tutur langsung literal.
• Hasil interseksi antara tindak tutur secara langsung dengan yang bersifat non literal maka menghasilkan tindak tutur langsung non literal.
• Hasil interseksi antara tindak tutur secara tak langsung dengan yang bersifat literal maka menghasilkan tindak tutur tak langsung literal.
• Hasil interseksi antara tindak tutur secara tak langsung dengan yang bersifat non literal maka menghasilkan tindak tutur tak langsung non literal.
Sesuai dengan penelitian sebelumnya diketahui bahwa ada interseksi tindak tutur yang ditemukan dalam Dangdut Academy 3 episode 67-73 bulan Maret di Indosiar, sekaligus menjadi pilihan dari penulis untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Interseksi tindak tutur tersebut adalah tindak tutur langsung literal, tindak tutur tak langsung literal, dan tindak tutur tak langsung non literal.
2. Kaitan Interseksi Tindak Tutur dengan Pembelajaran Menyimak di SMA Kelas XI Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran di Sekolah Menengah Atas diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa sebagai sarana komunikasi digunakan dalam bermacam-macam fungsi dan di sajikan dalam konteks yang bermakna, tidak dalam kalimat-kalimat lepas.
Belajar bahasa yang berorientasi pada suatu kemampuan berkomunikasi, dapat dicapai melalui salah satu kajian bidang bahasa yaitu pragmatik. Pengajaran bahasa dengan memperhatikan aspek pragmatik lazim disebut dengan fungsi komunikatif. Pragmatik merupakan suatu kajian bahasa dengan melibatkan berbagai aspek di luar bahasa yang mampu memberi makna.
Pengajaran bahasa dengan materi salah satu kajian pragmatik yang berupa interseksi tindak tutur dapat dikaitkan dengan salah satu aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak. Menyimak adalah suatu proses untuk memahami makna yang tersirat dalam lisan maupun tulisan, melihat pikiran yang terkandung didalamnya. Menyimak juga dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan untuk mengetahui isi suatu teks baik lisan maupun tulisan.
memahami maksud dan tujuan tindak tutur yang diutarakan dalam teks lisan maupun tulisan secara tepat.
Kaitan interseksi tindak tutur dengan pembelajaran bahasa Indonesia yaitu interseksi tindak tutur dapat dimanfaatkan untuk memahami maksud dan tujuan tindak tutur yang terdapat dalam teks lisan maupun tulisan, memahami isi informasi yang terdapat dalam teks lisan maupun tulisan dengan tepat. Pengajaran interseksi tindak tutur dapat diaplikasikan dalam salah satu aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak. Pengajaran interseksi tindak tutur tersebut dapat diaplikasikan dalam salah satu standar kompetensi yang terdapat dalam silabus Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Atas kelas XI semester ganjil, KD 3.1 yaitu memahami struktur dan kaidah teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan ulasan/reviu ilm/drama baik melalui lisan maupun tulisan, dan KD 4.1 yaitu menginterpretasi makna teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan ulasan/reviu ilm/drama baik melalui lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, dengan memahami interseksi tindak tutur siswa dapat lebih memahami makna, maksud, dan tujuan suatu ujaran yang diujarkan dalam ilm/drama melalui kegiatan menyimak.
Penerapan pembelajaran sesuai dengan KD 3.1 dan 4.1 dengan menggunakan pendekatan scientiic, peserta didik harus memahami terlebih dahulu bagaimana bentuk tindak tutur dan berbagai interseksi yang terdapat dalam dangdut academy 3. Kemudian, peserta didik dapat memahami interseksi tindak tutur dalam dangdut academy 3 dengan menganalisis tindak tutur untuk memahami makna yang disampaikan.Bidang pragmatik yang berupa interseksi tindak tutur dapat dipahami melalui kegiatan menyimak. Interseksi tindak tutur perlu diajarkan kepada siswa karena sangat berperan dalam memahami perintah, maksud, dan tujuan yang terdapat dalam tindak tutur baik dalam teks lisan maupun tulisan khususnya dalam memahami makna perintah ujaran yang disampaikan baik secara teks lisan maupun tulisan dalam teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan ulasan/reviu ilm/drama. Oleh karena itu dengan melakukan kegiatan pembelajaran tersebut peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran yaitu sebagai berikut.
a. Siswa mampu memahami pengertian interseksi tindak tutur. b. Siswa mampu menentukan intrerseksi tindak tutur.
c. Siswa mampu menentukan maksud dan tujuan tuturan.
d. Siswa mampu menentukan isi perintah yang terdapat dalam teks baik lisan maupun tulisan dengan tepat.
D. Penutup
Kaitan interseksi tindak tutur dengan pembelajaran bahasa Indonesia yaitu interseksi tindak tutur dapat dimanfaatkan untuk memahami maksud dan tujuan tindak tutur atau sebagai bahan dasar untuk memahami maksud dan tujuan tuturan dalam teks lisan maupun tulisan. Pengajaran interseksi tindak tutur dapat diaplikasikan dalam aspek menyimak. Pengajaran tersebut dapat diaplikasikan dalam Kompetensi Dasar yang terdapat dalam silabus bahasa Indonesia SMA kelas XI semester ganjil, KD 3.1 yaitu memahami struktur dan kaidah teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan ulasan/ reviu ilm/drama baik melalui lisan maupun tulisan, dan KD 4.1 yaitu menginterpretasi makna teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan ulasan/reviu
ilm/drama baik melalui lisan maupun tulisan. ●
E. DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fadlillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/STs, & SMA/ MAK. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pers.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Wijana, I Dewa Putu. 2011. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
PROSES KREATIF DALAM KOMUNITAS SASTRA SEBAGAI