i
PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK SILANG DALAM UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN IPS SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Muhammad Wahyu Imansyah Kamil NIM 11105241020
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
Jatuh dan mengalami kegagalan adalah hal menyakitkan yang biasa dilakukan. Namun, ini bukan soal berapa kali kita terjatuh dan gagal.
vi
PERSEMBAHAN
Sembah syukur ku kepada Tuhan YME atas segala rakhmat dan hidayahnya yang
telah memberikan ku kekuatan, kesehatan dan kesabaran dalam mengerjakan tugas akhir skripsi ini.
Aku persembahkan cinta dan sayang ku kepada kedua orang tua yang telah memberikan do’a, motivasi dan inspirasi tiada hentinya kepada ku.
Aku persembahkan kepada dosen ku, terutama pembimbing ku yang tak pernah
vii
PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK SILANG DALAM UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA
Oleh
Muhammad Wahyu Imansyah Kamil NIM 11105241020
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode diskusi kelompok silang dan mengetahui apakah ada peningkatan kreativitas siswa dengan indikator pengamatan, yaitu percaya diri, berfikir di luar kotak, berani melawan arus, menjadi pelopor, dan menghargai. Pada peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS dengan 3 indikator tahapan pencapaian pemahaman belajar, yaitu tahap penerimaan dan perolehan informasi, tahap penyimpanan informasi, dan tahap mendapatkan kembali informasi, setelah diterapkannya Metode Diskusi Kelompok Silang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian yang digunakan memiliki beberapa tahap, yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi. Sedangkan, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes berupa pre test dan post test soal pilihan ganda, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Perolehan data yang dianalisis berupa data kuantitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelititan ini telah divalidasi berdasarkan data empirik yang kemudian diolah dengan menggunakan software SPSS untuk mengetahui kevalidan data yang diperoleh dari lapangan.
Dari hasil penelitian tindakan kelas, peningkatan kreativitas siswa pada siklus 1 berdasarkan penerapan metode pada pertemuan 1, yaitu 47,63%, pertemuan 2 meningkat menjadi 53,75%, dan pertemuan 3 meningkat menjadi 64%. Hasil belajar siswa berdasarkan tes setelah penerapan metode yang dilakukan pada siklus 1 jika dilakukan perbandingan dengan data awal hasil belajar siswa berdasarkan tes sebelum penerapan metode yang dilakukan, rata-rata awal hasil belajar siswa, yaitu 40 meningkat sesuai dengan harapan yang dicapai menjadi 60. Pada siklus 2 berdasarkan penerapan metode pada pertemuan 1, yaitu 72,13%, pada pertemuan 2 meningkat sesuai dengan harapan menjadi 75,88%. Sehingga, jika dilakukan perbandingan pada siklus 1 peningkatan kreativitas siswa sebesar 64% maka pada siklus 2 meningkat sesuai dengan harapan menjadi 75,88%. Hasil belajar siswa yang diperoleh berdasarkan tes pada siklus 2 jika dibandingkan dengan perolehan data hasil belajar siswa pada data awal yang diperoleh, maka rata-rata awal hasil belajar siswa, yaitu 40 dan meningkat sesuai dengan harapan menjadi 60.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi berjudul “Penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang Dalam Upaya Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Pada Mata Pelajaran IPS SMP Negeri 6 Yogyakarta” dengan lancar.
Maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar tingkat sarjana strata I di Jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam penulisan skripsi ini hingga terselesaikannya, penulis tidak terlepas
dari bantuan, bimbingan saran-saran serta motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kelanjutan
studi sehingga dapat menyelesaikan studi Di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian sampai selesainya skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ijin, masukan, dan fasilitas dalam melancarkan proses penyusunan skripsi ini.
ix
telah meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga untuk membimbing,
memotivasi, memberikan arahan, serta saran dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Retna Wuryaningsih, S.Pd. selaku kepala sekolah yang telah berkenan memberikan izin agar terlaksananya penelitian ini dan Ibu Erningsih, S.Pd. selaku sebagai ahli materi dan penindak lapangan yang
telah berkenan membantu berjalannya penelitian tindakan kelas ini. 6. Siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Yogyakarta yang telah bekerja keras
untuk ikut berkontribusi demi terlaksananya penelitian ini.
7. Bapak, ibu dan Adikku tersayang yang senantiasa memberikan semangat
dan doa yang tiada henti hingga terselesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman yang telah membantu, terima kasih atas semangat dan bantuan yang selalu kalian berikan, mungkin penulis bukanlah teman
bagi kalian, tapi lebih tepatnya kita saling mengenal dan pernah membuat memori bersama.
Ucapan terimakasih beriring doa semoga kita semua selalu dalam
perlindungan-Nya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Yogyakarta, 11 Januari 2016
x DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
B.Identifikasi Masalah ... 5
C.Rumusan Masalah ... 5
D.Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Tentang Metode ... 8
B.Tinjauan Tentang Pembelajaran ... 9
C.Tinjauan Metode Pembelajaran ... 12
D.Tinjauan Tentang Diskusi ... 18
E. Tinjauan Diskusi Kelompok ... 21
F. Tinjauan Diskusi Kelompok Silang ... 25
G.Tinjauan Tentang Kreativitas Belajar ... 30
H.Tinjauan Tentang Mata Pelajaran IPS ... 39
I. Tinjauan Tentang Karakter Siswa SMP ... 42
J. Tinjauan Tentang Hasil Belajar ... 45
K.Kerangka Berfikir ... 49
BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 52
B.Desain Penelitian ... 53
C.Tempat Penelitian ... 58
D.Subjek Dan Objek Penelitian ... 59
E. Teknik Pengumpulan Data ... 59
F. Instrumen Penelitian ... 60
G.Teknik Analisis Data ... 65
xi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian ... 72
1. Penelitian Tindakan Siklus 1 ... 72
2. Penelitian Tindakan Siklus 2 ... 114
B.Pembahasan ... 143
1. Hasil Penerapan Metode ... 143
2. Hasil Belajar Setelah Penerapan Metode ... 150
3. Kendala Penerapan Metode ... 153
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 155
B.Saran ... 156
DAFTAR PUSTAKA ... 158
xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Observasi ... 61
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Soal Pre Test Dan Post Test ... 64
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Item Instrumen Observasi ... 70
Tabel 4. Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” ... 82
Tabel 5. Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Diluar Kotak” ... 84
Tabel 6. Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” ... 85
Tabel 7. Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” ... 86
Tabel 8. Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” ... 87
Tabel 9. Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 1” ... 88
Tabel 10.Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” ... 90
Tabel 11.Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Diluar Kotak” ... 92
Tabel 12.Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” ... 93
Tabel 13.Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” ... 95
Tabel 14.Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” ... 96
Tabel 15.Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 2” ... 97
Tabel 16.Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” ... 99
Tabel 17.Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Diluar Kotak” ... 100
Tabel 18.Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” ... 101
Tabel 19.Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” ... 103
Tabel 20.Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” ... 104
Tebel 21.Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 3” ... 104
Tabel 22.Data Pre Test Dan Post Test Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 107
Tabel 23.Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” ... 122
Tabel 24.Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Diluar Kotak” ... 123
Tabel 25.Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” ... 124
Tabel 26.Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” ... 125
Tabel 27.Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” ... 127
Tabel 28.Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 1” ... 127
Tabel 29.Kreativitas Siswa Indikator “Percaya Diri” ... 129
Tabel 30.Kreativitas Siswa Indikator “Berfikir Diluar Kotak” ... 130
Tabel 31.Kreativitas Siswa Indikator “Menjadi Pelopor” ... 131
Tabel 32.Kreativitas Siswa Indikator “Berani Melawan Arus” ... 132
Tabel 33.Kreativitas Siswa Indikator “Menghargai” ... 133
Tabel 34.Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa “Pertemuan 2” ... 134
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Befikir ... 51
Gambar 2. Siklus Model Penelitian Tindakan Kelas ... 58
Gambar 3. Diagram Peningkatan Kreativitas Siswa Siklus 1 ... 106
Gambar 4. Output Paired Samples Statistics ... 108
Gambar 5. Paired Samples Correlations ... 108
Gambar 6. Paired Samples Test ... 108
Gambar 7. Diagram Peningkatan Kreativitas Siswa Siklus 2 ... 135
Gambar 8. Output Paired Samples Statistics ... 137
Gambar 9. Output Samples Correlations ... 138
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Tabel Hasil Pengamatan Peningkatan Kreativitas Siswa ... 160
Lampiran 2. Lembar Soal Pre Test Dan Post Test ... 165
Lampiran 3. Tabel Nilai Pre Test Dan Post Test ... 167
Lampiran 4. Lembar Soal Pre Test Dan Post Test ... 168
Lampiran 5. Tabel Nilai Pre Test Dan Post Test ... 170
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 171
Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa ... 177
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian ... 180
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Saat ini perlu diketahui dalam sebuah kegiatan pembelajaran terdapat komponen-komponen penting yang dipastikan sudah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Komponen tersebut adalah peserta didik,
pengajar, tujuan pembelajaran, metode mengajar, dan media. Dari yang sudah disebutkan, terdapat satu komponen yang sangat penting dalam melaksankan
kegiatan pembelajaran, komponen tersebut adalah pengajar. Pengajar adalah orang yang telah diberikan haknya untuk memberikan sebuah ilmu kepada
seseorang yang di belajarkan. Pengajar bisa menjadi panutan untuk orang diajarkan bahkan, pengajar bisa membuat seseorang yang diajarkan menjadi orang yang jauh lebih baik dalam hal apapun, baik secara pemikiran maupun
perbuatan.
Peningkatan mutu pendidikan dalam meningkatkan minat belajar, berkaitan erat dengan peningkatan mutu kegiatan pembelajaran. Salah satu
kunci keberhasilan kegiatan pembelajaran di sekolah ditentukan oleh keterampilan pengajar dalam menyampaikan bahan pelajaran. Penerapan
metode mengajar yang bervariatif dan penyampaian materi secara menarik, dapat membuat siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman secara optimal. Sehingga, siswa dapat menemukan alasan rasional untuk bersikap
2
Ketika seorang pengajar melaksanakan kegiatan pembelajaran, hal yang
harus dilakukan pertama kali sebelum memberikan materi pelajaran adalah menentukan metode apa yang harus dipakai dalam menyampaikan materi
pembejaran tersebut. Tapi, terdapat hal penting yang dilupakan pengajar saat memberikan materi pelajaran, yaitu menerapkan metode tanpa memberikan rangsangan kreativitas saat belajar. Jika pengajar dalam menerapkan metode
dapat memberikan rangsangan kreativitas dengan baik, materi pelajaran yang diberikan akan mudah diterima dan dipahami oleh siswa.
Jika hal penting seperti itu tidak diperhatikan oleh para pengajar akibatnya, materi penting yang harusnya dipahami oleh siswa menjadi susah
diterima karena pengajar yang masih setengah-setengah dalam menerapkan metode belajar. Tapi, faktanya banyak pengajar beranggapan menurunnya hasil belajar siswa, karena kurang sesuai penerapan metode belajar yang diterapkan.
Pengajar seharusnya menentukan dahulu penerapan metode belajar seperti apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan suatu metode belajar tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi
yang akan menjadi objek pembelajaran. Sehingga ketika metode itu diterapkan, siswa dengan sendirinya akan bergerak dan memunculkan kreativitas
belajarnya untuk berusaha menerima dan memahami materi belajar yang diberikan.
Suprihadi Saputro, (2004: 18) secara implementatif metode belajar
3
sudah dijelaskan tidak diperhatikan dan dijalankan dengan baik maka,
pemahaman dan hasil belajar siswa tidak sesuai harapan. Hasil belajar yang diperoleh dapat dikatakan sudah cukup baik tapi, berdasarkan hasil observasi
awal di SMP Negeri 6 Yogyakarta, hal yang telah ditemukan adalah kreativitas dan hasil belajar siswa yang dianggap belum bisa memberikan dukungan antara pemahaman yang dimiliki siswa dengan hasil belajar yang diperoleh.
Kreativitas sangat penting sekali dalam mendukung tercapainya hasil belajar, meski diketahui bahawa tidak ada keterkaitan antara kreativitas siswa
dengan hasil belajar yang diperoleh. Perlu disadari kenapa peningkatan kreativitas belajar dapat memberikan hasil belajar yang baik, karena dengan
memahami atau berusaha melakukan sesuatu dapat melengkapi kekurangan belajar dengan materi yang bersifat hafalan. Hasil pengamatan awal yang telah dilakukan menyatakan bahwa, penurunan hasil belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri 6 Yogyakarta saat pelajaran IPS dianggap kurang memuaskan. Karena kreativitas siswa yang kurang menonjol, membuat siswa hanya memfokuskan diri dengan gaya belajar hafalan. Mendapatkan hasil belajar yang baik
merupakan tujuan yang harus dicapai tetapi, ketercapaian hasil belajar harus disesuaikan dengan pemahaman yang didapatkan sebagai bukti proses belajar
yang dilakukan siswa telah berhasil. Dengan menerapkan metode yang dapat merangsang kreativitas, siswa akan mencoba hal baru yang membuatnya ingin terus berkembang maju. Sehingga, semakin meningkatnya kreativitas, siswa
4
Berdasarkan analisis pada paragraf sebelumnya, peneliti berusaha
memberikan usaha kepada para siswa untuk menerapkan metode belajar yang dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar. Jadi, harapan yang dicapai
nantinya siswa bukan hanya mendapatkan hasil belajar yang baik tetapi, peningkatan kreativitas siswa yang dapat memberikan pemahaman jauh lebih baik. Hal yang dapat dibenarkan dalam belajar adalah belajar bukan soal nilai
tetapi, bagaimana memahami apa yang sudah didapatkan. Belajar kognitif memberikan sebuah ingatan dan kreativitas memberikan ungkapan.
Seperti yang telah dijelaskan, peneliti mengupayakan metode belajar yang dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Metode belajar
yang digunakan adalah Metode Diskusi Kelompok Silang. Pada latar belakang ini, peneliti hanya menjelaskan metode diskusi secara pandangan umum dan pandangan khususnya akan dijelaskan pada landasan teori. Secara pandangan
umum, diskusi merupakan salah satu metode yang menekankan siswa untuk berfikir kritis pada masalah atau materi dan mampu memberikan segala pendapat dan masukan terhadap materi yang diberikan. Karena dasar dari
metode diskusi ini adalah siswa diberikan kesempatan untuk memecahkan masalah hingga berakhir dengan solusi yang disepakati bersama dengan
5 B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Penerapan metode belajar yang kurang memberikan rangsangan kreativitas yang membuat siswa sulit memahami dan menerima materi yang telah diberikan oleh pengajar.
2. Akibat kreativitas siswa yang kurang, siswa hanya menekankan pada gaya belajar menghafal pada materi yang diberikan, sehingga hasil
belajar yang diperoleh siswa kurang memuaskan dan tidak dapat membuktikan bahwa siswa memahami materi yang telah diberikan.
3. Meskipun sebelumnya telah diterapkan metode belajar yang bertujuan meningkatkan kreativitas dan hasil belajar, peneliti hanya melihat peningkatan pada hasil belajar tanpa mengetahui peningkatan siswa
dalam segi pemahaman, sikap ataupun perbuatan yang dilakukan. C.Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang dalam upaya
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa?
2. Apakah ada peningkatan pada kreativitas belajar siswa setelah
diterapkannya Metode Diskusi Kelompok Silang?
6 D.Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian dan penyusunan Skripsi ini antara lain:
1. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang dalam upaya meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.
2. Untuk mengetahui peningkatan kreativitas belajar siswa setelah penerapan Metode Diskusi Kelompok Silang berdasarkan data yang
diperoleh dari penelitian di lapangan.
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan
Metode Diskusi Kelompok Silang berdasarkan hasil olah data yang didapatkan.
E.Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk pengembangan keilmuan dibidang pembelajaran IPS.
b. Untuk menambah khasanah kajian ilmiah dalam penerapan metode
pembelajaran. 2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Siswa
7
akan membantu merangsang kreativitas yang dapat membantu
memberikan pemahaman terkait masalah atau materi yang diberikan sehingga, hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan
harapan.
b. Manfaat Bagi Pengajar
Skripsi ini menjadi acuan atau refrensi tambahan untuk terus
meningkatkan gaya belajar kreatif yang lebih baik. Menerapkan metode belajar yang menarik dapat merangsang siswa untuk belajar
kreatif dan juga memberikan hasil belajar yang lebih baik. c. Manfaat Bagi Mahasiswa
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Tentang Metode
Surachman dalam Suryo Subroto, (1997: 148) metode adalah pelaksanaan proses pengajaran yang dilakukan secara teknis yang diberikan kepada siswa. Alipadie, (1984: 72) mengajar yang menggunakan banyak cara
dan dilakukan secara tepat oleh pengajar akan merangsang minat dan hasil belajar pada siswa.
Zuhairini dalam Nasution, (2001: 40) kemampuan mengajar dengan menggunakan metode yang tepat merupakan tuntutan yang harus dipenuhi
pengajar. Saat memilih metode, pengajar harus memperhatikan beberapa hal penting, yaitu:
1. Metode yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan pengajar.
2. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia. 3. Saat proses belajar, penggunaan metode disesuaikan pada materi yang
sedang diajarkan.
4. Penggunaan metode yang tidak tepat, akan menyebabkan siswa cepat bosan untuk belajar dan menjadi pasif, sehingga hasil belajar yang diperoleh
kurang memuaskan.
Metode dapat diartikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan, atau bisa dikatakan metode juga sebagai upaya untuk
9
pembelajaran, metode merupakan suatu praktis yang memiliki orientasi pada
tujuan yang akan dicapai. Metode merupakan cara untuk mencapai tujuan yang memerlukan pengetahuan agar tujuan tersebut dapat tercapai. Sehingga,
perumusan tujuan merupakan persyaratan penting sebelum pengajar menentukan dan memilih metode. Memilih metode yang tepat akan merangsang kreativitas dan minat siswa. Semakin banyak variasi metode
mengajar yang diberikan kepada siswa, maka rangsangan kreativitas dan minat siswa untuk belajar semakin besar.
Tinjauan tentang pengertian metode bebas diungkapkan dan tidak memiliki batasan yang jelas. Contoh yang dapat menjelaskan hal ini adalah,
tanpa adanya penugasan terlebih dahulu kelompok siswa diminta untuk mencari pengertian dari metode. Jumlah pengertian metode akan bervariasi antara siswa satu dengan siswa lainnya. Perbedaan tersebut bukan berarti siswa
tidak memahami pengertian metode akan tetapi, menunjukkan banyaknya pengertian dan penafsiran tentang metode.
B.Tinjauan Tentang Pembelajaran
Gagne dan Briggs, (1979: 3) pembelajaran bisa didefinisikan sebagai proses interaksi siswa dengan pengajar dan sumber belajar pada suatu
lingkungan. Namun, terdapat suatu sistem yang bertujuan untuk membantu siswa dalam proses belajar yang berisi serangkaian peristiwa yang telah dirancang untuk mendukung sebuah proses belajar. Purwadinata, (1967: 22)
10
Dari yang telah diungkapkan oleh Purwadinata, pembelajaran
mempunyai persamaan kata belajar atau mengajar. Dengan demikian, pembelajaran dapat diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan
mengajar (oleh pengajar). Jadi, kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder dengan maksud dan tujuan agar terjadi
kegiatan belajar yang optimal.
Pembelajaran merupakan hal yang dapat ditemukan dimana pun dan
dianggap masih baru. Banyak yang memandang sebuah pembelajaran hanya terjadi di sekolah dan terdapat sebuah proses interaksi siswa dengan pengajar
beserta sumber belajarnya. Kegiatan ini, pada akhirnya dijadikan sebuah panutan bagi semua orang. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh pengajar agar terjadi proses perolehan ilmu pengetahuan, penguasaan
kemahiran, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.
Jika melihat perspektif pembelajaran di sekolah, banyak pengajar memberikan bahan ajar kepada siswa agar dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran hingga mencapai sesuatu objek yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor). Pembelajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan
11
Dalam (KBBI), pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang lain. Lalu ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara atau upaya membuat seseorang mau belajar.
Bruner dalam Nur, (2000: 15) dalam keilmuan teknologi pendidikan
kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen, yaitu:
1. Siswa, merupakan seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan menelaah.
2. Pengajar, merupakan seorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
3. Tujuan, merupakan pencapaian dari proses yang telah dilakukan. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila, pembelajaran tersebut mampu memberikan perubahan perilaku pada objek yang diajarkan (kognitif,
psikomotorik, afektif).
4. Materi Pelajaran, segala bentuk informasi berupa prinsip, dan konsep yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.
5. Metode, cara yang digunakan untuk membantu berjalannya proses untuk mencapai tujuan.
12
7. Evaluasi, langkah akhir yang digunakan untuk menilai suatu proses dan
hasil yang diperoleh.
Jika ditarik kesimpulan tentang tinjauan pembelajaran dari pendapat di
atas, pembelajaran merupakan kegiatan untuk membuat siswa belajar dan memberikan perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar. Sehingga, siswa dapat memberikan perubahan baru baik untuk sekarang atau dimasa yang
akan datang.
C.Tinjauan Metode Pembelajaran
Syaiful Bahri Djamarah, (2000: 194) metode pembelajaran merupakan suatu cara bagaimana pengajar harus mampu membaca keadaan agar
penggunaan metode pembelajaran dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Nana Sudjana, (2005: 76) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan pengajar dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pembelajaran.
Benny A. Pribadi, (2009: 11) tujuan metode pembelajaran merupakan suatu usaha untuk membuat siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang
diharapkan. Untuk mencapai tujuan, proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik dan sistemik.
Sudjana, (1989: 30) untuk mencapai tujuan yang diharapkan, metode pembelajaran mempunyai komponen yang diperlukan, yaitu materi yang akan disampaikan, alat dan bahan penilaian. Metode pembelajaran yang digunakan
13
Hal yang dapat terjadi jika pengajar menjalankan metode pembelajaran
yang kurang sesuai dengan kondisi yang tepat maka, jangan salahkan siapapun jika hasil yang didapatkan siswa jauh dari harapan. Dampak yang telah didapat,
terkadang dapat dirasakan secara langsung (instructional effect) atau dapat dirasakan dalam waktu yang lama (nurturant effect).
Tinjauan tentang metode pembelajaran tidaklah terlalu rumit, dalam
keilmuan teknologi pendidikan metode pembelajaran merupakan cara yang telah dirancang sebaik mungkin dan dilaksanakan dengan upaya dapat
mempermudah pengajar memberikan materi yang diajarkan kepada siswa. Adanya aturan formal dan prosedur saat menerapkan metode
pembelajaran, dianggap mempersulit pengajar untuk berintraksi bebas dengan siswa yang diajar. Seharusnya, metode pembelajaran yang dilaksanakan dapat memunculkan interaksi dan rangsangan kreativitas yang baik antara pengajar
dengan siswa. Jika hal tersebut dapat dipenuhi, maka seorang pengajar bisa menyalurkan segala materi yang diberikan kepada siswa. Cara terbaik yang dilakukan adalah menciptakan kesan baik kepada siswa, agar hubungan antara
pengajar dan siswa terjalin dengan baik layaknya seorang teman.
Kemudian, terdapat hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pengajar
tentang bagaimana cara pengajar membuat konsep belajar yang mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa, agar siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki serta menerapkan dalam
14
belajar, pemodelan, penilaian sebenarnya, pengumpulan data. Dari beberapa
penjelasan tentang pendekatan kontekstual memiliki tujuan, antara lain: 1. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan sebuah landasan pengetahuan siswa yang dibangun secara bertahap dan hasil yang diperoleh melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan yang diperoleh tidak hanya sebuah fakta, konsep, atau
kaidah yang siap diambil dan diingat, melainkan siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan tersebut dan barulah memberi makna
melalui pengalaman yang nyata.
Dengan dasar berfikir tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif selama proses pembelajaran, sehingga siswa menjadi pusat
kegiatan. Untuk itu, tugas pengajar adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:
a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.
d. Melupakan semua hal yang tidak bisa dilakukan dan fokus pada hal yang
15 2. Menemukan
Menemukan merupakan bagian pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual, dimana siswa diajarkan untuk menemukan masalah
sendiri dan menyelesaikan masalah itu sendiri. Karena pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki itulah yang akan membuat siswa bisa menemukan gaya belajarnya sendiri. Oleh sebab itu, proses pembelajaran
yang dirancang pengajar harus berbentuk kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Secara prosedur, langkah pembelajaran dimulai
dengan merumuskan masalah, mengamati, menganalisis, dan mengkomunikasikan.
3. Bertanya
Bertanya merupakan strategi utama dalam pendekatan kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan pengajar untuk
mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Hal yang seharusnya dilakukan pengajar sebelum memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang diberikan, sebaiknya pengajar tidak
memaksakan kehendak jika menemukan siswa yang sedikit bicara, biarkan pengajar fokus bertanya pada siswa yang banyak bicara. Setelah dilakukan,
barulah pengajar memberikan pertanyaan yang bertujuan untuk: a. Menggali informasi yang dipahami siswa.
b. Mengetahui tingkat pemahaman siswa.
16
d. Mengetahui sejauh mana keinginan siswa untuk mencari tahu hal
yang diinginkan.
e. Mengetahui apa yang menjadi tujuan siswa pada kompetensi yang
ingin dicapai. 4. Komunitas Belajar
Komunitas Belajar merupakan teknik yang menjalin sebuah hubungan
pertemanan dengan saling bertukar pikiran agar semakin dalam pengetahuan yang diperoleh. Teknik pembelajaran ini diperolah dengan cara
bekerjasama. Hasil belajar diperoleh melalui share antara teman, antara kelompok dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Kegiatan ini dapat
terjadi bila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya dan tidak ada pihak yang menganggap paling tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang
memiliki pengetahuan, pengalaman atau keterampilan. Dalam praktiknya, komunitas belajar dapat dilakukan dengan bermacam cara diantaranya: a. Pembentukan kelompok kecil.
b. Pembentukan kelompok besar. c. Mendatangkan ahli ke dalam kelas.
d. Bekerja dengan kelas lain yang sederajat.
e. Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya dan bahkan bisa dilakukan dengan masyarakat.
17 5. Pemodelan
Pemodelan adalah pembelajaran yang dilakukan dengan menampilkan model yang bisa dilihat, dirasa dan bahkan bisa ditiru oleh siswa. Dalam
praktiknya pengajar bukan merupakan satu-satunya model. Karena model yang disampaikan akan menjadi standar kompetensi yang akan dicapai, jika pengajar tidak mampu menjadi model, jangan sekali-kali memaksakan diri.
Pengajar dapat mendatangkan model dari luar. Model tersebut bisa dari siswa yang dianggap mampu, atau membawa pakar ke dalam kelas. Bisa
juga model yang digunakan berasal dari luar sekolah, atau pihak siswa dan pengajar yang pergi berkunjung dimana model yang ingin dipelajari itu
berada. 6. Refleksi
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang telah dilakukan di masa
lalu. Refleksi adalah cara untuk mengingat kembali segala sesuatu yang telah dikerjakan sebelumnya. Refleksi sendiri merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Tujuan dari
kegiatan refleksi ini adalah untuk melihat sejauh mana pengetahuan yang dibangun sebelumnya dapat terus diingat oleh siswa. Oleh karena itu,
kegiatan refleksi harus dilakukan sebelum pengajar mengakhiri proses pembelajaran pada setiap pertemuannya.
7. Pengumpulan Data
18
dilihat dan dinilai melalui karya atau hasil kerjanya. Kegiatan yang
dilakukan pengajar untuk mengetahui dan memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila dari hasil
pengumpulan data ini diketahui siswa mengalami kesuliatan dalam menguasai kompetensi, maka pengajar harus segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan tinjauan tentang metode pembelajaran yang dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau
strategi yang dilakukan pengajar untuk membantu siswa berinteraksi dan merangsang kreativitas saat proses belajar, agar siswa dapat menerima materi
yang diberikan pengajar dengan baik dan bisa mencapai hasil yang diharapkan. D.Tinjauan Tentang Diskusi
Sebelum membahas tinjauan tentang diskusi, terlebih dahulu mengetahui
epistimologi tentang kata diskusi itu sendiri. Diskusi berasal dari bahasa latin, yaitu discutio atau discutium yang bermakna bertukar pikiran. Namun, yang perlu dipahami adalah tidak semua kegiatan bertukar pikiran bisa disebut
dengan diskusi. Lebih jelasnya diskusi merupakan kegiatan bertukar pikiran yang terarah, ada proses berjalannya dan ada hasil yang dicapai. Diskusi
19
Muhibbin Syah, (2000: 15) diskusi merupakan metode mengajar yang
erat hubungannya dengan pemecahan suatu masalah. Metode ini juga lazim disebut sebagai diskusi kelompok dan resitasi bersama.
Diskusi dalam pelaksanaan memiliki dua macam bentuk, yaitu diskusi kelompok kecil dimana hanya melibatkan sedikit orang dalam pelaksanaan dan diskusi kelas dimana kegiatannya melibatkan semua siswa di dalam kelas, baik
dipimpin langsung oleh pengajar atau dilaksanakan oleh beberapa pemimpin diskusi yang dipilih langsung oleh siswa dengan tujuan untuk memberikan
sedikit dorongan kepada siswa, agar dapat berkomunikasi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan pengetahuan dan informasi
yang telah dimiliki, serta mengajarkan bagaimana bersikap saling menghormati dan tenggang rasa terhadap keragaman pendapat dalam rangka mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.
Secara umum, pelaksanaan teknis diskusi dibagi menjadi dua jenis, yaitu diskusi formal dan diskusi non formal. Kedua jenis diskusi tersebut memiliki unsur seperti materi, pelaksana dan perlengkapan. Muhibbin Syah, (2000: 15)
diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar maka, penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Mendorong siswa untuk berfikir kritis.
2. Mendorong siswa untuk mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
3. Mendorong siswa untuk menyumbangkan buah fikir dalam memecahkan
20
4. Mengambil beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah
berdasarkan pertimbangan yang ada.
Sagala, (2003: 208) diskusi memiliki dasar penting, artinya diskusi itu
tidak hanya sekedar dijalankan tapi juga harus memperhatikan faktor internal dari tiap anggota yang berdiskusi, dasar metode diskusi antara lain:
a. Dasar Metode Diskusi:
1. Harus dapat menciptakan suasana akrab antara anggota kelompok. 2. Perlu mengenal karakter, perilaku dan watak setiap individu agar dapat
menghindari hal yang tidak diinginkan.
3. Tidak mencari keuntungan pribadi atau golongan.
Tiga point yang telah disebutkan merupakan hal yang perlu diperhatikan saat melaksanakan kegiatan diskusi. setelah ketiga point di atas terpenuhi, maka tujuan diskusi bisa dilaksanakan. Moedjiono, (1993: 51) tujuan diskusi
antara lain sebagai berikut: b. Tujuan Diskusi:
1. Untuk mempertemukan dan menyatukan pendapat, pola fikir dan
persepsi dari anggota kelompok.
2. Untuk melatih keberanian mengemukakan pendapat secara sistematis dan
logis.
3. Belajar menerima dan menghargai pendapat orang lain.
4. Untuk mengajarkan bagaimana harus bersikap dan berperilaku serta
membentuk watak menjadi pribadi yang matang.
21
Dari tinjuan di atas, diskusi merupakan salah satu bentuk kegiatan wicara
yang dilakukan oleh satu orang atau lebih. Dengan berdiskusi dapat memperluas pengetahuan serta memperoleh banyak pengalaman. Diskusi
memiliki tujuan untuk melakukan pertukaran fikiran, gagasan, pendapat antara dua orang atau lebih secara lisan yang berujung pada kesepakatan gagasan atau pendapat. Diskusi yang melibatkan banyak orang disebut diskusi kelompok.
Dalam diskusi kelompok dibutuhkan seorang pemimpin yang disebut ketua diskusi. Tugas ketua diskusi adalah membuka dan menutup diskusi,
membangkitkan minat anggota untuk menyampaikan gagasan, menengahi anggota yang berdebat, serta mengemukakan kesimpulan hasil diskusi.
Jadi, metode diskusi merupakan kegiatan yang mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa yang mempunyai potensi banyak bicara bisa berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan yang
terlalu keras dan tetap mengikuti etika yang disepakati bersama. Metode diskusi merupakan cara untuk memecahkan masalah yang mengambil kesepakatan melalui pendapat yang telah dipertimbangkan dalam diskusi
kelompok. Dalam pembelajaran, metode diskusi memberikan peluang pada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran walaupun pengajar masih
menjadi kendali utama.
E.Tinjauan Diskusi Kelompok
Moh. Uzer Usman, (2008: 94) diskusi kelompok merupakan suatu proses
22
yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan
kesimpulan atau pemecahan masalah.
Jika diperhatikan, manusia adalah makhluk sosial. Maka, keberadaanya
hanya dapat dikembangkan dalam kebersamaan dengan sesamanya. Manusia hanya mengenal dan membentuk diri dengan kebersamaan antar sesamanya. Manusia dan sesamanya menciptakan realitas sosial. Diskusi kelompok
merupakan salah satu strategi belajar mengajar yang sesuai dengan maksud tersebut. Belajar dapat diartikan sebagai kegiatan manusia dalam menanggapi
dan memahami lingkungannya. Ketika manusia telah memahami hal tersebut, barulah manusia akan berusaha untuk menaklukan lingkungannya. Karena
banyak manusia beranggapan hidup untuk bersaing. Lingkungan sebagai stimulus, selalu memberikan rangsangan kepada intensionalitas manusia untuk melakukan banyak hal dengan cara tertentu.
Kegiatan seperti pada paragraf sebelumnya, akan berlangsung secara optimal jika didukung motivasi yang kuat. T.Raka Joni, (1983: 22-24) terdapat indikator tinggi rendahnya CBSA yang berperan dalam strategi belajar
mengajar yang akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Sikap siswa yang secara spontan dalam menggungkapkan pendapat secara
berani.
2. Ketertarikan siswa pada sebuah tugas sebagai lawan dari kecenderungan menghindari tugas.
3. Belajar dari pengalaman yang sudah dialami sendiri.
23
5. Variasi bentuk dan alat kegiatan belajar mengajar yang diberikan.
6. Kualitas interaksi antar siswa, baik secara intelektual maupun secara sosial emosional.
Indikator yang telah disebutkan di atas maka, diskusi kelompok merupakan pilihan yang dianggap tepat dalam strategi belajar mengajar. Tidak hanya mengantarkan pada kegiatan instruksional tetapi, dapat memberikan
tujuan tertentu kepada siswa. Di dalam diskusi kelompok, siswa diajarkan untuk menghargai pendapat orang lain, bersikap terbuka, mengaktualisasikan
diri, dan percaya diri.
Membicarakan banyak hal tentang metode diskusi kelompok, terdapat
berbagai macam bentuk metode diskusi kelompok. Metode diskusi kelompok yang ada hanyalah merupakan variasi kegiatan. Wina Sanjaya, (2006: 157) terdapat berbagai macam diskusi kelompok dalam pembelajaran antara lain:
1. Diskusi Kelas
Merupakan diskusi kelompok dimana proses pemecahan masalah dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang
digunakan dalam jenis diskusi ini yaitu pengajar membagi tugas, dan menentukan siapa yang akan menjadi moderator dan penulis. Lalu,
narasumber (pengajar, siswa, atau ahli tertentu) memaparkan masalah yang harus dipecahkan. Kemudian, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan pada moderator. Setelah itu, narasumber memberi tanggapan
24 2. Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi yang dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan
cara pengajar menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi kedalam sub masalah yang harus dipecahkan setiap kelompok kecil. Setelah selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua
kelompok menyajikan hasil diskusinya. 3. Simposium
Metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk
memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah penyaji memberikan pandangan tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Diskusi Panel
Pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan audien. Dalam diskusi panel audien tidak terlibat secara langsung tetapi, berperan sebagai peninjau para penelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, diskusi panel lebih efektif jika digabungkan dengan metode lain, misalnya
dengan metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
25
berusaha memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan, mempelajari, dan
sekaligus mempertimbangkan pendapat yang telah dikemukakan saat diskusi. Pernyataan yang telah dijelaskan, sangat jelas formal sekali karena
mengingat bahwa diskusi adalah komunikasi antar dua orang atau lebih yang membahas sesuatu untuk memecahkan permasalahan. Jika terdapat hal seperti adanya moderator atau penengah, hal semacam ini hanya formalitas saja.
Dari semua yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya, inti dari diskusi kelompok merupakan suatu pertemuan dua orang atau lebih, yang ditunjukkan
agar saling tukar pengalaman serta pendapat, dan menghasilkan suatu keputusan bersama. Dengan diskusi kelompok, maka siswa akan memperoleh
kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama.
Berbagai jenis diskusi kelompok di atas tidak semua akan digunakan. Jenis metode diskusi kelompok yang digunakan untuk penelitian ini adalah
metode diskusi kelompok kecil yaitu, metode diskusi kelompok silang. Karena dalam metode diskusi kelompok silang, dapat merangsang kreativitas siswa dalam menuangkan ide saat memecahkan masalah yang diberikan pengajar.
F. Tinjauan Diskusi Kelompok Silang
Saat ini, banyak metode belajar yang telah dibuat berdasarkan
pengalaman berbagai landasan teori yang didapatkan melalui teori dari para ahli. Begitu pun dengan metode diskusi kelompok silang, metode ini tidak hanya dibuat berdasarkan keadaan dilapangan, tapi juga memikirkan kaidah
26
Honey dan Mumfard dalam Soekamto dan Winata Putra, (1997:
147-150) pandangan untuk kelompok orang yang belajar memiliki empat macam golongan, yaitu:
1. Kelompok yang disebut dengan aktivis yaitu, kelompok orang yang berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman baru.
2. Kelompok yang disebut dengan reflektor yaitu, kelompok orang yang memiliki gaya berfikir berlawanan dengan aktivis. Orang yang reflektor sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan.
3. Kelompok yang disebut dengan ahli teori yaitu, kelompok yang memiliki
pola fikir sangat kritis, suka menganalisis, selalu berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya.
4. Kelompok yang disebut dengan pragmatis, kelompok yang memiliki sifat
praktis tidak suka panjang lebar dengan teori, konsep, dan dalil.
Teori lain yang dianggap mampu memberikan alasan kenapa metode diskusi silang dianggap dapat merangsang kreativitas adalah teori
konstruktivisme vgotsky. Slavin, (2000: 256) terdapat tiga ide utama tentang perkembangan kognitif manusia yang pemaparannya adalah sebagai berikut:
1. Intelektual seseorang akan berkembang pada saat individu menghadapi ide baru dan sulit mengkaitkan ide tersebut.
2. Interaksi dengan orang lain secara tidak langsung akan memperkaya
perkembangan intelektual.
27
Sebuah metode apapun memiliki unsur teori sebagai pijakan untuk
memperkuat keberadaan metode tersebut. Metode diskusi kelompok silang merupakan metode dimana anggota yang disebut kelompok ahli, pindah dari
satu kelompok ke kelompok lain secara bergantian selama diskusi berlangsung. Metode diskusi kelompok silang merupakan diskusi kelompok kecil yang didasarkan pada prinsip perwakilan. Metode diskusi kelompok silang
memberikan kesempatan siswa untuk berbagi pengalaman, gagasan, mengajukan pertanyaan, mengkritik isu yang tidak mungkin dilakukan dalam
satu kelompok besar. Berdiskusi, membantu mengklasifikasi dan memahami sudut pandang yang berbeda.
Syaful Bahri Djamarah, (2000: 17) terdapat keuntungan dalam penerapan metode diskusi kelompok silang diantaranya:
1. Membantu siswa mengenali apa yang dilakukan dan yang belum diketahui
oleh siswa lain di dalam kelompok tersebut.
2. Membantu siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah dihadapi melalui pengalaman dari siswa yang lain.
3. Memberikan kesempatan bagi siswa pasif, malu dan terhambat untuk terbuka dengan siswa yang lain.
4. Membantu membangun ke kompakan kelompok serta meningkatkan keterlibatan para siswa dalam melaksanakan tugas kelompok.
5. Para peserta mengalami suatu pemahaman akan kepemilikan dan kreativitas.
28
dengan perumusan yang lebih baru. Dengan menggunakan metode diskusi
kelompok silang, siswa diajarkan empat hal, yaitu:
1. Siswa diajarkan untuk menyampaikan pendapat atau ide dalam forum diskusi kelompok sendiri.
2. Siswa diajarkan untuk mengajukan satu atau dua pertanyaan kepada siswa kelompok yang mengungkapkan pendapat.
3. Siswa diajarkan untuk berusaha menjawab pertanyaan dari siswa kelompok lain berdasarkan pemahaman sendiri.
4. Siswa diajarkan untuk menelaah segala pendapat yang diberikan oleh kelompok lain, jika belum terbiasa menelaah secara cepat dari apa yang
disampaikan, siswa diperbolehkan merangkum atau mencatat informasi yang dianggap penting.
5. Semua yang telah diajarkan, pada akhirnya siswa dengan sendirinya akan
belajar untuk menghargai pendapat orang lain.
Pada dasarnya, manusia mampu mengetahui sesuatu dengan menggunakan inderanya. Interaksi terhadap objek dan lingkungan membuat
manusia dapat melihat, mendengar, mereba, membau atau merasakan. Hanya, tinggal sejauh mana intensionalitas manusia dapat terus berkembang.
Metode diskusi kelompok silang, mengajak siswa berinteraksi langsung dengan siswa lain agar menemukan ide baru yang sebelumnya tidak ada dalam pengetahuannya. Selain itu, siswa lebih diarahkan untuk memahami dan
29
Siswa dapat membangun pengetahuan di dalam benaknya, membangun
arti sendiri dari apa yang telah dipelajari, bertanggung jawab terhadap hasil yang telah didapatkan. Pengajar dalam proses ini, hanya mengajar dan
membuat informasi menjadi bermakna, dan relevan bagi siswa. Dengan memberikan kesempatan, maka siswa dapat menemukan atau menerapkan sendiri ide dan strategi yang digunakan untuk belajar. Pengajar diibaratkan
seseorang yang memberikan tangga sehingga dapat membantu siswa untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih baik, namun harus diupayakan agar
siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut. Metode diskusi kelompok silang, mengarahkan siswa untuk berperan aktif. Strategi konstruktivistik sering menyebut hal tersebut sebagai pengajaran yang berpusat pada siswa.
Kesimpulan terhadap tinjauan metode diskusi kelompok silang maka, belajar menemukan masalah kemudian mencari penyelesaian berdasarkan
pengetahuan dari diri sendiri ataupun sumber lain, dapat memberikan hasil yang paling baik meski sulit untuk melakukannya. Berusaha untuk menyelesaikan masalah, dapat memberikan efek pengetahuan yang bermakna.
Pengetahuan yang diperoleh dengan seperti itu, akan memberikan beberapa kebaikan yaitu:
1. Pengetahuan tersebut bertahan lama atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain.
2. Hasil belajar tersebut mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada
30 G.Tinjauan Tentang Kreativitas Siswa
Siti Sumarni, (2005: 25) kreativitas merupakan tindakan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu
demi tujuan tertentu. Melihat secara pandangan psikologis, kreativitas merupakan usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok untuk melakukan sesuatu dengan kemampuan yang dimiliki sesuai kehendaknya.
Mc. Donald dalam Oemar Hamalik, (2003: 158) kreativitas merupakan kemampuan dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan. Penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa kreativitas merupakan sesuatu yang kompleks. Kreativitas menyebabkan
terjadinya suatu perubahan pada diri manusia, sehingga akan mempengaruhi persoalan baik secara aspek psikomotorik, perasaan dan emosi.
Jika melihat kreativitas dalam aspek pembelajaran, Wisnu Brata, (1983: 3) kreativitas di dalam belajar merupakan segala tindakan yang memberikan
perubahan dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. A.M. Sardiman (2005: 75) kreativitas belajar dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk melakukan sesuatu, sehingga jika tidak
mampu untuk melakukan, dapat memberikan atau memperlihatkan hasil yang kurang sesuai. Kreativitas sendiri memungkinkan kemampuan seseorang
31
Dari pendapat di atas, pengertian kreativitas merupakan kemampuan
seseorang dalam menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan pada suatu kegiatan agar, tujuan yang
dikehendaki oleh subjek dapat tercapai. Beberapa hal penting yang perlu diketahui tinjauan tentang kreativitas, antara lain:
1. Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Siswa
Di dalam kehidupan sehari-hari kreativitas banyak dipelajari, termasuk kreativitas saat belajar. Oleh karena itu kreativitas dapat timbul
tenggelam yang disebabkan banyak faktor yang mempengaruhinya.
Dimyati dan Mudjiono (1994: 89-92) tewrdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kreativitas saat belajar dan hal tersebut tergantung dari motivasi yang dimiliki dari setiap orang:
a. Cita-Cita Siswa
Cita-cita merupakan target yang ingin dicapai. Penentuan target setiap siswa berbeda-beda. Target tersebut diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi
seseorang.
b. Kemampuan Siswa
32 c. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang mempengaruhi kreativitas saat belajar berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis. Tetapi, pengajar
lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis.
d. Kondisi Lingkungan Siswa
Kondisi lingkungan merupakan unsur dari luar diri siswa, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Bagi pengajar, hal
tersebut sangat penting karena pengajar terlibat langsung dalam pembelajaran siswa. Pengajar harus berusaha mengelola kelas,
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar membangkitkan kreativitas siswa.
e. Unsur Dinamis Dalam Belajar Siswa
Unsur dinamis dalam belajar merupakan unsur yang keberadaannya tidak stabil, kadang kuat, kadang lemah dan bahkan hilang, terutama pada hal yang sifatnya kondisional. Hal yang sifatnya kondisional
misalnya, keadaan emosi siswa, gairah belajar, dan situasi belajar. f. Upaya Pengajar Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud, yaitu bagaimana pengajar mempersiapkan diri saat akan membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa, mengevaluasi belajar siswa,
33 2. Prinsip Kreativitas Siswa
Kreativitas siswa, mempunyai peranan strategis dalam aktivitas belajar. Tidak ada seorang yang belajar tanpa tidak melakukan suatu
tindakan. Tidak ada kreativitas berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan kreativitas lebih optimal, maka prinsip kreativitas siswa tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar.
Sardiman, (2000: 83) terdapat fungsi dari prinsip kreativitas belajar adalah sebagai berikut:
a. Kreativitas Siswa Sebagai Dasar Penggerak Aktivitas Belajar
Siswa melakukan aktivitas belajar karena memiliki tenaga
penggerak. Tenaga penggerak kreativitas berasal dari motivasi dasar yang mendorong siswa untuk belajar kreatif. Bila siswa telah termotivasi untuk belajar, maka siswa akan melakukan aktivitas belajar dalam
rentang waktu tertentu. Oleh karena itu, kreativitas telah terbentuk akan membuat proses belajar lebih mudah.
b. Dorongan Intrinsik Yang Membangun Kreativitas Siswa Dalam Belajar
Banyak pengajar memutuskan untuk memberikan gaya belajar yang monoton kepada siswa. Siswa yang malas belajar sangat berpotensi
untuk diberikan segala pengarahan oleh pengajar agar menjadi siswa yang rajin. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian sikap tersebut membuat siswa menjadi ketergantungan terhadap segala sesuatu di luar
34
c. Dorongan Mempengaruhi Kreativitas Siswa Dalam Belajar
Meskipun hukuman diberlakukan dalam memicu kreativitas siswa dalam belajar, masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap siswa
senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apa pun. Memuji siswa berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja siswa. Hal tersebut memberikan semangat kepada siswa untuk lebih meningkatkan
kreativitasnya. Tetapi, pujian yang diucap tersebut tidak asal diucap, harus sesuai pada tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan dalam
memberikan pujian bisa bermakna mengejek.
d. Kreativitas Siswa Berhubungan Erat Dengan Belajar
Dalam kehidupan, siswa membutuhkan penghargaan. Perhatian, ketenaran, status, dan martabat, merupakan kebutuhan bagi siswa. Semua dapat memberikan dorongan bagi siswa dalam belajar untuk mampu
menigkatkan kreativitasnya. Pengajar yang berpengalaman harus memanfaatkan kebutuhan siswa, sehingga dapat memancing kreativitas siswa agar menjadi anak yang gemar belajar.
e. Kreativitas Siswa Dapat Memupuk Optimisme Dalam Belajar
Siswa yang mempunyai kreativitas selalu yakin dapat
35
f. Kreativitas Siswa Melahirkan Prestasi Dalam Belajar
Berbagai penilitian selalu menyimpulkan bahwa kreativitas mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya kemampuan berfikir
selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar siswa. Siswa yang menyenangi mata pelajaran tertentu, dengan senang hati mempelajari mata pelajaran itu.
3. Strategi Kreativitas Siswa
Beberapa pemaparan tentang prinsip kreativitas siswa, terdapat aspek
penting untuk diketahui, yaitu strategi kreativitas siswa. Strategi kreativitas siswa, singkatnya merupakan cara bagaimana kreativitas yang telah muncul
memberikan dukungan kepada siswa saat belajar.
Catharina Tri Anni, (2006: 186-187) terdapat beberapa strategi kreativitas siswa antara lain sebagai berikut:
a. Membangkitkan Minat Belajar
Pembelajaran sesuai minat merupakan cara untuk menunjukkan bahwa, pengatahuan yang dipelajari sangat bermanfaat bagi siswa. Cara
lain yang dapat dilakukan adalah memberikan pilihan kepada siswa tentang materi yang dipelajari dan cara untuk mempelajarinya.
b. Mendorong Rasa Ingin Tahu
Pengajar yang terampil mampu menggunakan cara untuk membangkitkan dan memelihara rasa ingin tahu siswa di dalam kegiatan
36
yang dapat digunakan untuk membangkitkan kreativitas siswa dalam
belajar.
c. Menggunakan Variasi Metode
Penggunaan metode yang bervariasi dapat membuat materi yang diberikan menjadi lebih menarik. Selain itu, menerapkan metode yang bervariasi dapat merangsang kreativitas siswa untuk belajar.
d. Membantu Siswa Dalam Merumuskan Tujuan Belajar
Merumuskan tujuan merupakan hal mendasar dalam membangun
kreativitas siswa yang selalu belajar keras demi tercapainya tujuan. Apabila tujuan tersebut telah dirumuskan maka, kreativitas siswa akan
semakin berkembang dengan sendirinya secara terus menerus tanpa disadari.
4. Indikator Kreativitas Siswa
Munandar, (2004: 35) dalam upaya membantu siswa mewujudkan
kreativitas dalam belajar, perlu adanya latihan dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk
mengembangkan bakat. Tugas pengajar dan orangtua harus dapat menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif siswa serta menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan. Namun, hal
tersebut tidak cukup, di samping perhatian, dorongan dan pelatihan dari lingkungan, perlu ada motivasi intrinsik pada siswa. Minat siswa untuk
37 a. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
- Keterampilan berpikir lancar yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan, memberikan banyak
cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
- Keterampilan berpikir luwes yaitu menghasilkan gagasan, jawaban,
atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari banyak alternatif atau arah yang
berbeda, dan mampu mengubah cara pendekatan.
- Keterampilan berpikir orisinal yaitu mampu melahirkan ungkapan
yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, dan mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dari bagian atau unsur.
- Keterampilan memperinci yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan, menambahkan, dan memperinci detil dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih
menarik.
- Keterampilan menilai yaitu menentukan patokan penilaian sendiri dan
38 b. Indikator Kemampuan Berfikir Afektif
- Rasa ingin tahu yaitu selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, seperti: mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang,
objek, situasi, dan peka dalam pengamatan yang ingin diketahui. - Bersifat imajinatif yaitu mampu memperagakan atau membayangkan
hal yang belum pernah terjadi dan menggunakan khayalannya, tetapi
tetap mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan.
- Merasa tertantang oleh kemajemukan yaitu terdorong untuk mengatasi
masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi yang rumit, dan lebih tertarik pada tugas yang sulit.
- Sifat berani mengambil resiko yaitu berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, dan tidak ragu karena ketidakjelasan seperti sesuatu yang tidak
konvensional, atau kurang berstruktur.
- Sifat menghargai yaitu dapat menghargai bimbingan, pengarahan dalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat sendiri yang sedang
berkembang.
Pada dasarnya kreativitas siswa merupakan suatu usaha yang disadari
untuk menggerakkan, menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang dalam melakukan sesuatu untuk mencapai hasil dan tujuan. Kreativitas sendiri merupakan sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
39
Jadi kreativitas siswa merupakan penekanan ke proses yang dilakukan
individu untuk membuat suatu perubahan yang baru. Secara keseluruhan dan hasil yang didapatkan, biasanya dengan bertambahnya pengalaman
individu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Jadi, pada dasarnya kreativitas siswa merupakan sikap nyata pada siswa yang dilakukan untuk membuat sebuah perubahan saat belajar.
H.Tinjauan Tentang Mata Pelajaran IPS 1. Hakikat Mata Pelajaran IPS
Mata Pelajaran IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya.
Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, manusia dapat berkomunikasi dengan cepat di mana pun berada melalui handphone dan internet. Kemajuan iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang satu
dengan lainnya, antara negara dengan negara lainnya. Dengan demikian, arus informasi akan semakin cepat mengalirnya.
Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah diciri kan
oleh kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk
40 2. Tujuan Mata Pelajaran IPS
Berdasarkan falsafah negara, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
- Membentuk manusia pembangunan yang berpancasila, membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab,
dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa.
- Dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti
yang luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan dalam UUD 1945.
- Berkaitan dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian apa tujuan dari pendidikan IPS yang akan dicapai? Tentu, tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan tantangan kehidupan yang akan
dihadapi anak.
Berkaitaan dengan hal tersebut, tingkat SMP menyatakan, bahwa pengetahuan sosial bertujuan untuk:
- Mengajarkan konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
- Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial.
- Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai sosial dan
41
- Meningkatkan kemampuan bekerja sama dalam masyarakat yang
majemuk, baik secara nasional maupun global.
Nursid Sumaatmadja, (2006: 50) tujuan pendidikan IPS adalah untuk
membina siswa menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara. Oemar Hamalik, (1992: 40-41)
merumuskan tujuan pendidikan IPS yang berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu:
- Pengetahuan dan pemahaman. - Sikap hidup belajar.
- Nilai sosial dan sikap. - Keterampilan.
3. Hubungan Kreativitas Siswa Dengan Mata Pelajaran IPS
Preston dalam Oemar Hamalik, (1992: 42-44) terdapat hubungan
kreativitas siswa dengan mata pelajaran IPS terkait ciri pada anak:
- Anak merespon berbagai macam aspek dari dunia sekitarnya. Anak
secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadian dan benda yang ada disekitarnya. Anak memiliki minat yang luas dan tersebar di sekitar lingkungnnya.
- Anak adalah seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri hal yang ingin diketahui.
42
- Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal yang kecil atau terperinci
yang seringkali kurang penting/bermakna.
- Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam
pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat memahami orang di sekitarnya.
I. Tinjuan Tentang Karakter Siswa SMP
Dilihat dari tahapan perkembangan, siswa sekolah menengah pertama (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun).
Desmita, (2010: 36) ada beberapa karakteristik siswa sekolah menengah pertama (SMP), antara lain:
1. Terjadinya ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat badan. 2. Mulai timbulnya ciri seks sekunder.
3. Kecenderungan ambivalensi, keinginan untuk menyendir, keinginan untuk
bergaul, dan keinginan untuk bebas dari dominasi dengan bimbingan dari orang tua.
4. Senang membandingkan kaedah, nilai etika atau norma dengan kenyataan
yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
5. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan tuhan.
6. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
7. Mulai mengembangkan standart dan harapan terhadap perilaku diri yang sesuai dengan dunia sosial.
43
Syamsu Yusuf, (2004: 26-27) masa usia sekolah mengah bertepatan
dengan masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat khas dan peran yang menentukan dalam kehidupan
individu pada masyarakat orang dewasa. Pada masa tersebut dapat diperinci menjadi beberapa masa, yaitu sebagai berikut:
1. Masa Pra Remaja
Masa pra remaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa tersebut ditandai dengan sifat negatif pada remaja. Sehingga,
seringkali masa ini memberikan gejala seperti tidak tenang, dan kurang suka bekerja. Secara garis besar sifat negatif tersebut dapat diringkas, yaitu:
- Negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental. - Negatif dalam sikap sosial, baik bentuk diri pendiam dalam masyarakat
(negatif pasif) maupun baik bentuk diri agresif dalam masyarakat (negatif
aktif). 2. Remaja Madya
Pada masa remaja madya, mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan
untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, dan teman yang dapat turut merasakan suka dan duka. Pada