• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara LRA, LAK dan Neraca pada LKPD Tahun Anggaran 2007

HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

4) Hubungan antara LRA, LAK dan Neraca pada LKPD Tahun Anggaran 2007

Untuk menguji kebenaran hubungan antara LRA T.A. 2007, LAK untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007 dan Neraca per 31 Desember 2007 maka dilakukan pengujian atas SILPA dengan Saldo Kas pada LAK dan Neraca. Untuk pengujian SILPA tahun lalu dan Saldo awal kas pada maka dilakukan penelusuran atas dokumen keuangan terdahulu.

Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPD TA 2006 No. 03.2/Pwk.BPK RI di Dps/07/2007 dengan hasil Opini Disclaimer/ Tidak Menyatakan Pendapat diketahui pada LRA, LAK dan Neraca TA 2006 disajikan sebagai berikut:

Perbedaan SILPA tahun berkenaan dengan SILPA pada Neraca adalah angka Deposito sebesar Rp2.350.000.000,00 yang di LRA tidak dimasukkan. Angka yang disajikan pada LHP BPK tersebut diuji dengan Perda Kota Bima No 8/2007 tgl 26 September 2007 tentang Perhitungan APBD TA 2006, yang menyajikan sebagai berikut:

Perda tersebut tidak menetapkan sesuai dengan LHP BPK, dengan menetapkan EDL SILPA pada Neraca per 31 Desember 2006 sebesar Rp27.151.235.390,37 yang diperoleh dari Rp24.822.647.685,37 dikurangi pembayaran PFK Rp21.412.295,00. Lebih lanjut pada SK Walikota Bima No 198/2007 tgl 27 September 2007 tentang Penjabaran Perhitungan APBD TA 2006 hanya menyajikan LRA saja dengan hasil sama dengan Perda No 8/ 2007. Lebih lanjut pada LKPD TA 2007 yang diserahkan kepada BPK dapat dilihat sebagai berikut:

LRA 2006 LAK 2006 NERACA 2006

SILPA lalu 13.308.244.961,37 Saldo Awal 13.329.657.256,37 Saldo Awal 13.329.657.256,37 SILPA Kini 24.822.647.685,37 Saldo Akhir 24.822.647.685,37 Saldo Akhir 24.822.647.685,37 Kenaikan 11.514.402.724,00 Kenaikan 11.492.990.429,00 Kenaikan 11.492.990.429,00 EDL SILPA 27.172.647.685,37

LRA 2006 LAK 2006 NERACA 2006

SILPA lalu 13.308.244.961,37 Saldo Awal 13.329.657.256,37 Saldo Awal 13.329.657.256,37 SILPA Kini 24.822.647.685,37 Saldo Akhir 24.822.647.685,37 Saldo Akhir 24.822.647.685,37 Kenaikan 11.514.402.724,00 Kenaikan 11.492.990.429,00 Kenaikan 11.492.990.429,00 EDL SILPA 27.151.235.390,37

LRA 2007 LAK 2007 NERACA 2007

Saldo awal Saldo awal Saldo awal dari Neraca th lalu

SiLPA lalu 27.172.647.685,37 1 Kas di Bank 6.745.982.420,60 1 Kas di Bank 6.745.982.420,60 2 Kas di BUD 767.516.924,77 2 Kas di BUD 767.516.924,77 3 Kas di Luar BUD 16.558.813.607,00 3 Kas di Luar BUD 16.558.813.607,00 A=1+2+3 24.072.312.952,37 A=1+2+3 24.072.312.952,37 4 Kas di BP 750.334.733,00 4 Kas di BP 750.334.733,00 5 Deposito 2.350.000.000,00 5 Deposito 2.350.000.000,00 B=A+4+5 27.172.647.685,37 B=A+4+5 27.172.647.685,37

EDL SILPA 27.172.647.685,37

Saldo akhir Saldo akhir Saldo akhir

SILPA kini 69.379.406.311,43 1 Kas di Bank 29.985.133.149,33 1 Kas di Bank 29.985.133.149,33 2 Kas di BUD 2.528.289.972,00 2 Kas di BUD 2.528.289.972,00 3 Kas di Luar BUD 3.055.000.000,00 3 Kas di Luar BUD 3.055.000.000,00 C=1+2+3 35.568.423.121,33 C=1+2+3 35.568.423.121,33 4 Kas di BP 628.941.141,00 4 Kas di BP 628.941.141,00

Angka SILPA tahun 2006 yang ditetapkan pada LRA TA 2007 adalah angka dari SILPA yang disajikan pada Neraca per 31 Desember 2006 sesuai LHP BPK berbeda dengan Perda tentang Perhitungan. Hal ini berarti Pemerintah Kota telah mengkoreksi SILPA pada LRA dan saldo awal Kas pada LAK dengan menambahkan saldo Deposito Rp2.350.000.000 tanpa melakukan penjelasan atas koreksi tersebut.

Kejanggalan pada LRA, LAK dan Neraca per 31 Desember 2007 terletak pada saldo akhir masing-masing Laporan. Pada LRA disajikan SILPA tahun berkenaan sebesar Rp69.379.406.311,43 sehingga dapat dihitung kenaikan SILPA sebesar Rp42.206.758.626,06. Saldo akhir Kas pada LAK dan Neraca disajikan sebesar Rp52.863.149.612,33, dengan saldo awal kas yang sama besar dengan SILPA awal sehingga dapat dihitung kenaikan kas sebesar Rp25.690.501.926,96.SILPA pada LRA tidak dijelaskan lebih lanjut pada CALK LRA dan pejabat BPKD juga tidak dapat menjelaskan angka tersebut mengapa jauh lebih tinggi dibandingkan Saldo Akhir Kas di LAK dan di Neraca. Pejabat BPKD menjelaskan pada LAK terdapat koreksi atas pengeluaran Rp16.558.813.607,00 pada Aktivitas Non Anggaran namun tetap masih dapat mengkonfirmasi selisih tersebut. Hal ini diduga karena Aktivitas Non Anggaran pada LAK tahun 2007 yang tidak dapat diyakini kewajarannya.

Lebih lanjut EDL SILPA pada Neraca per 31 Desember 2007 juga disajikan sebesar Rp52.820.592.704,00 (yang diperoleh dari perhitungan SILPA LRA Rp69.379.406.311,43 dikurangi Rp16.558.813.607,00) berbeda dengan saldo Akhir Kas sebesar Rp52.863.149.612,33. Sehingga menghasilkan selisih antara EDL SILPA dengan total kas sebesar Rp42.562.908,33. Pejabat BPKD juga tidak dapat menjelaskan perbedaan tersebut.

Perbedaan atau selisih yang terjadi tersebut mengakibatkan Angka pada LRA, LAK dan Neraca yang telah dikoreksi oleh BPK juga menghasilkan perbedaan/ selisih antara angka SILPA dan Kas yang disajikan di LRA, LAK dan Neraca per 31 Desember 2007, seperti berikut:

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,

1) Lampiran II Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan bagian Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan yaitu ”Andal” pada alenia 35 yang menyatakan bahwa informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan

LRA 2007 LAK 2007 NERACA 2007

Saldo awal Saldo awal Saldo awal dari Neraca th lalu

SiLPA lalu 27.672.647.685,37 1 Kas di Bank 6.745.982.420,60 1 Kas di Bank 6.745.982.420,60 2 Kas di BUD 767.516.924,77 2 Kas di BUD 767.516.924,77 3 Kas di Luar BUD 16.558.813.607,00 3 Kas di Luar BUD 16.558.813.607,00 A=1+2+3 24.072.312.952,37 A=1+2+3 24.072.312.952,37 4 Kas di BP 750.334.733,00 4 Kas di BP 750.334.733,00 5 Deposito 2.850.000.000,00 5 Deposito 2.850.000.000,00 B=A+4+5 27.672.647.685,37 B=A+4+5 27.672.647.685,37

EDL SILPA 27.672.647.685,37

Saldo akhir Saldo akhir Saldo akhir

SILPA kini 66.298.189.570,43 1 Kas di Bank 1 Kas di Bank 30.128.844.225,43 2 Kas di BUD 2 Kas di BUD 2.528.289.972,00 3 Kas di Luar BUD 3 Kas di Luar BUD 19.613.813.607,00 C=1+2+3 - C=1+2+3 52.270.947.804,43 4 Kas di BP - 4 Kas di BP 15.407.570.822,00 5 Tampung DAK 5 Tampung DAK -6 Deposito 6 Deposito 2.850.000.000,00 D=C+4+5 66.340.746.478,43 D=C+4+5 70.528.518.626,43

EDL SILPA 70.527.622.160,00

maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:

a) Penyajian jujur: informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan;

b) Dapat diverifikasi (verifiability): informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh;

c) Netralitas: informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu;

2) PSAP 03

a) Paragraf 8 baris 15 menyebutkan “Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah” dan baris 17 menyebutkan “pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah” b) Paragraf 12 menyebutkan “Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan

laporan arus kas adalah unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan”

c) Paragraf 13 menyebutkan “unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendahara umum negara/daerah.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada :

1) Pasal 122 ayat (5) Jumlah Belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja,

2) Pasal 127 ayat (1) Semua Pendapatan daerah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah dan ayat (2) Setiap Pendapatan harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah 3) Pasal 132 ayat (1) Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan

bukti yang lengkap dan sah

4) Pasal 179 ayat (1) BUD bertanggungjawab terhadap pengelolaan penerimaan dan pengelolaan kas daerah

5) Pasal 183 Ayat (1) Pengelolaan kas non anggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah, ayat (8) Tata Cara Pengelolaan kas non anggaran diatur dalam peraturan kepala daerah

6) Pasal 189 ayat (6) Laporan Pertanggungjawaban penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan (5) dilampiri dengan buku kas umum, buku pembantu dan rekapitulasi penerimaan dan bukti penerimaan lainnya yang sah; ayat (7) PPKD selaku BUD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan Pertanggungjawaban Bendahara penerimaan; ayat (8) verifikasi, evaluasi dan analisis dilakukan dalam rangka rekonsiliasi penerimaan

7) Pasal 200 ayat (2) Dokumen SPP GU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain terdiri dari surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran atas penggunaan dana SPP UP/GU/TU sebelumnya

8) Pasal 205 ayat (3) Lampiran dokumen SPP LS, untuk pengadaan barang dan jasa antara lain mencakup huruf e berita acara penyelesaian pekerjaan, huruf f berita acara serah terima barang dan jasa, huruf k berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak

9) Pasal 216 ayat (1) Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna anggaran/kuasa PA agar pengeluaran yang diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan; ayat (5) Kelengkapan dokumen SPM LS untuk penerbitan SP2D antara lain mencakup huruf b bukti pengeluaran yang sah dan lengkap sesuai dengan kelengkapan persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

10) Pasal 219 ayat (1) Dokumen yang digunakan Kuasa BUD dalam menatausahakan SP2D mencakup register SP2D, register surat penolakan penerbitan SP2D, Buku Kas Penerimaan dan Pengeluaran

11) Pasal 220 ayat (1) Bendahara Pengeluran secara administratif wajib mempertanggungjawabkan penggunaan UP/GU/TU kepada Kepala SKPD melalui PPK SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya; ayat (4) Dalam mempertanggungjawabkan penggunaan UP/GU/TU dokumen laporan pertanggungjawaban yang disampaikan antara lain mencakup ringkasan perngeluaran per rincian obyek yang disertai dengan bukti pengeluaran yang sah, bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara

12) Pasal 232 ayat (1) Entitas pelaporan dan entitas akuntansi menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah ; ayat (3) Sistem akuntansi tersebut meliputi serangkaian prosedur mulai proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer

13) Pasal 233 ayat (1) Sistem akuntansi pemerintahan daerah sekurang-kurangnya meliputi prosedur akuntansi penerimaan kas, pengeluaran kas, aset tetap dan akuntansi selain kas 14) Pasal 234 ayat (1) Sistem akuntansi pemerintahan dilaksanakan oleh PPKD; ayat (2)

Sistem akuntansi SKPD dilaksanakan oleh PPK SKPD

15) Pasal 289 ayat (1) Kepala SKPKD menyusun dan melaporkan laporan arus kas secara periodik kepada Kepala Daerah

16) Pasal 313 ayat (1) Dalam rangka meningkatkan kinerja transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, kepala daerah mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan daerah yang dipimpinnya.

d. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengeloaan Keuangan Daerah: 1) Pasal 4 Ayat (2) Pengeloaan Keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang

terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah

2) Pasal 5 Ayat (1) Walikota selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan

3) Pasal 5 Ayat (2) Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala BPKD selaku PPKD dan kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah

4) Pasal 5 Ayat (4) Dalam pelaksanaan kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) sekretaris daerah bertindak selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah

5) Pasal 7 Ayat (1) PPKD mempunyai tugas antara lain huruf d melaksanakan fungsi BUD dan huruf e menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

6) Pasal 99 Ayat (1) PPKD menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya; Ayat (2) PPKD menyusun LKPD terdiri dari LRA, Neraca, LAK dan CALK

7) Pasal 133 Ayat (1) Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Walikota mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya; Ayat (2) Pengaturan dan penyelenggaraan SPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Peraturan Walikota Bima Nomor 4T tahun 2007 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pasal 3 Ayat (1) Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kota mempunyai tugas membantu walikota dalam menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang pengelolaan keuangan dan asset daerah.

f. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. SE.900/316/BAKD perihal Pedoman Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

Beberapa kelemahan signifikan tersebut mengakibatkan:

a. Total Pendapatan yang disajikan di Laporan Realisasi Anggaran TA 2007 sebesar Rp279.696.892.393,06 tidak dapat diyakini kewajarannya;

b. Total Belanja disajikan di Laporan Realisasi Anggaran TA 2007 sebesar Rp216.980.261.039,00 tidak dapat diyakini kewajarannya;

c. Total Aktivitas Kas Masuk dan Keluar serta Saldo Akhir Kas Milik Daerah yang disajikan pada Laporan Arus Kas periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2007 tidak dapat diyakini kewajarannya;

d. Total Aset, Kewajiban dan Ekuitas yang disajikan pada Neraca per 31 Desember 2007 tidak dapat diyakini kewajarannya.

Kondisi di atas disebabkan oleh:

a. Kepala Daerah yang tidak membuat SPI atas pengelolaan keuangan yang memadai dan melakukan pengawasan atas pelaksanaan SPI di lingkungan pemerintah Kota Bima

b. Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah kurang melakukan fungsinya dengan baik

c. Kepala BPKD selaku PPKD beserta jajaran dibawahnya sebagai pelaksana tidak melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam proses pertanggungjawaban dan penyusunan laporan keuangan daerah

d. Kelalaian Pengguna Anggaran dan Bendahara yang tidak menyampaikan SPJ Fungsional tepat waktu

Walikota Bima menyatakan bahwa kelemahan SPI yang terjadi harus diakui dan ke depan akan lebih diperbaiki.

BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar:

a. Membuat SPI yang memadai atas pengelolaan keuangan dan barang daerah dan melakukan pengawasan atas pelaksanaan SPI di lingkungan pemerintah Kota Bima.

b. Memberikan sanksi kepada Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah kurang melakukan fungsinya dengan baik.

d. Memberikan sanksi kepada semua Pengguna Anggaran dan Bendahara yang tidak menyampaikan SPJ Fungsional tepat waktu.

2. Pelampauan Anggaran atas Belanja Bantuan Sosial dan Pengeluaran Pembiayaan untuk