• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

H. Tinjauan Tentang Mata Pelajaran IPS 1.Hakikat Mata Pelajaran IPS 1.Hakikat Mata Pelajaran IPS

I. Tinjuan Tentang Karakter Siswa SMP

Dilihat dari tahapan perkembangan, siswa sekolah menengah pertama (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun).

Desmita, (2010: 36) ada beberapa karakteristik siswa sekolah menengah pertama (SMP), antara lain:

1. Terjadinya ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat badan. 2. Mulai timbulnya ciri seks sekunder.

3. Kecenderungan ambivalensi, keinginan untuk menyendir, keinginan untuk bergaul, dan keinginan untuk bebas dari dominasi dengan bimbingan dari orang tua.

4. Senang membandingkan kaedah, nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

5. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan.

6. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

7. Mulai mengembangkan standart dan harapan terhadap perilaku diri yang sesuai dengan dunia sosial.

43

Syamsu Yusuf, (2004: 26-27) masa usia sekolah mengah bertepatan dengan masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat khas dan peran yang menentukan dalam kehidupan individu pada masyarakat orang dewasa. Pada masa tersebut dapat diperinci menjadi beberapa masa, yaitu sebagai berikut:

1. Masa Pra Remaja

Masa pra remaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa tersebut ditandai dengan sifat negatif pada remaja. Sehingga, seringkali masa ini memberikan gejala seperti tidak tenang, dan kurang suka bekerja. Secara garis besar sifat negatif tersebut dapat diringkas, yaitu: - Negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental. - Negatif dalam sikap sosial, baik bentuk diri pendiam dalam masyarakat

(negatif pasif) maupun baik bentuk diri agresif dalam masyarakat (negatif aktif).

2. Remaja Madya

Pada masa remaja madya, mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, dan teman yang dapat turut merasakan suka dan duka. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja. Sehingga, masa ini disebut masa merindu puja.

44

Proses terbentuknya pendirian, pandangan hidup, dan cita-cita dapat dipandang sebagai penemuan nilai kehidupan. Proses penemuan nilai kehidupan tersebut adalah:

- Pertama, karena tidak adanya pedoman, remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas dipuja walaupun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu. Bahkan, seringkali remaja hanya mengetahui bahwa remaja menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya.

- Kedua, objek pemujaan telah menjadi lebih jelas, yaitu pribadi yang dipandang mendukung nilai personifikasi.

- Ketiga, pada laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempuan pasif, mengagumi, dan memuja sesuatu dalam khayalannya. 3. Remaja Akhir

Setelah dapat menentukan pendirian hidup, sebagai dasar telah tercapainya masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas perkembangan masa remaja, masuklah individu dalam masa dewasa.

Siswa sekolah menengah pertama memiliki usia yang merupakan masa peralihan dari anak ke remaja. Perilaku yang disebabkan oleh masa peralihan, menimbulkan berbagai keadaan dimana siswa labil dalam pengendalian emosi. Keingintahuan pada hal baru yang belum pernah ditemui sebelumnya mengakibatkan muncul perilaku yang mulai menunjukkan karakter diri.

45 J. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

Dalam keilmuan teknologi pendidikan, terdapat tiga aspek yang dilihat dalam menilai hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Beberapa ahli berpendapat bahwa, hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemerosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam informasi, sedangkan keluaran merupakan perbuatan atau kinerja (performance). Dengan perbuatan yang telah dilakukan, hal tersebut merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi. Hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan ketrampilan. 1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan diskripsi tentang hal yang diharapkan seperti perilaku yang diinginkan, diskripsi perubahan perilaku yang diinginkan dan deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi.

Gagne dan Briggs dalam Nashar (2009: 18-20), mengklasifikasikan hasil belajar menjadi lima, yaitu:

a. Keterampilan Intelektual

Keterampilan intelek merupakan kemampuan yang membuat individu kompeten. Kemampuan ini, berhubungan dengan kemahiran berbahasa seperti menyusun kalimat sampai pada kemahiran tingkat tinggi, seperti teknologi rekayasa dan kegiatan ilmiah.

b. Strategi Kognitif

Strategi kognitif merupakan kemampuan yang mengatur perilaku belajar, mengingat dan berfikir. Contoh strategi kognitif adalah

46

kemampuan mengendalikan perilaku ketika membaca keadaan pada suatu masalah untuk memperoleh inti masalah. Kemampuan yang berada di dalam strategi kognitif, digunakan oleh pembelajar dalam memecahkan masalah.

c. Informasi Verbal

Informasi verbal merupakan kemampuan yang diperoleh pembelajar dalam bentuk informasi. Pembelajar telah memiliki memori yang umumnya digunakan dalam bentuk informasi, seperti nama bulan, hari, minggu, bilangan, huruf, 25 kota, dan negara. Informasi verbal yang dipelajari diharapkan dapat diingat kembali setelah pembelajar menyelesaikan kegiatan belajar.

d. Keterampilan Motorik

Keterampilan motorik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kelenturan syaraf atau otot. Pembelajar naik sepeda, menyetir mobil, menulis halus, merupakan beberapa contoh yang menunjukkan keterampilan motorik. Dalam kenyataannya, pendidikan di sekolah lebih banyak menekankan pada fungsi intelektual dan sering kali mengabaikan keterampilan motorik, kecuali untuk sekolah teknik.

e. Sikap

Sikap merupakan cara dari seseorang dalam menentukan atau memilih sesuatu. Setiap pembelajar memiliki sikap terhadap benda dan orang yang berada disituasi sekitarnya. Efek sikap ini dapat diamati dari

47

reaksi pembelajar terhadap benda, orang, ataupun situasi yang sedang dihadapi.

Jika melihat segala tinjuan yang telah dilakukan, salah satu anggapan tercapai atau tidaknya proses pembelajaran yaitu dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Meskipun peneliti mengangap hasil belajar yang didapatkan seorang siswa hanyalah mitos, karena kecerdasan manusia sebenarnya berbeda-beda dan tidak bisa diukur. kebanyakan orang memandang hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi.

2. Pengukuran Dan Evaluasi Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono, (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh pengajar mata pelajaran.

Namun, perlu diketahui untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran sebenarnya sangatlah sulit, karena setiap nilai yang diambil pada dasarnya masih sangat jauh dari kepastian apakah hasil yang didapatkan siswa adalah hasil sebenarnya.

Djamarah, (2006: 107) terdapat beberapa taraf atau tingkatan dalam mengukur keberhasilan, ialah sebagai berikut:

a. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.

48

b. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat dikuasai 76%-99%.

c. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60%-75%. d. Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%.

Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Hasil belajar sering digunakan dalam arti yang sangat luas, yakni untuk aturan yang dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, dan tes akhir. Hasil belajar memiliki ciri sebagai berikut:

a. Hasil belajar tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.

b. Hasil belajar merupakan pengetahuan asli atau otentik.

Pengetahuan pada hasil belajar bagi siswa seolah merupakan bagian kepribadian bagi setiap siswa. Sehingga, dapat mempengaruhi pandangan dan cara mendekati suatu permasalahan. Artinya, pengetahuan tersebut dihayati dan penuh makna bagi dirinya. Salah satu kegiatan pengukuran, baik yang berfungsi formatif maupun sumatif adalah tahap pengumpulan informasi melalui pengukuran.

Penilaian atau evaluasi, pada dasarnya memberikan pertimbangan, harga, nilai berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman

49

belajar. Fungsi dari penyelesaian hasil belajar dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dalam hal ini adalah tujuan instruksional khusus. Dengan fungsi tersebut dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang harus dikuasai oleh para siswa.

b. Untuk mengetahui keefektivan proses belajar mengajar yang telah dilakukan oleh pengajar. Dengan fungsi tersebut pengajar dapat mengetahui berhasil tidaknya pembelajaran.

Dengan demikian, fungsi penilaian dalam proses belajar mengajar bermanfaat ganda bagi siswa dan bagi pengajar. Penilaian hasil belajar dapat dilaksanakan dua tahap. Pertama, tahap jangka pendek, yakni penilaian yang dilaksanakan pengajar pada akhir proses belajar mengajar. Penilaian ini disebut penilaian formatif. Kedua, tahap jangka panjang, yakni penilaian yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh periode tertentu, misalnya penilaian tengah semester atau penilaian pada akhir semester. Penilaian ini disebut penilaian sumatif.