• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

C. Tinjauan Metode Pembelajaran

Syaiful Bahri Djamarah, (2000: 194) metode pembelajaran merupakan suatu cara bagaimana pengajar harus mampu membaca keadaan agar penggunaan metode pembelajaran dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Nana Sudjana, (2005: 76) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan pengajar dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran.

Benny A. Pribadi, (2009: 11) tujuan metode pembelajaran merupakan suatu usaha untuk membuat siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan, proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik dan sistemik.

Sudjana, (1989: 30) untuk mencapai tujuan yang diharapkan, metode pembelajaran mempunyai komponen yang diperlukan, yaitu materi yang akan disampaikan, alat dan bahan penilaian. Metode pembelajaran yang digunakan pengajar hampir tidak ada yang sia-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu singkat atau waktu lama.

13

Hal yang dapat terjadi jika pengajar menjalankan metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan kondisi yang tepat maka, jangan salahkan siapapun jika hasil yang didapatkan siswa jauh dari harapan. Dampak yang telah didapat, terkadang dapat dirasakan secara langsung (instructional effect) atau dapat dirasakan dalam waktu yang lama (nurturant effect).

Tinjauan tentang metode pembelajaran tidaklah terlalu rumit, dalam keilmuan teknologi pendidikan metode pembelajaran merupakan cara yang telah dirancang sebaik mungkin dan dilaksanakan dengan upaya dapat mempermudah pengajar memberikan materi yang diajarkan kepada siswa.

Adanya aturan formal dan prosedur saat menerapkan metode pembelajaran, dianggap mempersulit pengajar untuk berintraksi bebas dengan siswa yang diajar. Seharusnya, metode pembelajaran yang dilaksanakan dapat memunculkan interaksi dan rangsangan kreativitas yang baik antara pengajar dengan siswa. Jika hal tersebut dapat dipenuhi, maka seorang pengajar bisa menyalurkan segala materi yang diberikan kepada siswa. Cara terbaik yang dilakukan adalah menciptakan kesan baik kepada siswa, agar hubungan antara pengajar dan siswa terjalin dengan baik layaknya seorang teman.

Kemudian, terdapat hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pengajar tentang bagaimana cara pengajar membuat konsep belajar yang mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa, agar siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Depdiknas (2002: 5) terdapat tujuh komponen utama pembelajaran, yakni: konstruktivisme, bertanya, menemukan, komunitas

14

belajar, pemodelan, penilaian sebenarnya, pengumpulan data. Dari beberapa penjelasan tentang pendekatan kontekstual memiliki tujuan, antara lain:

1. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan sebuah landasan pengetahuan siswa yang dibangun secara bertahap dan hasil yang diperoleh melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan yang diperoleh tidak hanya sebuah fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil dan diingat, melainkan siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan tersebut dan barulah memberi makna melalui pengalaman yang nyata.

Dengan dasar berfikir tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif selama proses pembelajaran, sehingga siswa menjadi pusat kegiatan. Untuk itu, tugas pengajar adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:

a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa. b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan

idenya sendiri.

c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.

d. Melupakan semua hal yang tidak bisa dilakukan dan fokus pada hal yang bisa dilakukan.

15 2. Menemukan

Menemukan merupakan bagian pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual, dimana siswa diajarkan untuk menemukan masalah sendiri dan menyelesaikan masalah itu sendiri. Karena pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki itulah yang akan membuat siswa bisa menemukan gaya belajarnya sendiri. Oleh sebab itu, proses pembelajaran yang dirancang pengajar harus berbentuk kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Secara prosedur, langkah pembelajaran dimulai dengan merumuskan masalah, mengamati, menganalisis, dan mengkomunikasikan.

3. Bertanya

Bertanya merupakan strategi utama dalam pendekatan kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan pengajar untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Hal yang seharusnya dilakukan pengajar sebelum memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang diberikan, sebaiknya pengajar tidak memaksakan kehendak jika menemukan siswa yang sedikit bicara, biarkan pengajar fokus bertanya pada siswa yang banyak bicara. Setelah dilakukan, barulah pengajar memberikan pertanyaan yang bertujuan untuk:

a. Menggali informasi yang dipahami siswa. b. Mengetahui tingkat pemahaman siswa.

16

d. Mengetahui sejauh mana keinginan siswa untuk mencari tahu hal yang diinginkan.

e. Mengetahui apa yang menjadi tujuan siswa pada kompetensi yang ingin dicapai.

4. Komunitas Belajar

Komunitas Belajar merupakan teknik yang menjalin sebuah hubungan pertemanan dengan saling bertukar pikiran agar semakin dalam pengetahuan yang diperoleh. Teknik pembelajaran ini diperolah dengan cara bekerjasama. Hasil belajar diperoleh melalui share antara teman, antara kelompok dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Kegiatan ini dapat terjadi bila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya dan tidak ada pihak yang menganggap paling tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang memiliki pengetahuan, pengalaman atau keterampilan. Dalam praktiknya, komunitas belajar dapat dilakukan dengan bermacam cara diantaranya: a. Pembentukan kelompok kecil.

b. Pembentukan kelompok besar. c. Mendatangkan ahli ke dalam kelas. d. Bekerja dengan kelas lain yang sederajat.

e. Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya dan bahkan bisa dilakukan dengan masyarakat.

17 5. Pemodelan

Pemodelan adalah pembelajaran yang dilakukan dengan menampilkan model yang bisa dilihat, dirasa dan bahkan bisa ditiru oleh siswa. Dalam praktiknya pengajar bukan merupakan satu-satunya model. Karena model yang disampaikan akan menjadi standar kompetensi yang akan dicapai, jika pengajar tidak mampu menjadi model, jangan sekali-kali memaksakan diri. Pengajar dapat mendatangkan model dari luar. Model tersebut bisa dari siswa yang dianggap mampu, atau membawa pakar ke dalam kelas. Bisa juga model yang digunakan berasal dari luar sekolah, atau pihak siswa dan pengajar yang pergi berkunjung dimana model yang ingin dipelajari itu berada.

6. Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang telah dilakukan di masa lalu. Refleksi adalah cara untuk mengingat kembali segala sesuatu yang telah dikerjakan sebelumnya. Refleksi sendiri merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Tujuan dari kegiatan refleksi ini adalah untuk melihat sejauh mana pengetahuan yang dibangun sebelumnya dapat terus diingat oleh siswa. Oleh karena itu, kegiatan refleksi harus dilakukan sebelum pengajar mengakhiri proses pembelajaran pada setiap pertemuannya.

7. Pengumpulan Data

Merupakan proses pengumpulan berbagai hal yang bisa memberikan gambaran. Kegiatan ini, merupakan salah satu cara dimana kemampuan bisa

18

dilihat dan dinilai melalui karya atau hasil kerjanya. Kegiatan yang dilakukan pengajar untuk mengetahui dan memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila dari hasil pengumpulan data ini diketahui siswa mengalami kesuliatan dalam menguasai kompetensi, maka pengajar harus segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan tinjauan tentang metode pembelajaran yang dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan pengajar untuk membantu siswa berinteraksi dan merangsang kreativitas saat proses belajar, agar siswa dapat menerima materi yang diberikan pengajar dengan baik dan bisa mencapai hasil yang diharapkan. D.Tinjauan Tentang Diskusi

Sebelum membahas tinjauan tentang diskusi, terlebih dahulu mengetahui epistimologi tentang kata diskusi itu sendiri. Diskusi berasal dari bahasa latin, yaitu discutio atau discutium yang bermakna bertukar pikiran. Namun, yang perlu dipahami adalah tidak semua kegiatan bertukar pikiran bisa disebut dengan diskusi. Lebih jelasnya diskusi merupakan kegiatan bertukar pikiran yang terarah, ada proses berjalannya dan ada hasil yang dicapai. Diskusi dilakukan bertujuan untuk memperoleh kesepakatan dan keputusan bersama tentang suatu masalah. Unsur terpenting dalam diskusi adalah adanya forum tanya jawab.

19

Muhibbin Syah, (2000: 15) diskusi merupakan metode mengajar yang erat hubungannya dengan pemecahan suatu masalah. Metode ini juga lazim disebut sebagai diskusi kelompok dan resitasi bersama.

Diskusi dalam pelaksanaan memiliki dua macam bentuk, yaitu diskusi kelompok kecil dimana hanya melibatkan sedikit orang dalam pelaksanaan dan diskusi kelas dimana kegiatannya melibatkan semua siswa di dalam kelas, baik dipimpin langsung oleh pengajar atau dilaksanakan oleh beberapa pemimpin diskusi yang dipilih langsung oleh siswa dengan tujuan untuk memberikan sedikit dorongan kepada siswa, agar dapat berkomunikasi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan pengetahuan dan informasi yang telah dimiliki, serta mengajarkan bagaimana bersikap saling menghormati dan tenggang rasa terhadap keragaman pendapat dalam rangka mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.

Secara umum, pelaksanaan teknis diskusi dibagi menjadi dua jenis, yaitu diskusi formal dan diskusi non formal. Kedua jenis diskusi tersebut memiliki unsur seperti materi, pelaksana dan perlengkapan. Muhibbin Syah, (2000: 15) diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar maka, penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Mendorong siswa untuk berfikir kritis.

2. Mendorong siswa untuk mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

3. Mendorong siswa untuk menyumbangkan buah fikir dalam memecahkan masalah.

20

4. Mengambil beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang ada.

Sagala, (2003: 208) diskusi memiliki dasar penting, artinya diskusi itu tidak hanya sekedar dijalankan tapi juga harus memperhatikan faktor internal dari tiap anggota yang berdiskusi, dasar metode diskusi antara lain:

a. Dasar Metode Diskusi:

1. Harus dapat menciptakan suasana akrab antara anggota kelompok. 2. Perlu mengenal karakter, perilaku dan watak setiap individu agar dapat

menghindari hal yang tidak diinginkan.

3. Tidak mencari keuntungan pribadi atau golongan.

Tiga point yang telah disebutkan merupakan hal yang perlu diperhatikan saat melaksanakan kegiatan diskusi. setelah ketiga point di atas terpenuhi, maka tujuan diskusi bisa dilaksanakan. Moedjiono, (1993: 51) tujuan diskusi antara lain sebagai berikut:

b. Tujuan Diskusi:

1. Untuk mempertemukan dan menyatukan pendapat, pola fikir dan persepsi dari anggota kelompok.

2. Untuk melatih keberanian mengemukakan pendapat secara sistematis dan logis.

3. Belajar menerima dan menghargai pendapat orang lain.

4. Untuk mengajarkan bagaimana harus bersikap dan berperilaku serta membentuk watak menjadi pribadi yang matang.

21

Dari tinjuan di atas, diskusi merupakan salah satu bentuk kegiatan wicara yang dilakukan oleh satu orang atau lebih. Dengan berdiskusi dapat memperluas pengetahuan serta memperoleh banyak pengalaman. Diskusi memiliki tujuan untuk melakukan pertukaran fikiran, gagasan, pendapat antara dua orang atau lebih secara lisan yang berujung pada kesepakatan gagasan atau pendapat. Diskusi yang melibatkan banyak orang disebut diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok dibutuhkan seorang pemimpin yang disebut ketua diskusi. Tugas ketua diskusi adalah membuka dan menutup diskusi, membangkitkan minat anggota untuk menyampaikan gagasan, menengahi anggota yang berdebat, serta mengemukakan kesimpulan hasil diskusi.

Jadi, metode diskusi merupakan kegiatan yang mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa yang mempunyai potensi banyak bicara bisa berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan yang terlalu keras dan tetap mengikuti etika yang disepakati bersama. Metode diskusi merupakan cara untuk memecahkan masalah yang mengambil kesepakatan melalui pendapat yang telah dipertimbangkan dalam diskusi kelompok. Dalam pembelajaran, metode diskusi memberikan peluang pada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran walaupun pengajar masih menjadi kendali utama.