• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Alokasi Anggaran Terhadap Kualitas Lingkungan Hidup Perkotaan

II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Hubungan Alokasi Anggaran Terhadap Kualitas Lingkungan Hidup Perkotaan

Kualitas lingkungan hidup suatu kota akan berbanding lurus terhadap upaya ataupun intensitas kegiatan yang mendukung kelestarian lingkungan hidup kota tersebut, sehingga melalui pendekatan pola pikir yang sederhana dipahami bahwa pada keadaan ideal dengan meningkatkan jumlah anggaran pada kegiatan pengelolaan lingkungan hidup, keluaran maupun hasil pencapaian dari program dan kegiatan tersebut juga akan meningkat. Bentuk hubungan positif tersebut tentu secara umum dapat langsung dapat dimengerti dan diterima oleh berbagai pihak. Namun bila dilihat pada sisi lain, nilai dari pengaruh tersebut perlu dikuantitatifkan guna melihat dan membandingkan besarnya tingkat pengaruh suatu komponen input terhadap output yang diharapkan. Besar alokasi anggaran lingkungan hidup atau secara lebih spesifik pada kegiatan pengelolaan kebersihan dan pengelolaan ruang terbuka hijau masing - masing dapat dianalogikan sebagai representasi jumlah ukuran luas daerah pelayanan maupun tingkat kualitas sarana dan prasarana pengelolaan sampah dan ruang terbuka hijau yang dapat disediakan. Oleh sebab itu peambahan alokasi anggaran untuk kegiatan - kegiatan tersebut berimplikasi pada semakin luasnya daerah yang dapat terlayani serta semakin baik sarana dan prasarana yang tersedia (Kementerian Lingkungan Hidup 2008).

Bentuk investasi pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup yang diwujudkan dalam bentuk pengalokasian anggaran bagi kegiatan terkait yang memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup suatu kawasan. Dalam kegiatan monitoring kualitas lingkungan yang dilakukan di negara Mongolia pada tahun 2004 disampaikan bahwa alokasi anggaran baik untuk kebutuhan operasional maupun dalam bentuk investasi berupa penyediaan fasilitas pendukung memiliki peran vital dalam menentukan tingkat pengelolaan lingkungan hidup terutama dalam aspek pengelolaan limbah padat atau persampahan. Meski belum didukung oleh informasi pengalokasian anggaran pengelolaan lingkungan secara detail, rendahnya tingkat pengelolaan limbah padat pada rentang waktu tertentu merupakan implikasi langsung dari minimnya alokasi anggaran pengelolaan sampah pada waktu yang bersamaan. Buruknya pengelolaan limbah padat pada waktu tersebut banyak terjadi pada tahapan distribusi sampah dari sumber maupun pada akhir pengelolaan sampah. Tercatat pada tahun 1996 hingga 2000 pada tingkat pemerintah lokal maupun pusat di negara Mongolia belum dialokasikan anggaran yang mendukung kegiatan pengelolaan limbah padat hasil kegiatan domestik masyarakat (World Bank 2004).

Rendahnya kualitas lingkungan hidup perkotaan terlihat dari tingkat kebersihan dan keteduhan merupakan masalah yang umum dijumpai pada kota - kota di Indonesia, tidak terkecuali untuk wilayah Kalimantan. Hal ini terjadi

karena pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten / kota pada umumnya belum optimal. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu upaya khusus disamping program pemantauan tingkat pengelolaan lingkungan hidup perkotaan yang terintegrasi dalam bentuk program pengawasan kualitas lingkungan hidup kota, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan informasi maupun panduan bagi pemerintah kabupaten / kota dalam hal pengelolaan lingkungan hidup kota yang baik. Salah satu hal yang dapat menjadi jalan keluar ataupun solusi bagi keadaan ini adalah dengan melakukan pengalokasian APBD secara optimal untuk kegiatan - kegiatan berikut : (1) Pengelolaan kebersihan atau sampah, (2) Pengelolaan ruang terbuka hijau, dan (3) Manajemen lingkungan hidup. Dalam upaya optimalisasi anggaran bagi kegiatan - kegiatan di atas terlebih dahulu perlu diketahui keterkaitan alokasi APBD kegiatan - kegiatan tersebut terhadap hasil pengelolaan lingkungan hidup kota melalui pendekatan statistik. Melalui konsep pikir yang logis peningkatan anggaran pada kegiatan - kegiatan tersebut dapat mendorong peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan. Secara kuantitatif besarnya pengaruh kegiatan - kegiatan tersebut dapat diketahui melalui metode analisis yang sesuai (Kementerian Lingkungan Hidup 2008).

Kao et al. (2009) dalam penelitiannya menunjukkan hubungan alokasi anggaran terhadap salah satu indikator kuliatas lingkungan yakni kualitas air dalam lingkup kawasan. Studi tersebut dilakukan pada kota Hsinchu di Taiwan yang dilalui oleh tiga sungai utama yaitu Sungai Touchien, Sungai Keya and Sungai Yenkang. Upaya untuk menjaga keberlanjutan kualitas air kota Hsinchu tersebut didasari atas sistem yang dikenal dengan nama Regional Water Environmental Sustainability (RWES). Sistem RWES sendiri melingkupi indikator - indikator visi, tujuan, dan besaran alokasi anggaran dalam program - program terkait upaya pelestarian kualitas air kota. Tujuan pelaksanaan studi tersebut adalah untuk melihat besar pengaruh alokasi anggaran pada sistem manajemen pengelolaan air kota dalam menjaga kelestarian air tanah maupun lingkungan daerah sumber air bagi kota. Hasil dari studi tersebut kedepan oleh pemerintah daerah setempat digunakan untuk kebutuhan dalam evaluasi pemanfaatan anggaran, perencanaan alokasi anggaran serta penentuan prioritas program - program yang akan dilakukan.

Hasil studi menunjukkan hubungan positif antara pengalokasian anggaran terhadap pencapaian indikator kualitas air tertentu. Hasil studi tersebut juga membantu dalam pengembangan metode analisis kualitas air kawasan berbasis alokasi anggaran. Metode ini penting dalam penentuan indikator - indikator utama maupun dalam proses efisiensi pengalokasian anggaran yang tergambar dari kecenderungan tingkat pencapaian indikator kualitas air terhadap besaran alokasi anggaran itu sendiri (Kao et al. 2009).

Konsep yang serupa juga dilakukan di Luksemburg untuk menghubungkan indikator lingkungan dengan pengeluaran anggaran bidang perlindungan kawasan. Indikator - indikator yang terintegrasi ke dalam sistem anggaran alokasi keuangan yang ada digunakan dalam menganalisis penerapan alokasi anggaran untuk tiap indikator lingkungan, dan konsistensi dari alokasi anggaran dalam memenuhi visi dan tujuan. Sistem yang dibuat bertujuan memfasilitasi proses pengambilan keputusan dan evaluasi untuk alokasi anggaran secara efektif untuk jangka pendek dan visi pencapaian kelestarian lingkungan jangka panjang (Eurostat 2002).

Dalam melakukan analisis hubungan alokasi anggaran dengan indikator kualitas lingkungan, banyak organisasi dan negara - negara di seluruh dunia telah membentuk berbagai sistem analisis indikator. Namun sistem analisis indikator tersebut sebagian besar dikembangkan secara spesifik untuk negara atau tempat indikator tersebut dibuat. Kondisi ini menyebabkan indikator yang sama tidak sepenuhnya cocok digunakan bagi negara atau daerah lain. Penentuan kualitas lingkungan maupun faktor - faktor yang menentukan keberlanjutan lingkungan untuk suatu negara berbeda dengan negara atau daerah lain. Oleh karena itu, pemerintah atau lembaga yang bertanggung jawab atas hal ini perlu menetapkan sistem analisis indikator yang sesuai dengan karakteristik spesifik daerah setempat (Best et al. 1998).