• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Implikasi HOTS

Instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional untuk guru bidang studi Bahasa Indonesia tingkat SMP mengimplikasikan soal berbasis HOTS. Berpikir tingkat tinggi dalam taksonomi Bloom mencakup ranah kemampuan untuk menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan membuat (C6). Menurut peneliti, kemampuan C6 kurang tepat dinilai menggunakan soal berbentuk pilihan ganda, meskipun tidak menutup kemungkinan dapat menggunakan pilihan ganda. Berikut ini implikasi HOTS pada instrumen yang dikembangkan.

Gambar 4.16 Implikasi C4

Gambar 4.16 merupakan penerapan dari kemampuan berpikir C4 menganalisis. Berdasarkan instrumen pada gambar di atas, peserta tes diarahkan untuk menganalisis dan menentukan pola hubungan antara bagian tiap struktur informasi. Peserta tes perlu menentukan pola hubungan antara penggunaan media pembelajaran dengan keterlibatan dari peserta didik. Selain mengimplikasikan kemampuan berpikir C4, instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru jiga mengimplikasikan kemampuan berpikir C5.

Gambar 4.17 Implikasi C5

Kemampuan berpikir C5 merupakan tahap mengevaluasi, berdasarkan gambar 4.16 dapat dimaknai bahwa peserta tes dirahkan untuk memeriksa. Peserta tes diharapkan mampu mengecek dan menentukan bagian yang salah terhadap proses atau pada sebuah pernyataan. Peserta tes perlu menerapkan pengetahuan mengenai ragam bahasa khususnya ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan dalam bidang hukum. Selain itu, pesert tes juga harus memiliki pengetahuan mengenai unsur pembangun sebuah kalimat.

3. Pengemasan

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru bidang studi Bahasa Indonesia tingkat SMP. Adapaun instrumen yang dikembangkan berjumlah 40 butir soal dengan 4 alternatif jawaban. Insturmen yang telah divalidasi dan telah melalui tahap revisi sesuai arahan validator selanjutnya akan diujicobakan. Berdasarkan pengalaman uji coba menggunakan Googleform, peneliti menemukan beberapa hal yang membuat penyajian instrumen belum maksimal. Oleh karena itu, peneliti memilih merevisi dengan mengganti platform. Instrumen penilaian kompeyensi pedagogik dan kompetensi profesioal dikemas dalam platfrom ProProfs yakni situs yang dapat diakses secara online. Proprofs merupakan perangkat lunak menyedia layanan untuk kuis, tes, pembuatan survei, dan lain sebagainya. Platform ini memiliki keunggulan dalam redaksi penyusunan soal/instrumen. Peneliti dapat menyesuaikan kebutuhan redaksi soal seperti penggunaan kata miring, dan menggunakan video/gambar sebagai ilustrasi.

Gambar 4. 18 Tampilan awal platform ProProfs

Gambar di atas merupakan tampilan awal dari platform ProProfs yang menampilkan mengenai judul penilaian, jumlah soal, dan peserta tes harus memasukkan nama beserta email sebelum memulai tes. Setelah melakukan pengisian data diri peserta tes dapat langsung mengisi instrumen yang telah tersedia.

Gambar 4.19 Tampilan penyajian instrumen

Gambar di atas merupakan tampilan penyajian instrumen yang telah dikembangkan. Peserta ujian dapat memberikan jawaban dengan memilih option yang telah tersedia. Setelah memberikan jawaban, peserta tes dapat menekan tombol

“next” guna memperoleh soal berikutnya. Terdapat kelebihan dari platform ProProfs yakni dapat mengetahui mana jawaban yang benar dan yang salah.

Gambar 4.20 Koreksi jawaban yang salah

Pada gambar tersebut, peserta tes dapat mengetahu jawaban yang diberikan salah atau benar. Hal ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran dalam meningkatkan kompetensi peserta tes. Selain itu, terdapat pemberian skor akhir sehingga peserta tes dapat mengetahui sejauh mana kemampuannya. Berikut tampilanya.

Gambar 4.21 Informasi skor peserta tes

Pada akhir, peserta tes memperoleh informasi mengenai skor yang diperolah, waktu pengerjaan, jumlah soal yang tidak dijawab, jumlah jawaban benar dan jumlah jawaban yang salah. Penggunaan platform ProProfs dapat digunakan sebagai wdah dari instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesioal guru bidang studi Bahasa Indonesia.

BAB V KESIMPULAN

Pada bab ini dipaparkan tiga hal sebagai penutup, yakni kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Berikut ini penjabaran ketiga hal tersebut.

5.1 Simpulan

Berdasarkan proses penelitian dan pengembangan yang telah dilakuka, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Pengembangan instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru mapel Bahasa Indonesia tingkat SMP dikemas dalam bentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk mengembangkan produk, yakni (1) analisis kebutuhan, (2) desain dan pembuatan produk, (3) validasi desain dan produk (4) revisi desain dan produk, (5) uji coba lapangan, (6) revisi produk dan penyempurnaan.

Peneliti melaksanakan analisis kebutuhan melalui penyebaran kuesioner. Guru berpendapat bahwa perlu adanya soal untuk latihan sebelum mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG). Adapaun aspek yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen penilain meliputi tiga aspek, yakni kebahasaan, materi, dan konstruk. Untuk ilustrasi soal selain teks dapat menggunakan video dan gambar. Berdasarkan analisis kebutuhan tersebut, peneliti selanjutnya menyusun desain yang berupa kisi-kisi dan produk yang berupa instrumen penilain. Kisi-kisi soal terdiri dari standar kompetensi guru (kompetensi inti dan kompetensi guru mapel), indikator esensial, indikator soal, jumlah butir soal, dan level berpikir. Standar Kompetennsi Guru terdiri dari Kompetensi Inti dan Kompetensi Guru mapel yang diturunkan dari Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Bab II ayat 4 dan ayat 7 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Produk yang dikembangkan dikemas dalam bentuk soal objektif pilihan ganda 40 butir dengan empat alternatif jawaban dengan mengimplikasikan HOTS. Berdasarkan hasil validasi konstruk dan validasi isi produk dinyatakan valid oleh validator. Dengan kata lain produk yang dikembangkan layak untuk diujicobakan. Uji coba dilakukan secara dalam jaringan (online) dengan menggunakan Googleform dengan 24 peserta tes. Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan aplikasi program Anates versi 4.0.

Analisis butir soal dalam penelitian ini mencakup reabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan efektivitas pengecoh.

2. Instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan profesional untuk guru Bahasa Indonesia tingkat SMP dikembangkan layak untuk digunakan sebagai saranan latihan guru. Hal ini dapat ditinjau dari hasil analisis reabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan efektivitas pengecoh. Hasil analisis reliabilitas tes diperoleh skor 0,61. Penggolongan reliabilitas dalam penelitian ini mengadaptasi dari Sundayana, skor yang berada pada rentang 0.60 ≤ r < 0.80 diinterpetasikan reliabel. Dengan kata lain instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru yang dikembangkan reliabel. Untuk tingkat kesukaran instrumen penilaian yang dikembangkan menunjukkan 12 butir soal tergolong mudah (30%), 18 butir soal tergolong sedang (45%), dan 10 butir soal tergolong sukar (25%). Untuk daya beda instrumen peniilaian kompeensi pedagogik dan kompetensi pedagogik yang dikembangkan adalah 7 butir soal (17,5%) lemah, 14 butir soal (35%) cukup, 16 butir soal (40%) baik, dan 3 butir

soal (7,5%) sangat baik. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian yang dikembangkan memiliki daya beda yang baik. Hal ini dikarenakan mayoritas soal berada pada interpretasi baik dan sangat baik.

Selanjutnya efektivitas pengecoh pada alternatif jawaban memperoleh hasil dengan jumlah jumlah 3 butir (2,5%) kurang baik, 63 butir (52,5%) baik, dan 54 butir (45%) sangat baik. Dapat diartikan bahwa pengecoh yang disusun efektif.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Produk instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru mapel Bahasa Indonesia tingkat SMP yang telah dikembangkan dalan penelitian ini memiliki keterbatasan. Adapun keterbatasan penelitian diuraikan sebagai berikut.

1. Adapun hal yang perlu diperhatikan adalah instrumen ini hanya diujicobakan sekali. Mengingat waktu peneliti yang terbatas dan penyesuaian waktu guru sebagai peserta tes, mengingat penelitian ini merupakan penelitian individu.

2. Instrumen penilaian yang dikembangkan kurang mengintegrasikan materi TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge). Pengetahuan TPACK saat ini sangat relevan dan dibutuhkan oelh guru untuk keberhasilan integrasi teknologi dalam pengajaran. Mengingat kemajuan penggunaan teknologi dalam pendidikan dan kebutuhan pembelajaran dalam jaringan saat pandemi virus Covid-19.

3. Sarana uji coba masih kurang efektif. Hal ini dikarenakan peneliti menggunakan Googleform sebagai sarana uji coba. Penggunan Googleform tidak dapat

membatasi durasi pengerjaan soal. Selain itu, Googleform tidak dapat menggunakan enter sebagai pemisah antara ilustrasi dengan pernyataan soal.

5.3 Saran

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengintegrasikan pengetahuan TPACK dalam instrumen penilaian. Selian itu, perlu adanya pemilihan sarana dalam uji coba. Akan lebih baik apabila instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru dapat dikemas dalam bentuk aplikasi atau website.

Dengan menggunakan aplikasi atau website dapat menyertakan pembahasan tiap butir soal dan pembatasan durasi pengerjaan soal. Dengan demikian instrumen yang dikembangkan benar-benar melatih guru sebelum mengikuti UKG.

122