• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Arus Kas

HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

2) Laporan Arus Kas

No SKPD Anggaran (Rp) Realisasi menurut LRA (Rp) Realisasi Menurut Pengesahan SPJ (non pajak) (Rp) Realisasi Menurut BKU SKPD (plus pajak) (Rp) 1 BPKD 12.546.932.837,00 35.589.041.752,00 39.311.775.723,00 40.969.192.686,00 2 Dinas Perikanan 4.459.165.050,00 3.065.851.183,00 3.466.723.582,00 3.811.333.442,00

Atas hal tersebut Pejabat BPKD tidak dapat menjelaskan. Hal ini membuat pengujian asersi dan prosedur alternatif tidak dapat dilakukan oleh BPK sehingga hampir semua belanja tidak dapat diyakini kewajarannya termasuk penetapan Sisa UYHD/Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2007 yang merupakan hasil dari proses verifikasi dan pengesahan SPJ. Perbedaan LRA Konsolidasi/SKPD dengan Pengesahan SPJ terlampir.

2) Laporan Arus Kas

Software Aplikasi Pembukuan SKPKD hanya menghasilkan Laporan Akhir berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Neraca sehingga Laporan Arus Kas (LAK) dan Catatan atas Laporan Keuangan harus dibuat secara manual. BPKD tidak dapat menjelaskan kepada BPK tentang siapa yang membuat LAK dan CALK sehingga BPK juga tidak dapat meminta penjelasan tentang arus kas masuk dan keluar dalam LAK. Pemkot menjelaskan bahwa LAK dihasilkan melalui asistensi BPKP. Pemda tidak memiliki Kertas Kerja Penyusunan LAK dan Dokumen pendukung nya.

Pemeriksaan selanjutnya menunjukkan bahwa LAK tersebut disusun dan disajikan berdasarkan realisasi pendapatan dan belanja yang ada pada LRA. Dengan demikian, aliran kas masuk disajikan berdasarkan realisasi pendapatan, sedangkan aliran kas keluar disajikan berdasarkan data realisasi belanja yang sama dengan di LRA.

Pada aktivitas Non Anggaran terdapat kejanggalan bahwa jumlah Pajak PPh Pasal 21 yang disetor ke Kas Negara dan setoran Bukan Pajak Iuran Wajib Pegawai lebih besar

Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) pada LAK Kota Bima terdiri atas PFK dari belanja gaji pegawai di Bendahara Gaji Pemkot dan PFK yang dipotong/ pungut oleh Bendahara Pengeluaran SKPD. Hasil konfirmasi dengan Bendahara Pengeluaran Pembantu a.n M.Rimawan diketahui bahwa Bendahara tidak membuat rekapitulasi atas potongan dan pungutan PFK yang dikuasainya karena ketidaktahuan dan selama ini tidak ada aturan teknis dari Walikota tentang pengelolaan PFK arahan dan pengawasan dari atasan langsung. Setelah dilakukan perhitungan atas Surat Setoran Pajak (SSP) dan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) maka dihasilkan angka seperti yang disajikan pada tabel diatas disandingkan dengan Buku Besar hasil sistem.

Berdasarkan SSP dan SSBP bendahara Gaji diketahui secara pasti angka aktivitas non anggaran masuk dan keluar sebesar Rp10.274.833.927,00. Pengujian hasil dari sistem dengan melihat Buku Besar Konsolidasi untuk PFK dibandingkan dengan Buku Besar Unit/SKPD untuk PFK ternyata menghasilkan angka yang berbeda seperti yang disajikan pada tabel diatas, dengan hasil Buku Besar Konsolidasi arus kas bersih Rp0,00 dan Buku Besar Unit arus kas bersih Rp(2.127.710.562,91).

Lebih lanjut untuk menguji PFK pada masing SKPD menggunakan dokumen Pengesahan SPJ dan SSP/Buku Pajak masing-masing Bendahara SKPD. Pengujian ini tidak dapat dilakukan dikarenakan data tidak lengkap, ada 11 SKPD yang tidak menyajikan angka penerimaan dan penyetoran pajak yaitu Walikota, DPRD, Sekretariat Kota, Dinas Dikbudpar, Dinas Tata Kota, KBKS, Kantor Pol PP, PM dan P, Kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Mpunda dan Kecamatan Raba. Dari prosedur audit pengumpulan SSP dan Buku Pajak SKPD dengan dua kali surat resmi melalui Sekda dan Wakil Walikota, hingga berakhirnya pemeriksaan ternyata hanya 5 SKPD yang menyerahkan lengkap Buku Pajak dan SSP-nya yaitu Bappeda, Kimpraswil, Dinas Tata Kota, Kantor Pol PP, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Kantor Pelayanan Terpadu dan Kecamatan Rasanae Barat.

Berdasarkan Data Pengesahan SPJ dan Buku Pajak yang ada, dilakukan uji petik untuk menguji keandalan data masing-masing atas 5 SKPD dengan hasil 1 dari 5 SKPD yang menyajikan angka pada Pengesahan SPJ sama dengan Buku Pajak milik Bendahara

LAK Unaudited Rekapitulasi PFK Bendahara Gaji Rekapitulasi Buku Besar PFK Dinas - Sistem Buku Besar PFK Konsolidasi LKPD - Sistem IWP Rp. 7.435.212.385,00 8.532.166.462,00 7.435.212.385,00 7.435.212.385,00 PPh Pasal 21 Rp. 1.468.681.803,00 1.383.385.465,00 461.812.197,00 1.468.681.803,00 PPh Pasal 22 Rp. 664.047.669,00 535.208.809,00 664.047.669,00 PPh Pasal 23 Rp. 0 - 0 PPN Rp. 3.348.081.225,91 2.592.560.129,00 3.348.081.225,91 Taperum Rp. 359.811.197,00 359.282.000,00 122.433.731,00 358.914.731,00 Pdapatan yg Ditangguh Rp. 90.117.469,00

Arus Kas Masuk Rp. 13.365.951.748,91 10.274.833.927,00 11.147.227.251,00 13.274.937.813,91

IWP Rp. 7.450.540.784,00 8.532.166.462,00 7.435.212.385,00 7.435.212.385,00 PPh Pasal 21 Rp. 1.501.810.431,00 1.383.385.465,00 1.468.681.803,00 1.468.681.803,00 PPh Pasal 22 Rp. 664.047.669,00 664.047.669,00 664.047.669,00 PPh Pasal 23 Rp. 0 0 PPN Rp. 3.348.081.225,91 3.348.081.225,91 3.348.081.225,91 Taperum Rp. 358.914.731,00 359.282.000,00 358.914.731,00 358.914.731,00

Arus Kas Keluar Rp. 13.323.394.840,91 10.274.833.927,00 13.274.937.813,91 13.274.937.813,91

Koreksi SPJ 2006 Rp. 16.558.813.607,00

Pengeluarannya, seperti pada tabel berikut:

Sebelum dilakukan koreksi pada LAK diketahui aktivitas non anggaran menghasilkan arus bersih negatif yang berarti tidak ada hutang kepada Pemerintah Pusat/ Kas Negara namun ternyata pada Neraca terdapat hutang PFK atas Taperum sebesar Rp896.466,00. Hal ini tidak dapat dijelaskan oleh Kuasa BUD, Bendahara Gaji dan para pejabat BPKD.

Berdasarkan ketidaktersediaan data dan dokumen pendukung aktivitas non anggaran serta tidak adanya bukti-bukti memo penyesuaian yang disebut sebagai Bukti Transaksi dalam rincian buku besar pajak menurut sistem maka BPK tidak dapat melakukan koreksi aktivitas non anggaran selain mengkoreksi kembali Rp16.558.813.607,00. Koreksi hanya dilakukan atas aktivitas yang terkait dengan LRA.

Setelah dilakukan koreksi tersebut diketahui hasil akhir dari aktivitas non anggaran adalah arus bersih Rp42.556.908,00. Hal ini berarti seharusnya terdapat Kas yang mungkin berada pada Kas Daerah atau pada Bendahara Pengeluaran yang belum disetor Kas Negara dan seharusnya disajikan pada Neraca per 31 Desember 2007 sebagai Hutang PFK. Hal ini juga tidak dapat dijelaskan oleh Kuasa BUD, Bendahara Gaji dan para pejabat BPKD.

3) Neraca

Pada LKPD yang diserahkan kepada BPK tanggal 14 Agustus 2008 yang terdiri atas LRA, LAK, Neraca dan CALK. Pemeriksaan atas SPJ masing-masing SKPD/dinas diketahui bahwa masing-masing SKPD belum mampu membuat LRA, CALK dan Neraca SKPD per 31 Desember 2007. Aplikasi Pembukuan dapat menghasilkan Neraca Konsolidasi dan Neraca per SKPD per 31 Desember 2007. Berdasarkan LKPD yang diserahkan kepada BPK dan Laporan Keuangan hasil dari sistem aplikasi diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan:

Versi LKPD yang diserahkan ke BPK Versi LKPD yang dihasilkan Sistem 1 ASET LANCAR 53.688.595.242,43 53.688.595.242,43 2 INVESTASI 5.053.324.135,00 5.053.324.135,00 3 ASET TETAP 1) Tanah 58.305.831.353,00 54.244.986.603,00

2) Gedung dan Bangunan 152.115.447.722,69 128.404.442.205,13

3) Peralatan dan Mesin 70.313.988.950,51 57.425.432.482,01

4) Jalan, Irigasi dan Jaringan 95.240.215.263,94 66.998.101.199,94

5) Aset Tetap Lainnya 7.555.042.407,69 4.678.556.347,69

Potongan/Pungutan Bappeda Dinas Kimpraswil Dinas Pertanian Dinas Kehutanan Kec. Rasanae Timur SSP/Buku Pajak 134.115.556,00 1.302.413.959,00 17.193.773,00 98.868.731,00 41.848.802,00

Pengesahan SPJ 134.115.556,00 950.791.016,00 140.578.087,00 110.108.456,00 47.323.802,00

Selisih - 351.622.943,00 (123.384.314,00) (11.239.725,00) (5.475.000,00) Setoran Bappeda Dinas Kimpraswil Dinas Pertanian Dinas Kehutanan Kec. Rasanae Timur SSP/Buku Pajak 134.115.556,00 1.303.162.794,00 17.193.773,00 98.868.726,00 41.848.802,00

Pengesahan SPJ 134.115.556,00 950.791.016,00 140.578.087,00 110.108.456,00 47.323.802,00

4 ASET LAIN 3.750.561.130,63 3.750.561.130,63 JUMLAH ASET 413.826.090.101,62 352.969.343.026,53 B. 1 KEWAJIBAN 1) Utang PFK 896.466,00 2) Pdptan ditangguhkan 90.117.496,00

3)Bagian Lancar Utang Pjg 11.518.408.000,00 11.518.408.000,00 4) Utang Jk Pdk Lainnya 30.014.174.642,00 30.014.174.642,00

41.533.479.108,00 41.622.700.138,00

2 EKUITAS

a) Ekuitas Dana Lancar

1) SILPA 52.820.592.704,00 (16.558.813.607,00) 2) Pdptan ditangguhkan 90.117.496,00 90.117.496,00 3) cadangan Piutang - - 4) Cadangan Persediaan 825.445.630,00 825.445.630,00 5) Dana utk bayar utang jk pdk (41.532.582.642,00) (41.622.700.138,00)

12.203.573.161,00 (57.265.950.619,00)

b) Ekuitas Dana investasi

1) Dinvestasikan dlm Investasi 5.053.324.135,00 5.053.324.135,00

2)Diinvestasikan dlm Aset Tetap 351.333.609.593,56 290.476.862.518,47 3) Diinvestasikan dlm Aset Lain 3.702.104.103,63 3.702.104.103,63

4) Dana utk bayar utang jk Pjg 0 0

360.089.037.832,19 299.232.290.757,10

JUMLAH EKUITAS 372.292.610.993,19 241.966.340.138,10

JUMLAH EKUITAS & KEWAJIBAN 413.826.090.101,19 283.589.040.276,10

Dari perbandingan antara LKPD yang diserahkan oleh Pemerintah Kota Bima kepada BPK tanggal 14 Agustus 2008 dengan LKPD yang dihasilkan Sistem Aplikasi Pembukuan SKPKD terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Hal ini seharusnya tidak terjadi karena Pemerintah Kota menyatakan bahwa LKPD yang diserahkan kepada BPK dihasilkan dari Sistem Aplikasi.

Penelusuran lebih lanjut diketahui bahwa untuk angka Aset Tetap dan Akumulasi Penyusutan serta Ekuitas Dana Investasi –Diinvestasikan dalam Aset Lain yang dihasilkan Sistem Aplikasi adalah angka pada Neraca per 31 Desember 2006.

Lebih lanjut pada Neraca per 31 Desember 2007 yang diserahkan kepada BPK, jika dibandingkan antara Aset dengan Kewajiban dan Ekuitas maka persamaan akuntansi tidak terjadi karena terdapat selisih Rp0,43 (Aset Rp413.826.090.101,62 – Kewajiban dan Ekuitas sebesar Rp 413.826.090.101,19), demikian pula untuk Neraca per 31 Desember 2007 versi Sistem Aplikasi Aset dengan Kewajiban dan Ekuitas maka persamaan akuntansi tidak terjadi karena terdapat selisih Rp69.380.302.750,43 (Aset Rp352.969.343.026,53 – Kewajiban dan Ekuitas sebesar Rp283.589.040.276,10) Atas perbedaan tersebut, BPKD tidak dapat menjelaskan.