• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengamatan Refleksi

Pertemuan 1 1. Percaya Diri

1. Hasil Penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang

Penerapan metode disksusi kelompok silang di SMP N 06 Yogyakarta dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa yang didukung dengan lima indikator kreativitas. Munandar, (1999: 20) pelaksanaan metode diskusi kelompok silang untuk meningkatkan kreativitas siswa terdiri dari 2 jenis indikator kreativitas yaitu, berfikir kreatif yang terdiri dari siswa yang “berani melawan arus, dan menjadi pelopor. Sedangkan, berfikir afektif terdiri dari “siswa yang percaya diri, berfikir diluar kotak dan menghargai”. Jadi, jika digabungkan maka akan menjadi 5 indikator yaitu percaya diri, berfikir diluar kotak, menjadi pelopor, berani melawan arus, dan mengahrgai. Perilaku yang telah disebutkan, merupakan hal yang diharapkan dapat muncul pada setiap diri siswa saat metode diskusi kelompok silang.

144

Berdasarkan hasil observasi, bahwa krativitas siswa mengalami peningkatan secara bertahap pada pertemuan di siklus 1 dan siklus 2 melalui penerapan metode diskusi kelompok silang pada mata pelajaran IPS Di SMP Negeri 6 Yogyakarta. Pembelajaran IPS syarat akan nilai pada materi yang dibahas adalah, kemampuan kreatif siswa dalam menelaah dan mengkaji masalah yang ada. Metode diskusi kelompok silang pada penelitian ini sebagai penerapan dari kemampuan tersebut agar kreativitas siswa meningkat. Kreativitas siswa dapat meningkat dengan adanya pembentukan kelompok belajar secara menyilang (crossover), yang dimana siswa berada dalam kelompok dengan karakteristik dan kemampuan siswa yang berbeda untuk mengkaji masalah yang diberikan, serta terdapat 2 ahli kelompok, yaitu kelompok ahli dan kelompok ahli “crossover”. Siswa mempunyai tanggung jawab terhadap materi yang telah diberikan yang kemudian didiskusikan dalam satu kelompok untuk mencapai kesepakatan bersama.

Siswa menunjukkan kreativitas yang lebih baik daripada sebelum dilakukan tindakan meskipun terdapat kendala di setiap pertemuan. Kendala pada siklus 1 pada indikator berfikir diluar kotak dan menghargai. Kendala pada indikator berfikir diluar kotak masih ada 1 sampai 12 siswa yang belum dapat berfikir diluar kotak sehingga karena masalah tersebut, siswa tidak dapat memikirkan pemecahan masalah dengan caranya sendiri yang efeknya siswa seringkali tidak bisa memberikan solusi pada permasalahan yang diberikan. Sedangkan kendala pada indikator menghargai yaitu

145

terdapat 1 sampai 23 siswa belum bisa menghargai siswa yang lain. Menghargai bukan hanya sekedar menghargai secara pendapat tapi juga menghargai secara keterbatasan kemampuan. Meskipun demikian, dari hasil kegiatan pembelajaran siklus 1 pertemuan 1 sampai siklus 2 pertemuan 2 menunjukkan peningkatan kreativitas siswa yang cukup memuaskan.

Hasil tindakan siklus 1 menunjukkan peningkatan kreativitas siswa pada indikator percaya diri, berfikir diluar kotak, dan menjadi pelopor, serta sedikit pada berani melawan arus dan menghargai. Pada pertemuan pertama Secara mekanisme, siswa sudah bisa membiasakan diri dengan pola penerapan metode diskusi kelompok silang. Selama diskusi, siswa masih kurang bisa memberikan penjelasan tentang materi kepada teman satu kelompoknya. Beberapa siswa masih ada yang susah memahami materi yang diberikan. Hampir keseluruhan siswa dalam kelompok, merasa masih malu saat ingin memberikan tanggapan. Sehingga, efek yang diterima siswa adalah tidak memahami materi yang dibahas.

Selanjutnya, pada pertemuan kedua siswa sudah mulai bisa menyampaikan dan memberikan penjelasan tentang materi yang sedang dibahas meski dalam penyampaian masih susah. Pengajar memberikan sedikit bantuan kepada siswa dalam hal penyajian kalimat pada materi yang dianggap kurang efektif disampaikan. Meskipun masih sedikit kesusahan dalam mengucapkan kata, siswa telah menunjukkan bahwa pemahamannya telah meningkat dari sebelumnya. Lalu pada pertemuan kedua, sudah terdapat beberapa siswa bukan hanya memahami materi yang diberikan, tapi

146

sudah mulai bisa saling memberikan sedikit tanggapan kepada teman kelompok yang bertanya. Beberapa siswa mengatakan, merasa begitu menyenangkan belajar dengan metode ini meskipun masih sedikit malu ketika akan menyampaikan materi kepada teman kelompok.

Sedangkan pada pertemuan ketiga, siswa tidak segan untuk menjelaskan panjang lebar dan menuangkan ide yang ada dipikirannya tentang materi yang sedang dibahas. Siswa semakin spontan dan berani memberikan tanggapan kepada kelompoknya yang memunculkan berbagai pertanyaan, meskipun kalimat yang disampaikan masih kacau. Karena hal tersebut, pengajar harus turun tangan memperbaiki kalimat yang salah. Peningkatan kreativitas lain yang telah siswa tunjukkan, namun masih sangat kurang, yaitu siswa mulai bisa menghargai. Meskipun terdapat siswa yang salah dalam menanggapi materi saat disampaikan, teman kelompoknya tidak tertawa atau menyalahkan jawaban teman yang salah. Setelah selesainya pembelajaran di pertemuan ketiga, siswa diberikan tes untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai. Hasilnya adalah, siswa mengalami peningkatan, pada awalnya nilai siswa terendah adalah 40 kini nilai 40 sudah tidak ada, dan hampir sebagian besar mendapatkan nilai rata-rata 80 dan 90.

Pada tindakan siklus 2 di pertemuan 1, siswa semakin kritis untuk tahu tentang apa yang dijelaskan oleh teman kelompoknya. Siswa tidak malu lagi saat bertanya tentang hal yang tidak diketahui. Siswa tidak ragu untuk memberikan ide, usul ataupun masukan kepada siswa yang lain selama

147

diperbolehkan untuk melakukan tindakan tersebut. Meskipun ada siswa yang masih kesulitan untuk menyampaikan sesuatu karena kalimat yang diucapkan masih kacau, siswa yang lain menghargai.

Pada pertemuan 2, siswa semakin lebih baik, bahkan jumlah siswa dengan katagori “tinggi” lebih dominan dari pada katagori “sedang” dan “rendah”. Berdasarkan perbedaan pengalaman yang dimiliki, siswa mampu memecahan masalah yang berbeda dari orang lain. Perbedaan pola fikir yang dimiliki siswa saat pembelajaran berlangsung, membuat siswa justru bisa memberikan penjelasan secara terperinci tentang gagasan atau masalah berdasarkan pemahamannya sendiri. Peningkatan kreativitas siswa berdasarkan lima indikator kreativitas telah dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang sangat panjang.

Sebagaimana dijelaskan dalam kajian teori, terdapat indikator yang menjadi titik tekan dari penelitian penerapan metode diskusi kelompok silang Di SMP N 6 Yogyakarta, yaitu berfikir kreatif yang terdiri dari siswa yang “berani melawan arus, dan menjadi pelopor sedangkan, berfikir afektif terdiri dari siswa yang “percaya diri, berfikir diluar kotak dan menghargai” Munandar, (1999: 20). Berikut ini pembahasannya:

1. Percaya Diri

Pada hasil pengamatan, ketercapaian siswa pada indikator “percaya diri” bagaimana siswa menjadi seseorang manusia yang mandiri dan percaya bahwa dirinya bisa. Meningkatnya kepercayaan diri siswa selama diskusi membuat siswa miliki sesuatu rasa dan sikap untuk tidak

148

merasa terusik oleh apa dan siapapun. Selama pelakasanaan pembelajaran, siswa mulai tumbuh dan menunjukkan, bahwa, siswa adalah seseorang yang kuat, bebas atau merdeka dalam artian yang sesungguhnya. Sehingga, siswa tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain, dapat berdiri kokoh dan segala macam rintangan atau ujian akan dilaluinya dengan berani. Sehingga saat proses diskusi itulah, siswa dapat mengenal perbedaan sikap dari tiap siswa. Demikian hasil pengamatan, dengan indikator “percaya diri”.

2. Berfikir Di Luar Kotak

Pada hasil pengamatan, ketercapaian siswa pada indikator “berfikir di luar kotak” pada setiap pelaksanaan siklus, bahwa siswa telah menjalankan proses untuk menjadi seseorang yang dapat berfikir di luar kotak. Artinya, siswa belajar bagaimana membuat sesuatu yang tak biasa, yang bukan lazimnya, dan di luar pemahaman orang lain. Selama pertemuan siswa berusaha untuk mengambil jalan yang berbeda dan tak biasa orang lain jalani. Siswa setiap pertemuannya, mengalami peningkatan pada indikator tersebut, karena saat memecahkan solusi siswa tidak terpaku pada satu hal saja, tapi berjalan ke segala arah dan selalu saja menemukan sesuatu yang tak dipikirkan orang lain. Bahkan, untuk menjawab pertanyaan, setiap siswa menunjukkan jawaban yang berbeda dengan siswa yang lainnya. Demikian hasil pengamatan, dengan indikator “berfikir diluar kotak”.

149 3. Menjadi Pelopor

Pada hasil pengamatan, selama pelaksanaan pembelajaran siswa menunjukkan indikator “menjadi pelopor” selalu megalami peningkatan pada setiap pertemuannya. Hal ini ditunjukkan dengan siswa yang selalu berupaya untuk tidak selalu mengikuti orang lain. Selama pelaksanaan diskusi, siswa selalu menunjukkan bahwa dengan bahasa dan pemahaman sendiri selalu dapat menjawab dan memecahkan masalah dengan caranya sendiri. Sehingga, siswa dapat mengenali siapa dirinya dan apa kemampuan yang dimilikinya. Setiap pertemuan, pemikiran siswa selalu melesat ke depan. Meskipun siswa melakukan kesalahan, siswa merasa senang karena dapat menjadi seorang pelopor untuk dirinya sendiri dan tidak menjadi seorang pengekor. Demikian hasil pengamatan untuk indikator “menjadi pelopor”.

4. Berani Melawan Arus

Pada indikator ini, peningkatan kreativitas siswa sangat lambat, karena mungkin indikator “berani melawan arus” adalah sesuatu yang bertentangan. Namun selama pertemuan, siswa terus mengalami peningkatan. Pada awalnya siswa merasa takut karena akan dianggap kasar, dan melawan. Namun, hal tersebut bisa diatasi dengan berbagai tindakan bahwa pelaksanaan pembelajaran ini hanya sebuah proses belajar dan tidak akan mempengaruhi apapun. Akhirnya, siswa bisa mengikuti dengan baik dan semua yang akan dilakukan telah mendapatkan izin. Saat diskusi berlangsung, siswa menjadi seseorang

150

yang bebas ketika mengadu pemikiran dan menentang berbagai pendapat dari siswa lain. Siswa pada akhirnya sudah tidak merasa disebut sebagai seorang pembrontak atau dianggap tak menghargai segala pendapat. Karena dengan melakukan hal teraebut, siswa dapat secara penuh menuangkan segala apa yang dipikirkan. Demikian hasil pengamatan, dengan indikator “berani melawan arus”.

5. Menghargai

Berdasarkan hasil pengamatan, sikap siswa yang mau menghargai ditandai dengan keseriusan dalam memperhatikan siswa lain saat menyampaikan pendapatnya, walaupun sesekali ada yang menyanggah, siswa tetap mau memperhatikan dengan serius. Menghargai bagi siswa bukan hanya sekedar menghargai pendapat, namun siswa menghargai keterbatasan dari tiap siswa dikelompoknya. Demikian hasil pengamatan, dengan indikator “menghargai”.

2. Hasil Belajar Setelah Penarapan Metode Diskusi Kelompok Silang