• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Bima yang Mempengaruhi Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan

HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

1. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Bima yang Mempengaruhi Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan

1. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Bima yang Mempengaruhi Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan

Pemerintah Kota Bima telah meratifikasi Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah ke dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 2007 tanggal 7 Pebruari 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. Pada Perda tersebut telah mengatur tentang pengelolaan keuangan yang dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD, juga telah diatur tentang walikota sebagai Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah, dimana kekuasaan tersebut dilaksanakan oleh Kepala BPKD selaku PPKD dan Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah serta Sekretaris Daerah selaku Koordinator pengelolaan Keuangan Daerah.

Rincian dan Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Daerah telah ditetapkan dalam Peraturan Walikota, diantaranya Peraturan Walikota Nomor 4T Tahun 2007 tanggal tentang Rincian dan Tugas Pokok dan Fungsi BPKAD (Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah). Namun berdasarkan penelaahan Sistem Pengendalian Intern (SPI) atas Pengelolaan Keuangan/Barang Daerah ditemukan beberapa kelemahan signifikan, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kelemahan SPI atas Penerimaan dan Pengeluaran Kas

Tidak adanya sistem dan prosedur serta arahan yang jelas dari atasan masing-masing pengelola keuangan, membuat fungsi pengawasan dan pengendalian atas tugas pokok dan fungsi masing-masing tidak dapat dilaksanakan, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Bendahara Umum Daerah (BUD)/Kuasa BUD Kota Bima tidak membuat Buku Kas Penerimaan dan Pengeluaran (dahulu disebut B IX) sesuai ketentuan sehingga tidak dapat dilakukan rekonsiliasi antara Saldo menurut Buku Kas Umum dengan saldo menurut Rekening Koran.

Dalam Tahun Anggaran 2007, sesuai SK Walikota Bima No 07 Tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007, ditetapkan Taufikurrahman, S.Sos sebagai Kuasa BUD Kota Bima. Untuk mencatat pengelolaan uang yang dilakukan oleh Kuasa BUD, maka Kuasa BUD Kota Bima mencatatnya dalah Buku Kas Umum Pemerintah Kota Bima.

Pemeriksaan atas pencatatan transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas yang dilakukan oleh Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD) Kota Bima Tahun Anggaran 2007, diketahui bahwa transaksi penerimaan tidak dicatat besarnya kas masuk yang diterima oleh Pemerintah Kota Bima, tetapi yang dicatat sebagai penerimaan adalah jumlah cek yang dikeluarkan oleh BUD kepada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di Lingkungan Pemerintah Kota Bima dan pembayaran kepada pihak ketiga sehingga tidak dapat menggambarkan arus masuknya uang Pemerintah Kota Bima selama Tahun 2007. BKU yang dibuat oleh BUD hanya dapat menggambarkan arus keluarnya kas, yang tercermin dari jumlah SP2D yang diterbitkan oleh BUD yang dibukukan pada sisi pengeluaran kas. Disamping itu, BKU tersebut juga tidak mencantumkan saldo awal kas per 1 Januari 2007.

Untuk melakukan rekonsiliasi antara saldo BKU dengan saldo Rekening koran Bank, tidak dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan BKU yang dibuat BUD, karena saldo kas menurut catatan pembukuan (per book) tidak diketahui. Selain itu, selama Tahun 2007 Kuasa BUD tidak pernah melakukan rekonsiliasi antara Saldo menurut Buku Bank

2) Register SP2D TA 2007 yang dibuat secara manual oleh BUD, sampai dengan tanggal 25 Pebruari 2008 pada saat Pemeriksaan Interim belum selesai dikerjakan dan SP2D terakhir yang tercatat adalah SP2D No Urut 6785/LS/2007. Pada tanggal 11 September 2008 SP2D yang diterbitkan terakhir adalah SP2D No Urut 7041/LS/2007. Register tersebut tidak dijumlah secara periodik, sehingga tidak dapat diketahui nilai SP2D yang telah diterbitkan selama Tahun 2007.

3) Penerbitan cek oleh Kuasa BUD mendahului SP2D. Hal ini terbukti dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Bawaskota diketahui bahwa terdapat pencairan kas yang mendahului penerbitan SP2D sepanjang tahun 2007 antara lain di Rp2.216.696.200,00 pada Dinas Pendidikan mulai Januari sd Agustus 2007 dan Dinas Pertanian Rp137.130.500,00 sesuai yang diungkapkan LHP Reguler No 49/2007 tanggal 18/09/2007 tentang Pelaksanaan APBD II pada Dinas Dikbudpar dan LHP No 51/2007 tanggal 21/09/2007 tentang Pengelolaan Dana APBD tahun 2007 pada Dinas Pertanian. Hal ini juga terindikasikan dari penomoran SP2D acak/ tidak urut tanggal penerbitan pada Register. Sebagai SP2D No.6581/GU/2007 adalah tertanggal 28 Desember 2007 namun SP2D No.6582 hingga 6587 tertanggal 28 Juni 2007, dan selanjutnya dari SP2D No 6588 hingga 6597 tertanggal 31 Agustus 2007, SP2D No.6598 hingga 6652 tertanggal 28 Desember 2007 namun untuk SP2D No. 6653 hingga 6656 kembali tertanggal 11 September 2007.

4) Register cek yang dibuat oleh BUD/Kuasa BUD tidak dijumlahkan secara periodik sehingga tidak dapat diketahui setiap saat jumlah cek yang telah dikeluarkan. Demikian pula antara register cek dengan register SP2D tidak dilakukan rekonsiliasi secara periodik.

5) Kuasa BUD melakukan pengeluaran kas tanpa mekanisme pencairan yang benar sesuai peraturan pengelolaan keuangan daerah dan APBD. Pengeluaran kas dari BUD/Kuasa BUD tidak didukung bukti-bukti memadai sehingga dianggap sebagai panjar dan hingga pemeriksaan berakhir uang panjar tersebut belum dikembalikan. Hal ini diungkapkan dalam Temuan tersendiri dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan dalam Kerangka Pemeriksaan LKPD TA 2007.

6) Pengeluaran Kas Daerah yang dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki otorisasi dan/atau yang dapat dilakukan tanpa mekanisme pencairan yang benar sesuai peraturan pengelolaan keuangan daerah dan APBD, antara lain oleh Walikota. Hal ini diungkapkan dalam Temuan tersendiri dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan dalam Kerangka Pemeriksaan LKPD TA 2007.

7) Subbidang Perbendaharaan dan Verifikasi Bidang Anggaran BPKD tidak menerima dan menggunakan SPJ /Pertanggungjawaban atas penggunaan SP2D Uang Persediaan/Ganti UYHD/Tambah UYHD bulan sebelumnya secara lengkap. Hal ini diketahui bahwa dari Register Pengesahan SPJ, hampir semua SPJ dari SKPD TA 2007 paling awal disahkan pada bulan Juli sehingga Pengeluaran bulan Februari hingga Juni 2007 tidak memperhatikan SPJ atas SP2D GU bulan-bulan sebelumnya. Data Pengesahan SPJ pada Lampiran 1.

8) Kuasa BUD dan Sub bidang Perbendaharaan dan Verifikasi beserta Subbidang Anggaran dan Pembukuan tidak sepenuhnya melaksanakan verifikasi SPP,SPM dan SP2D beserta bukti pendukung untuk pengeluaran Belanja/ Pembiayaan sesuai peraturan pengelolaan keuangan daerah. Terbukti dengan hasil uji petik pada bukti-bukti pertanggungjawaban pengeluaran

sebagai tanda bahwa realisasi fisik telah selesai 100% sehingga tidak dapat diyakini apakah fisik dari pengadaan barang dan jasa yang telah dibayar, sudah selesai atau belum.

9) Sub bidang PAD dan Aset serta Sub bidang Dana Perimbangan dan Pendapatan lain-lain Bidang Pendapatan BPKD tidak menatausahakan bukti-bukti pendukung pandapatan yang disajikan dalam LKPD terbukti dengan Pendapatan PAD sebesar Rp1.038.439.245,00 yang tidak didukung dengan Surat Tanda Setoran (STS) dan Pendapatan Dana Alokasi Khusus tidak didukung Nota Kredit seperti yang dinyatakan ada sebagai bukti pencatatan akuntansi dalam Register Penerimaan pada Sistem Aplikasi Pembukuan SKPKD. Lebih lanjut berdasarkan perbandingan antara Rekapitulasi Pendapatan dari Bidang Pendapatan dengan Buku Besar Pendapatan Hasil Sistem Aplikasi Pembukuan diketahui terdapat selisih yang mengakibatkan pendapatan yang disajikan pada LRA tidak dapat ditelusuri.

10) Bidang Pendapatan juga tidak melaporkan Pendapatan Insentif PBB yang diterima pada bulan Januari 2008 pada Neraca per 31 Desember 2007 dan menggunakan langsung untuk pengadaan kendaraan di tahun 2008 di luar mekanisme APBD dan Bidang Pendapatan juga tidak melakukan pengawasan atas pengembalian atas Sisa Kas di Pemegang Kas/Bendahara Pengeluaran Sisa UUDP/UYHD tahun-tahun sebelumnya. Dalam Neraca Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2006, sisa Kas di Pemegang Kas dijelaskan bahwa disajikan sebesar Rp750.334.733,00. Dari jumlah tersebut, berdasarkan STS yang diperoleh dari bendahara masing-masing unit kerja dan STS yang ada di Bidang Pendapatan BPKD hingga pemeriksaan berakhir masih ada Sisa UUDP/UYHD yang belum disetor oleh SKPD antara lain BPKD yang memiliki Sisa UUDP sebesar Rp499.866.558,00 yang tidak diketahui pertanggungjawabannya. Hal ini lebih jauh diungkapkan dalam Temuan tersendiri dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan dalam Kerangka Pemeriksaan LKPD TA 2007.

11) Pengendalian atas realisasi pengeluaran kas untuk belanja Bantuan dan Pembiayaan atas pembayaran hutang daerah masih lemah sehingga berakibat terjadinya pelampuan anggaran pada Bantuan Sosial yang dianggarkan Rp14.630.702.000,00 dan telah direalisasikan Rp17.017.964.550,00 sehingga terdapat pelampauan sebesar Rp2.387.262.550,00 atau 16,32%, dan pada Pembayaran Utang Pokok Jatuh Tempo yang dianggarkan sebesar Rp23.000.000.000,00 dan telah direalisasikan sebesar 24.076.337.455,00 sehingga terdapat pelampauan Rp1.076.337.455,00 atau 4,68%. Lebih lanjut dijelaskan dalam Temuan tersendiri.

b. Kelemahan SPI atas Pertanggungjawaban Kas

Sesuai dengan Permendagri No 13 tahun 2006, prosedur pencairan dan pertanggungjawaban anggaran melalui mekanisme Uang Persedian /Ganti UYHD/Tambah UYHD dan LS seharusnya yang lebih banyak berperan adalah SKPD. Namun berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang Anggaran, Kepala Subbidang Anggaran dan Pembukuan, Kepala Subbidang Perbendaharaan dan Verifikasi serta staf verifikatur diketahui bahwa mekanisme untuk pertanggungjawaban masih mengikuti Kepmendagri 29/2002 dengan peran yang lebih banyak pada BPKD. Namun hal inipun tidak ditetapkan menjadi suatu prosedur tetap sehingga Sub Bidang Verifikasi hanya melaksanakan fungsi verifikasi berdasarkan kebiasaan.

Mekanisme pertanggungjawaban penerimaan kas tidak disusun dan dilakukan dengan jelas terbukti tidak adanya proses verifikasi atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diterima SKPD, yang disetorkan SKPD kepada Bendahara Penerimaan Setda, dan yang disetorkan oleh Bendahara Penerimaan Setda ke Kas Daerah. Demikian juga untuk Pendapatan Transfer yang diperoleh dari

Pemerintah Pusat dan Provinsi sehingga tidak diketahui secara pasti besar pendapatan yang diperoleh Pemerintah Kota Bima.

Dalam mekanisme pertanggungjawaban belanja, untuk Belanja LS pada saat pengajuan SP2D LS dilakukan melalui Bidang Anggaran yaitu Subbid Perbendaharaan dan Verifikasi dan Kuasa BUD, namun dokumen pendukung seperti kontrak dan lain-lain tidak disimpan oleh Kuasa BUD.

Pada Pembagian Tugas/Job Description BPKD yang ditandatangani oleh Kepala BPKD pada bulan Juni 2007 telah dibagi petugas verifikasi SPP, SPM dan SPJ per SKPD namun tidak ada arahan lebih lanjut tentang bagaimana cara dan apa saja dokumentasi yang dilaksanakan pada proses verifikasi. Hal ini berakibat sub bidang verifikasi tidak membuat dan memiliki pemantauan atas penerimaan SPJ, durasi (lama pelaksanaan verifikasi) & kertas kerja verifikasi dan hasil pengesahan SPJ dengan memadai sehingga sampai dengan berakhirnya pemeriksaan tidak diketahui apakah semua SPJ TA 2007 sudah disahkan. Hal ini juga dibenarkan oleh Kepala Subbidang Perbendaharaan dan Verifikasi Soegiarto dalam keterangan tertulisnya.

Pembagian tugas untuk pelaksanaan verifikasi di atas juga tidak sepenuhnya dipatuhi, dengan adanya Kepala Subbidang Akuntansi dan Pelaporan yang juga melakukan tugas verifikasi atas SPJ BPKD. Dari wawancara diketahui bahwa hal tersebut dilakukan dari inisiatif Kepala Subbidang Akuntansi dan disetujui oleh Kepala BPKD dengan dikeluarkannya memo disposisi tanggal 2 April 2007.

Berdasarkan catatan pada Buku Register serta hasil konfirmasi tertulis dari seluruh staf Verifikatur diketahui bahwa beberapa Pengesahan SPJ atas beberapa SKPD tidak diberi nomor dan dicatat dalam Buku Register sehingga tidak ada nomor pengesahan pada Lembar Pengesahan SPJnya. Hal ini terjadi karena staf verifikatur tidak memiliki prosedur tetap untuk verifikasi dan tidak mendapat arahan dari Kepala Subbidang Verifikasi dan Kepala Bidang Anggaran. Rekapitulasi Pengesahan SPJ yang berisi informasi tanggal dan nomor pengesahan SPJ pada Lampiran 2.

Hasil konfirmasi dengan staf verifikatur yang bertanggungjawab atas SPJ SKPD Kantor Penghubung atas nama Asep Surya Rahman dan Bendahara Pengeluran SKPD Kantor Penghubung atas nama Arisman Indah diketahui bahwa SPJ Kantor Penghubung untuk bulan Juli hingga Desember 2007 disahkan oleh Kepala BPKD tanpa melalui proses verifikasi sehingga total belanja yang disajikan sebesar Rp433.672.197,00 tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal ini juga dibuktikan dengan bukti setor pajak SSP yang kesemuanya (Januari sd Desember 2007) disetorkan pada bulan Maret 2008.

Lebih lanjut dari prosedur audit juga diketahui SPJ Sekretariat Kota untuk bulan Juli hingga Nopember 2007 disahkan oleh Kepala BPKD tanpa melalui proses verifikasi serta SPJ Desember Sekkota belum disahkan sehingga Total Belanja yang disajikan pada LRA sebesar Rp34.763.679.208,00 dengan Sisa UUDP Rp6.000,00 tidak dapat diyakini kewajarannya hal ini juga dibuktikan dengan adanya Sisa UYHD pada draft Pengesahan SPJ Sekretariat Kota bulan Desember 2007 (hingga berakhirnya pemeriksaan belum disahkan) terdapat Sisa UYHD Rp1.100.000.000,00 yang tidak dikuasai Bendahara Pengeluaran karena sudah dikeluarkan namun tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Bagian pengesahan SPJ (Kepala BPKD) juga tidak memiliki pengendalian atas SPJ yg disahkan apakah telah melalui verifikasi atau tidak. Konfirmasi lebih lanjut dengan Kepala BPKD tidak dapat dilakukan karena Kepala BPKD jarang berada ditempat.

produk dari Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) selaku badan pelaksana dibawah PPKD. Dalam pelaksanaannya Pemerintah Kota Bima menjalin kerja sama dengan BPKP Perwakilan Bali yang sudah berjalan selama lima tahun sejak tahun 2003 dan berakhir 30 September 2008 sesuai Naskah Kerja Sama No356/37/X/2003 dan 6758/PW22/3/2003 tanggal 4 Oktober 2003 tentang Asistensi Penyusunan Renstra, LAKIP, Laporan Keuangan Daerah serta Laporan Pertanggungjawaban Tahunan Kepala Daerah. Namun pada kenyataannya dari wawancara /konfirmasi tertulis dengan semua pejabat di BPKD dan petugas input data ke komputer diketahui bahwa hampir semua pejabat tidak mengetahui substansi Laporan Keuangan baik LRA, LAK maupun Neraca per 31 Desember 2007 dan tidak dapat menjelaskan mutasi LKPD tahun 2006 menjadi LKPD tahun 2007. Demikian pula dengan petugas input data ke Sistem juga tidak tahu substansi LKPD sebagai hasil akhir dari data yang diinput ke dalam Sistem Aplikasi.

BPKD dalam hal ini Subbidang Anggaran dan Pembukuan dan Sub Bidang Akuntansi dan Pelaporan sama sekali tidak membuat suatu produk akuntansi, baik Jurnal, Buku Kas Umum, Buku Besar ataupun Laporan Keuangan. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa LKPD dibuatkan oleh BPKP dengan bantuan software Aplikasi Pembukuan SKPKD Kota Bima berbasis Microsoft Access, pemda hanya menginput tanpa tahu alur logika akuntansi sehingga belum bisa menjelaskan kepada BPK terhadap sebagian besar substansi LKPD.

BPKD tidak dapat menjelaskan lebih jauh tentang software tersebut, BPKD juga tidak memiliki manual untuk pengoperasian dan alur logika dari cara kerja software tersebut sehingga tidak diketahui sejak kapan software tersebut dimiliki dan digunakan. Dari penelusuran dokumen dan wawancara dengan tenaga input data diperoleh draft SK Walikota tentang Pembentukan Panitia Penyusunan Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Bima TA 2007 yang terdiri dari tiga tim yaitu Tim Pembina (sembilan orang) yang dipimpin oleh Walikota, Tim Pelaksana (23 orang) yang dipimpin Kepala Bidang Anggaran selaku penanggungjawab dan Tim Pendamping dari BPKP Perwakilan Bali, dan draft SK Walikota tentang Tenaga Operator Komputer SIKDA. Kedua draft SK tersebut sudah ditandatangani oleh Walikota dan sudah melalui proses verbal di Bagian Hukum.

Lebih lanjut diketahui bahwa pada SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bima belum ada sistem dan prosedur akuntansi yang terkomputerisasi ataupun manual. SKPD hanya membuat BKU dan menyusun Pengesahan SPJ untuk diajukan ke BPKD.

d. Kelemahan SPI atas Penyusunan Laporan Keuangan Daerah

Selain masih terdapat kelemahan pada SPI atas Aplikasi Pembukuan sebagai tulang punggung penyusunan LKPD Kota Bima, perangkat / unit kerja pada BPKD juga tidak membuat catatan atau produk akuntansi sebagai pendukung sekaligus pembanding hasil Sistem Aplikasi Pembukuan. Kertas Kerja Penyusunan LKPD tidak terdokumentasikan. Sub bidang Akuntansi tidak berfungsi sama sekali, tumpang tindih dengan Sub bidang Pembukuan. Akibat dari SPI Penyusunan LKPD yang lemah dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk LKPD sebagai berikut: