• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIRARKI TINGKAT DUA : PROGRAM PENILAIAN PRESTASI KERJA DALAM PENGEMBANGAN KARYAWAN BAGI LEVEL WORKER

STRATEGI PENILAIAN PRESTASI KERJA DALAM PENGEMBANGAN KARYAWANBAGI LEVEL SUPERVISOR DAN MANAGER

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. HIRARKI TINGKAT DUA : PROGRAM PENILAIAN PRESTASI KERJA DALAM PENGEMBANGAN KARYAWAN BAGI LEVEL WORKER

(LEVEL I-II))

Bobot dan prioritas faktor yang berpengaruh pada program penilaian prestasi kerja bagi level worker dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Bobot dan prioritas faktor dalam program penilaian bagi level worker (level I-II)

No Faktor bobot Prioritas

1 Hasil pekerjaan 0.469 1

2 Loyalitas 0.09 4

3 Disiplin kerja 0.317 2

4 Kerja sama dan komunikasi dengan atasan 0.123 3

Berdasarkan perhitungan, hasil pekerjaan pada penilaian level worker menempati prioritas pertama, hal ini dikarenakan pada level worker lebih banyak mengerjakan kegiatan yang berhubungan dengan operasional dalam menghasilkan produk cangkang kapsul, sehingga perusahaan lebih menekankan penilaian kepada hasil pekerjaan dibandingkan faktor lainnya. Penilaian terhadap hasil pekerjaan bagi level worker juga dapat dijadikan indikator perusahaan untuk

melihat apakah produk cangkang kapsul yang dihasilkan sudah sesuai standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Hasil pekerjaan disini terdiri kualitas dan kuantitas atau jumlah hasil kerja yang telah dilakukan seperti mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target. Hasil pekerjaan pada level worker ini lebih ditekankan kepada kekonsistenan dalam menyelesaikan pekerjaan untuk memuaskan pelanggan terhadap kualitas produk yang dihasilkan.

Faktor yang menempati prioritas kedua untuk penilaian bagi level worker adalah disiplin kerja. Faktor juga ini sangat penting untuk diperhatikan, karena pada level worker lebih banyak menjalankan fungsi-fungsi operasional dalam pekerjaanya yaitu untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan kualitas standar yang ditetapkan perusahaan. Apabila disiplin kerja karyawannya rendah maka akan mempengaruhi jalanya proses produksi, dan nantinya akan berdampak pada produk yang dihasilkan.

Kerja sama dan komunikasi dengan atasan menempati prioritas ketiga untuk penilaian bagi level worker. Faktor ini juga penting karena karyawan level worker dalam bekerja sering berinteraksi dengan atasannya, untuk itu diperlukan komunikasi yang baik dengan atasan untuk mengetahui dan mengerjakan tugas- tugas yang harus diselesaikan Kerja sama dan komunikasi antara karyawan dengan atasannya sangat diperlukan dalam menghadapi permasalahan yang terjadi di lapangan, sehingga dengan begitu diharapkan dapat menghasilkan solusi yang terbaik untuk mengatsi permasalahan tersebut.

Faktor yang menjadi prioritas keempat untuk penilaian bagi level worker adalah loyalitas. Loyalitas yang dimaksud disini adalah sikap karyawan terhadap perusahaan. Dalam hal ini ditunjukan pada kesediannya untuk bekerja lembur jika diperlukan perusahaan dan dapat menempatkan kepentingan perusahaan diatas kepentingan pribadi. Tingkat loyalitas yang tinggi dari karyawan terhadap level ini, menunjukan bahwa kondisi yang tercipta di dalam lingkungan perusahaan sudah baik.

Penentuan Bobot dan prioritas aktor yang berperan dalam program penilaian bagi level worker dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Bobot dan prioritas aktor dalam program penilaian bagi level worker (level I-II)

No Aktor bobot Prioritas

1 Group leader sebagai penilai 1 0.485165 1

2 Supervisor sebagai penilai 2 0.263489 2

3 Departemen personalia 0.155919 3

4 Karyawan yang bersangkutan 0.094304 4

Aktor yang menempati prioritas pertama dalam penilaian prestasi kerja bagi level worker adalah Group leader. Group leader menjadi aktor penting karena merupakan atasan langsung, serta sering berinteraksi dan bekerja sama dengan karyawan dalam menyelesaikan permasalahan pekerjaan yang terjadi dilapangan. Sesuai dengan prinsip dalam melaksanakan penilaian prestasi kerja, bahwa penilai merupakan atasan langsung dari karyawan, maka dalam hal ini posisi group leader menjadi prioritas pertama yang dapat memberikan penilaian terhadap karyawan level worker, dan membantu untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh karyawan pada level ini.

Aktor yang menempati prioritas kedua dalam penilaian prestasi kerja bagi level worker adalah supervisor sebagai penilai kedua. Dalam penilaian prestasi kerja, supervisor berhak memberikan penilain kepada bawahannya, sehingga aktor ini juga mempunyai peranan dalam memberikan penilaian kepada level worker. Supervisor bertugas mengawasi beberapa karyawan di bawahnya, sehingga perhatian supervisor tidak terlalu penuh untuk level worker, selain itu dengan turut sertanya supervisor dalam memberikan penilaian, maka dapat dijadikan perbandingan apabila penilaian yang dilakukan oleh atasan langsung dalam hal ini group leader, tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan menghindari penilaian yang bersifat subyektif.

Aktor yang menempati prioritas ketiga dalam penilaian prestasi kerja bagi level worker adalah departemen personalia. Aktor ini tidak berhubungan langsung dengan pelaksanaan penilaian karyawan, akan tetapi departemen personalia juga mempunyai hak dalam memberikan penilaian terutama dalam hal kebijakan yang diterapkan diperusahaan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Selain itu departemen personalia juga bertugas untuk menjamin keseragaman mengenai kriteria penilaian yang dilakukan sesuai dengan uraian jabatan pada masing- masing departemen dan memeriksa hasil-hasil penilaian yang telah dilakukan oleh

atasan masing-masing karyawan, kemudian informasi-informasi hasil penilaian dibuat suatu dokumen yang rapih, sehingga nantinya dapat dipergunakan untuk keputusan-keputusan personalia (pemberian bonus, kenaikan gaji ataupun pengembangan karir).

Karyawan yang bersangkutan menempati prioritas keempat dalam penilaian prestasi kerja pada level ini. Karyawan merupakan pelaksana dari sistem penilaian sehingga kita juga harus memperhatikan kepentingan karyawan terhadap pelakasanan penilaian. Pelaksanaan program penilaian prestasi kerja yang dilakukan akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Apabila penilaian prestasi kerja sudah berjalan dengan baik, maka karyawan akan memperoleh manfaat dari hasil penilaian tersebut.

Penentuan bobot dan prioritas untuk tujuan yang ingin dicapai bagi level worker dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Bobot dan prioritas aktor dalam program penilaian bagi level worker (level I-II)

No Tujuan bobot Prioritas

1 Perbaikan dan peningkatan motivasi kerja 0.490255 1

2 Pelaksanaan sistem penilaian yang objektif 0.176379 3

3 Mengetahui kekuatan dan kelemahan karyawan 0.153284 4

4 Membina hubungan yang harmonis dengan atasan 0.179613 2

Tujuan yang menempati prioritas pertama dalam penilaian prestasi kerja level worker adalah perbaikan dan peningkatan motivasi kerja, hal ini dikarenakan untuk meningkatkan produktivitas karyawan dalam menghasilkan produk cangkang kapsul yang berkualitas diperlukan motivasi kerja yang tinggi pada karyawan level worker. Peningkatan motivasi kerja pada level ini dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Setiap individu dalam perusahaan berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda maka akan sangat penting bagi perusahaan untuk melihat apa kebutuhan dan harapan karyawan, sehingga dapat membuat para karyawannya merasa termotivasi secara internal. Dengan adanya motivasi kerja dari karyawan maka dapat meningkatkan produktivitas terhadap produk yang dihasilkan.

Membina hubungan yang harmonis dengan atasan menempati prioritas kedua untuk tujuan yang ingin dicapai pada level ini. Hubungan yang harmonis pada karyawan level worker dengan atasannya perlu dikembangkan, hal ini dikarenakan karyawan sering berinteraksi dengan atasannya dalam melakukan pekerjaan. Dengan adanya hubungan yang harmonis, dapat memberikan kondisi kerja yang kondusif dan juga dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja karyawan untuk lebih berprestasi.

Tujuan yang menempati prioritas ketiga dalam penilaian prestasi kerja level worker adalah pelaksanaan sistem penilaian yang objektif. Sistem penilaian yang objektif mempunyai pengaruh yang besar untuk kepentingan karyawan. Apabila perusahaan menjalankan penilaian secara objektif dan adil sesuai dengan aturan yang telah disepakati, maka nantinya akan memberikan kepuasan kepada karyawan dan dapat berdampak pada timbulnya motivasi dalam bekerja, karena karyawan merasa pekerjaannya sudah dihargai oleh atasannya.

Tujuan yang menempati prioritas keempat dalam penilaian prestasi kerja level worker adalah mengetahui kekuatan dan kelemahan karyawan. Mengetahui kekuatan dan kelemahan karyawan sangat penting dalam rangka memberikan umpan balik kepada karyawan level worker karena pada level ini umumnya pengetahuan dan kemampuan kerja karyawan sangat beragam. Hasil penilaian tersebut nantinya dapat menjadi masukan bagi karyawan untuk memperbaiki kelemahan yang dimiliki, sedangkan untuk kekuatan yang dimiliki dapat ditingkatkan dan menempatkan karyawan pada posisi yang sesuai dengan keahliannya sehingga dapat memberikan manfaat bagi kemajuan perusahaan.

Penentuan bobot dan prioritas untuk memilih metode yang digunakan pada program penilaian level worker dapat dilihat pada Table 12.

Tabel 12. Bobot dan prioritas metode dalam program penilaian bagi level worker (level I-II)

No Metode bobot Prioritas

1 Penilaian perfoma prestasi kerja untuk sistem

penggajian atau bonus 0.655687 1

2 Penilaian perfoma prestasi kerja untuk kenaikan

pangkat atau jabatan 0.343845 2

Metode yang menjadi prioritas pertama pada penilaian prestasi level worker adalah penilaian perfoma prestasi kerja untuk sistem penggajian atau

bonus. Metode ini menjadi lebih penting karena karyawan level worker lebih cenderung untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dasar manusia seperti pemenuhan terhadap sandang, pangan dan papan, sehingga peningkatan gaji dan pemberian bonus menjadi metode yang harus mendapatkan perhatian besar, sehingga tujuan utama yang ingin dicapai pada karyawan level worker berupa perbaikan dan peningkatan motivasi kerja untuk meningkatkan produktifitas karyawan dapat tercapai dengan penggunaan metode ini. Karyawan yang memiliki prestasi baik berhak mendapatkan bonus atau kenaikan gaji yang besarnya disesuaikan dengan prestasi dan hasil kerja yang dicapai karyawan.

Proiritas kedua dalam pelaksanaan program ini adalah penilaian perfoma prestasi kerja untuk kenaikan pangkat atau jabatan. Setelah karyawan merasa kebutuhan dasar hidupnya sudah baik, maka karyawan juga menginginkan peningkatan karir dalam bekerja. Dalam penilaian prestasi kerja hal tersebut juga perlu diperhatikan, artinya penilaian prestasi kerja juga dapat memberikan masukan bagi karyawan yang berprestasi baik dan mampu untuk menempati posisi yang lebih tinggi, untuk diberikan promosi jabatan disamping kenaikan gaji atau bonus.

3. HIRARKI TINGKAT DUA : PROGRAM PENILAIAN PRESTASI KERJA