• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Bantuan Ekonomi Mikro kurang diterima oleh penerima bantuan sebesar Rp800.000.000,00

Dalam dokumen Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf (Halaman 131-137)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN

C. Penggunaan Langsung atas Laba Penyertaan Modal pada KPN Kasabua Ade

12. Pemberian Bantuan Ekonomi Mikro kurang diterima oleh penerima bantuan sebesar Rp800.000.000,00

Pemeriksaan atas Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bima Tahun Anggaran (TA) 2007 diketahui Pemerintah Kota Bima telah merealisasikan belanja daerah seluruhnya selama TA 2007 sebesar Rp216.980.261.039,00. Dari nilai realisasi tersebut, diantaranya terdapat realisasi

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 36

Pemeriksaan secara uji petik atas realisasi belanja BPKD Kota Bima diketahui bahwa BPKD Kota Bima telah merealisasikan belanja bantuan modal pos keuangan mikro (UKM) seluruhnya sebesar Rp1.452.500.000,00. Dari hasil konfirmasi dengan Bendahara Pengeluaran dan verifikasi terhadap SPJ BPKD diketahui dari realisasi tersebut diantaranya sebesar Rp1.000.000.000,00 merupakan realisasi belanja bantuan ekonomi mikro bagi CV. Khair selaku Agen Nutrisi Saputra Kota Bima.

Pemeriksaan atas dokumen pertanggungjawaban belanja bantuan tersebut berupa Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan lampirannya yaitu Surat Perintah Pembayaran (SPP) dan Surat Perintah Membayar (SPM) diketahui bahwa bantuan tersebut selama Tahun 2007 dibayarkan dengan 6 SP2D dengan rincian sebagai berikut:

No Nomor SP2D Nilai bantuan (Rp)

1 1965/LS/2007 100.000.000,00 2 3276/LS/2007 20.000.000,00 3 3299/LS/2007 700.000.000,00 4 3585/LS/2007 50.000.000,00 5 4068/LS/2007 30.000.000,00 6 5512/LS/2007 100.000.000,00 Jumlah 1.000.000.000,00

Pemeriksaan lebih lanjut atas keenam SP2D tersebut, diketahui bahwa antara SPP, SPM dan SP2D terdapat ketidakkonsistenan nomor, tanggal serta bulan antara masing-masing dokumen. Konfirmasi dengan Kepala Bagian Tata Usaha selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) BPKD diperoleh penjelasan bahwa dokumen SPP dan SPM untuk pemberian bantuan ekonomi mikro bagi CV. Khair selaku Agen Nutrisi Saputra Kota Bima dibuat berdasarkan disposisi tertulis dari Kepala BPKD pada bulan Mei 2007. Disposisi tersebut memerintahkan agar yang bersangkutan untuk membuat SPP dan SPM sebesar Rp100.000.000,00, Rp100.000.000,00 dan Rp700.000.000,00.

Konfirmasi dengan Bendahara Pengeluaran BPKD TA 2007 diperoleh keterangan bahwa yang bersangkutan selama Tahun 2007 telah mempertanggungjawabkan pengeluaran untuk pemberian bantuan ekonomi mikro bagi CV. Khair selaku Agen Nutrisi Saputra Kota Bima sebanyak 6 kali dengan nilai total sebesar Rp1.000.000.000,00. Bendahara Pengeluaran BPKD TA 2007 menyatakan bahwa dari nilai sebesar Rp1.000.000.000,00 tersebut, bantuan yang memang diserahkan langsung oleh yang bersangkutan hanya sebesar Rp300.000.000,00. Pemberian bantuan tersebut berdasarkan perintah lisan dari Ir. Khairil selaku pemilik CV. Khair selaku Agen Nutrisi Saputra Kota Bima yang juga merupakan Anggota DPRD Kota Bima Periode 2004-2009, dengan melampirkan proposal permohonan bantuan dari CV. Khair.

Bendahara Pengeluaran BPKD TA 2007 memberikan penjelasan bahwa untuk pembayaran bantuan sebesar Rp700.000.000,00, tidak dibayarkan oleh yang bersangkutan. Penjelasan lebih lanjut diketahui Bendahara Pengeluaran BPKD TA 2007 mendapat perintah dari Kuasa BUD TA 2007 untuk membuat kelengkapan dokumen pertanggungjawaban atas pengeluaran bantuan sebesar Rp700.000.000,00.

Pemeriksaan atas proposal permohonan bantuan dari CV. Khair, diketahui bahwa bantuan tersebut diberikan dalam bentuk modal bergulir. Konfirmasi dengan Kepala Bagian Ekonomi TA 2007 Sekretariat Daerah Kota Bima diketahui bahwa dokumen pendukung pemberian bantuan modal bergulir tersebut berupa 1 Surat Keputusan Walikota No. 67 Tahun 2007 tentang Program Bantuan

Dana Keuangan Ekonomi Mikro kepada Usaha Kecil tanggal 26 April 2007 dan 2 (dua) perjanjian antara Kepala Bagian Ekonomi TA 2007 dengan pemilik CV. Khair dalam rangka penyaluran bantuan ekonomi mikro bagi CV. Khair selaku Agen Nutrisi Saputra Kota Bima yaitu Perjanjian Pertama No500/27/EKO/V/2007 dan No.07/KHAIR/V/2007 tanggal 09 Mei 2007 dan Perjanjian Kedua No500/56/EKO/IX/2007 dan No.21/KHAIR/IX/2007 tanggal 13 September 2007.

Berdasarkan penjelasan Kepala Bagian Ekonomi TA 2007 diketahui 2 (dua) Surat perjanjian tersebut dibuat oleh yang bersangkutan pada bulan Mei 2007 dan September 2007 namun berdasarkan penelusuran pada Agenda Surat Masuk/Keluar Tahun 2007 milik Bagian Ekonomi Setda diketahui kedua perjanjian tersebut tidak tercatat dan surat dengan nomor 27 tercatat pada bulan April 2007 tidak pada bulan Mei 2007 yaitu No 500/27/EKO/IV/2007 perihal Surat Keterangan Alokasi Penerimaan BBM dengan penerima Safiuddin, demikian atas surat dengan nomor 56 tercatat pada bulan Mei 2007 tidak pada bulan September 2007 yaitu Surat No500/56/EKO/V/2007 tanggal 21 Mei 2007 perihal Persetujuan Dukungan dengan Penerima Walikota Bima serta untuk korespondensi bulan September Nomor Surat 95 ke atas. Hal ini mengindikasikan Surat Perjanjian dengan CV.Khair fiktif atau baru dibuat pada saat pemeriksaan. Atas hal tersebut Kepala Bagian Ekonomi tetap menjelaskan bahwa Surat Perjanjian benar dibuat pada Mei dan September 2007..

Dalam SK Walikota maupun Perjanjian tersebut disebutkan bahwa Pemerintah Kota Bima memberikan bantuan bagi CV. Khair sebanyak 2 kali dengan nilai Rp700.000.000,00 dan Rp200.000.000,00. Berdasarkan Buku Penomoran SK Walikota Tahun 2007 (No 1 s/d 238) Milik Bagian Hukum Setda Kota Bima diketahui bahwa SK Walikota No. 67 Tahun 2007 tentang Program Bantuan Dana Keuangan Ekonomi Mikro kepada Usaha Kecil tanggal 26 April 2007 tidak tercatat pada Buku Penomoran tersebut. Labih lanjut pada Buku tersebut terdapat SK Walikota No. 67 Tahun 2007 tentang Pengukuhan Pengurus Kontak Tani Andalan (KTA) Kota Bima Periode 2006 – 2011 tanggal 15 Maret 2007. Konfirmasi lisan dengan Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Bima diketahui seluruh SK Walikota yang melalui proses verbal pasti akan dimasukkan pada Buku Penomoran SK dan atas dua SK dengan Nomor yang sama tersebut dijelaskan bahwa Kepala Bagian Hukum tidak pernah menerbitkan SK Walikota tentang pemberian bantuan bagi CV. Khair tersebut. Hal ini juga mengindikasikan bahwa SK Walikota tersebut fiktif atau baru dibuat pada saat pemeriksaan.

Konfirmasi dengan Ir.Khairil pemilik CV. Khair (juga sebagai Anggota DPRD) selaku Agen Nutrisi Saputra Kota Bima diperoleh penjelasan bahwa yang bersangkutan mengajukan proposal permohonan bantuan kepada Pemerintah Kota Bima untuk memberikan bantuan pembelian nutrisi saputra bagi para petani di wilayah Kota Bima. Atas permohonan bantuan tersebut, Pemerintah Kota memberikan bantuan dengan pola modal bergulir. Pemilik CV. Khair memberikan penjelasan bahwa selama tahun 2007 tidak pernah menerima bantuan sebanyak Rp1.000.000.000,00 dari Pemerintah Kota Bima. Yang bersangkutan selama tahun 2007 hanya menerima bantuan modal bergulir sebesar Rp200.000.000,00. Bantuan sebesar Rp200.000.000,00 tersebut diterima sebanyak 3 kali dengan nilai Rp100.000.000,00 dan Rp50.000.000,00 yang diberikan secara tunai oleh Kuasa BUD TA 2007 dan Rp50.000.000,00 yang diberikan secara tunai oleh Bendahara Pengeluaran BPKD TA 2007. Penjelasan lebih lanjut oleh pemilik CV. Khair diketahui bahwa yang bersangkutan baru memperoleh bantuan modal bergulir bagi penyaluran nutisi saputra sebesar Rp1.000.000.000,00 pada Tahun Anggaran 2008.

Pemilik CV. Khair menjelaskan bahwa dalam rangka proses administrasi untuk pemberian bantuan ekonomi mikro untuk pemberian Nutrisi Saputra, dirinya beberapa kali diminta untuk menandatangani kwitansi pembayaran kosong, termasuk kwitansi pembayaran sebesar

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 38

tandatangan tersebut, yang bersangkutan tidak pernah menerima dana bantuan sebesar Rp700.000.000,00 baik ketika berada di rumah walikota tersebut maupun setelahnya.

Hasil Konfirmasi dengan Kuasa BUD TA 2007 diketahui bahwa pengeluaran dana Kas Daerah untuk bantuan ekonomi mikro bagi CV. Khair selaku Agen Nutrisi Saputra Kota Bima sebesar Rp700.000.000,00 dilakukan pada bulan Februari 2007 tanpa melalui penyampaian SPP, SPM maupun penerbitan SP2D. Yang bersangkutan mengeluarkan dana tersebut dari Kas Daerah atas perintah lisan Walikota Bima yang disampaikan oleh Kepala Bidang Anggaran BPKD. Atas perintah tersebut, yang bersangkutan mencairkan dana sebesar Rp700.000.000,00 tersebut dan mengantarkannya ke rumah Walikota. Di rumah Walikota tersebut, Kuasa BUD TA 2007 meminta pemilik CV. Khair untuk menandatangani kwitansi pembayaran pemberian bantuan nutrisi bagi CV. Khair.

Kondisi tersebut diatas tidak sesuai dengan:

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dalam:

(1) Pasal 20 ayat (1) menyebutkan bahwa Bendahara Umum Daerah berkewajiban untuk menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

(2) Pasal 21 ayat (4) Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila persyaratan yang pembayaran tidak dipenuhi. b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 28 huruf a dan d

antara lain menetapkan bahwa Kepala Daerah dilarang membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi diri, anggota keluarga, kroni yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan dilarang melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau jasa.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dalam:

(1) Pasal 132 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.

(2) Pasal 132 ayat (2) menyebutkan bahwa bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.

(3) Pasal 315 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Bendahara, Pegawai Negeri Sipil (PNS) bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut.”

Permasalahan pemberian bantuan ekonomi mikro dana bergulir yang kurang diterima oleh penerima bantuan tersebut mengakibatkan adanya indikasi kerugian daerah sebesar Rp800.000.000,00.

Permasalahan tersebut terjadi karena:

a. Walikota Bima membuat kebijakan menggunakan dana daerah yang menyimpang dari peraturan

perundangan yang berlaku.

b. Kepala Bagian Ekonomi sebagai Wakil Pemerintah Kota Bima tidak melakukan pemantauan atas

pencairan dana bantuan nutrisi tersebut.

Kas Daerah dan Kas Bendahara Pengeluaran tidak sesuai peraturan perundangan.

Walikota memberikan tanggapan bahwa pemberian pinjaman tersebut tidak dibuatkan SK Walikota dan hanya berdasarkan SK Sekretaris Daerah. Kedepannya akan dilakukan perbaikan manajemen untuk dana UKM sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar:

a. Mengembalikan dana bantuan ekonomi mikro yang tidak disalurkan sesuai peruntukkannya

sebesar Rp800.000.000,00 ke Kas Daerah.

b. Memberikan sanksi kepada Kepala Bagian Ekonomi sebagai Wakil Pemerintah Kota Bima yang

tidak melakukan pemantauan atas pencairan dana bantuan nutrisi tersebut.

c. Memberikan sanksi kepada Kuasa BUD TA 2007 Taufikurrahman, S.Sos dan Bendahara

Pengeluaran BPKD TA 2007 A. Khairil yang mengeluarkan uang dari Kas Daerah dan Kas Bendahara Pengeluaran tidak sesuai peraturan perundangan.

13. Penerimaan Insentif PBB sebesar Rp1.838.463.000,00 dibagikan tidak melalui mekanisme pengelolaan APBD serta sebesar Rp1.327.168.949,00 diantaranya dibagikan kepada yang tidak berhak menerima

Pemeriksaan atas Neraca per 31 Desember 2007 Pemerintah Kota Bima diketahui Pemerintah Kota Bima tidak memiliki piutang, baik piutang pajak, piutang retribusi, piutang dana bagi hasil, ataupun piutang ganti rugi atas kekayaan daerah. Penelusuran atas berita acara rekonsiliasi penerimaan dana perimbangan antara Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah dan Pemerintah Kota Bima diketahui pada Tahun Anggaran 2007 Pemerintah Kota Bima mendapatkan alokasi insentif atas penerimaan PBB yang melebihi target sebesar Rp1.838.463.000,00.

Penelusuran selanjutnya pada rekening koran Bank BNI No.0053763211 atas nama Badan Pengelola Keuangan Daerah diketahui alokasi insentif PBB Tahun Anggaran 2007 tersebut direalisasikan pada Tahun Anggaran 2008 dan masuk ke rekening kas daerah (No. Rek. 0053763211 pada Bank BNI cabang Raba-Bima atas nama Badan Pengelola Keuangan Daerah) pada tanggal 21 Januari 2008 sebesar Rp1.838.463.000,00 dan pada tanggal 21 Januari 2008 itu juga dana tersebut ditarik secara tunai oleh Bendahara PBB Bidang Pendapatan BPKD. Penelusuran selanjutnya diketahui bahwa insentif PBB TA 2007 tersebut dibagikan kepada pejabat penanggung jawab, aparat pengelola administrasi keuangan, petugas koordinasi, pengawas, juru pungut, pembantu juru pungut, dan instansi terkait serta pengadaan sarana prasarana berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bima No.238 Tahun 2007 tanggal 29 Desember 2007 tentang Penetapan Pembagian Insentif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pemerintah Kota Bima. SK tersebut hanya membagi persentase yang akan diterima oleh masing pihak, akan tetapi tidak membagi persentase secara pasti untuk masing-masing pegawai yang berhak menerima pembagian insentif tersebut.

Penelusuran atas syarat syarat administrasi atas pembagian dana insentif pelampauan PBB tersebut diketahui tidak terdapat SPP, SPM, atau SP2D yang diterbitkan untuk pencairan dana insentif tersebut, dengan kata lain dana tersebut dikeluarkan dan dipertanggungjawabkan tidak melalui mekanisme APBD.

Penelusuran pada buku rekapitulasi pembagian insentif PBB diketahui insentif PBB tersebut dibagi dalam dua tahap, tahap pertama dibagikan pada tanggal 24 Januari 2007, dan tahap kedua

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 40

Rp1.838.371.969,00. Tidak ada Surat Ketetapan yang diterbitkan untuk mengatur jumlah realisasi pembagian untuk masing-masing pegawai. Realisasi pembagian tersebut termasuk realisasi pengadaan dua unit mobil operasional sebesar Rp319.000.000,00 dan pengadaan tiga unit sepeda motor operasional sebesar Rp36.850.000,00 serta untuk membayar PPh pasal 21 atas pembagian insentif. Untuk pengadaan mobil operasional, satu unit mobil dengan plat nomor EA 64 S dipakai oleh Kepala Bidang Pendapatan BPKD Pemerintah Kota Bima, dan satu unit mobil dengan plat nomor EA 63 S dipinjam pakaikan kepada Kantor Pelayanan PBB Raba-Bima, sedangkan dua unit sepeda motor dipinjam pakaikan kepada Kepala Kelurahan Dodu Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima dan Kepala Kelurahan Melayu Kecamatan Asakota. Penelusuran atas berita acara pinjam pakai baik untuk mobil maupun untuk motor diketahui bahwa Berita Acara Penyerahan Kendaraan tersebut masih dalam bentuk draft. Untuk berita acara penyerahan mobil, peminjam pakai (Kepala KP PBB Raba Bima) sudah tanda tangan, akan tetapi Walikota Bima belum tanda tangan, sedangkan untuk berita acara penyerahan motor belum ada pihak yang menandatangani berita acara pinjam pakai. Penelusuran atas rincian pegawai yang menerima insentif PBB tersebut diketahui terdapat pegawai selain yang tercantum pada SK Walikota No.91 Tahun 2007 tentang penunjukan juru pungut, atasan langsung juru pungut, petugas pengawas, dan koordinator pungutan PBB TA 2007 yang juga menerima pembagian insentif dengan jumlah sebesar Rp1.327.168.949,00 (rincian penerima pembagian insentif pada lampiran 1). Selain SK Walikota No.91 Tahun 2007 diatas, terdapat juga SK Walikota No.92 Tahun 2007 tentang penunjukan Tim Pelaksana Penagihan PBB sektor perkotaan TA 2007 yang berisi penunjukan pejabat dan pegawai di lingkungan BPKD Kota Bima sebagai tim dan koordinator penagihan PBB sektor perkotaan, akan tetapi sampai dengan pemeriksaan berakhir, Tim Pemeriksa tidak dapat memperoleh output yang dihasilkan oleh tim tersebut.

Konfirmasi atas permasalahan diatas pada Kepala Bidang Pendapatan diketahui bahwa penerimaan insentif PBB tersebut dianggap sebagai dana non budgeter sehingga tidak dimasukkan ke dalam APBD.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pada pasal 122 ayat (4) yang menyatakan bahwa Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja.

b. Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah pada pasal sebagai berikut:

1). Pasal 12 ayat (2) yang menyatakan bahwa ” Uang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari uang dalam Kas Daerah dan uang pada Bendahara Penerimaan daerah dan Bendahara Pengeluaran daerah”.

2). Pasal 13 ayat (2) yang menyatakan bahwa ” Pengurangan Uang Daerah diakibatkan oleh: a) belanja daerah;

b) pengeluaran pembiayaan, antara lain pembayaran pokok utang, penyertaan modal pemerintah daerah, dan pemberian pinjaman; dan

c) pengeluaran daerah lainnya, antara lain pengeluaran perhitungan pihak ketiga.

c. Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Daerah pada:

1). Pasal 3 ayat (3) yang menyatakan bahwa alokasi pembagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan sebagai berikut :

a. 65% (enam puluh lima per seratus) dibagikan secara merata kepada seluruh Daerah Kabupaten/Kota;

b. 35% (tiga puluh lima per seratus) dibagikan sebagai insentif kepada Daerah Kabupaten/Kota yang realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan dan perkotaan pada Tahun Anggaran sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan yang ditetapkan.

2). Pasal 4 yang menyatakan bahwa hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan bagian Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a dan huruf b dan Pasal 3 ayat (2) merupakan pendapatan Daerah dan setiap tahun anggaran dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

d. Lampiran SK Walikota No.91 Tahun 2007 tentang penunjukan juru pungut, atasan langsung juru pungut, petugas pengawas, dan koordinator pungutan PBB TA 2007;

Kondisi tersebut mengakibatkan kerugian daerah atas pembagian insentif PBB kepada yang tidak berhak menerima sebesar Rp1.327.168.949,00.

Kondisi tersebut terjadi karena:

a. Walikota Bima mengeluarkan SK tentang Penetapan Pembagian Insentif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pemerintah Kota Bima.

b. Kepala Bidang Pendapatan BPKD Kota Bima dan Kepala BPKD Kota Bima membagi insentif kelebihan penerimaan PBB tersebut tanpa melalui mekanisme APBD.

Walikota Bima menyatakan bahwa insentif tersebut akan dicantumkan pada APBD P 2008 baik sebagai penerimaan maupun belanja. Pembagian insentif tersebut diatur dengan keputusan Walikota dan mengenai pengadaan kendaraan dimaksud sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan operasional pemungutan PBB.

BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar menarik dana insentif APBD yang dibagikan kepada yang tidak berhak menerima sebesar Rp1.327.168.949,00 dan menyetorkannya ke kas daerah.

Dalam dokumen Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf (Halaman 131-137)