• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL UNTUK GURU BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA TINGKAT SMP TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL UNTUK GURU BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA TINGKAT SMP TESIS"

Copied!
223
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN

KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL UNTUK GURU BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA TINGKAT SMP

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Magister

Oleh

Etheldredha Tiara Wuryaningtyas 171232011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM MAGISTER

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(2)

i

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN

KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL UNTUK GURU BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA TINGKAT SMP

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Magister

Oleh

Etheldredha Tiara Wuryaningtyas 171232011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM MAGISTER

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(3)

TESIS

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN

KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL UNTUK GURU BIDANG STUD I BAHASA INDONESIA TING KAT SMP

Diajukan oleh:

Etheldredha Tiara Wuryaningtyas 171232011

~

A (A ~~

~

"') . ~ = -

Dosen Pembimbing I

I. t:> /' ~ Q

S..:,

Dosen Pembimbing II

Dr. B. Widharyanto, M.Pd.

II

-i :i)

l'J

tanggal 08 Desember 202 l

(4)

PENGEMBANGAN lNSTRUMEN PENILAIAN

KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESlONAL UNTUK GURU BlDANG STUDl BAHASA INDONESIA TlNGKAT SM"P

Ketua

Sekretaris

Anggota I

Dipersiapkan dan disusun oleh:

ETHELDREDHA TIARA WURYANlNGTYAS NIM: 171232011

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 15 Desember 2021 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susuoao Dewan Peoguji

Nama Leogkap ( Taoda Tangao

Dr. R. Kunjana Rahardi, M. Hum.

Dr. R. Kunjana Rahardi, M. Hum.

-

Dr. Yuliana Setyaningsih, M. Pd

Aoggota Il Dr. B. Widharyanto, M. Pd.

d . --1..·•:.\

Anggota Ill Prof. Dr. Pranowo, M. P . 1 ., ,-,.. •

Yogyakarta, 15 Desember 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

. ohanes Harsoyo, , M.Si ..

iii

(5)

iv MOTTO

Marilah bersyukur kepada Tuhan, Allah kita -TPE-

Orang yang lemah akan balas dendam Orang yang kuat akan memaafkan Orang yang pintar akan mengabaikan -Albert Einstein-

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus beserta bunda Maria, karya ini saya persembahkan kepada bapak Eka Purwantara dan ibu Transilia Sri Lestari

Sulasmi

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa TESIS yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya tulis ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam tesis ini, maka saya bersedia menanggung segala sangsi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 15 Desember 2021 Penulis

Etheldredha Tiara Wuryaningtyas

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Etheldredha Tiara Wuryaningtyas

Nomor Mahasiswa : 171232011

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL UNTUK GURU

BAHASA INDONESIA TINGKAT SMP

Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 15 Desember 2021 Yang menyatakan,

Etheldredha Tiara Wuryaningtyas

(8)

vii ABSTRAK

Wuryaningtyas, Etheldredha Tiara. 2020. Pengembangan Instrumen Penilaian Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional untuk Guru Bahasa Indonesia Tingkat SMP. Tesis. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Magister, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Setiap guru diharuskan untuk mengembangkan kompetensinya secara terus- menerus dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawab secara profesional.

Untuk mengetahui sejauhmana penguasaan komptensi yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan perlu adanya penilaian. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengembangkan instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan tujuh tahap, yakni (1) analisis kebutuhan, (2) desain dan pembuatan produk, (3) validasi desain dan produk (4) revisi desain dan produk, (5) uji coba lapangan, (6) analisis hasil uji coba, (7) revisi produk dan penyempurnaan. Teknik pengumpulan data awal yang digunakan adalah kuesioner dengan jumlah responden 30 guru mapel Bahasa Indonesia yang terdiri dari tiga aspek, yakni kebahasaan, materi, dan konstruk.

Subjek uji coba guru mapel Bahasa Indonesia tingkat SMP di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Analisis butir soal dalam penelitian ini menggunakan aplikasi Anates versi 4.0 yang meliputi reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa instrumen yang dikembangkan layak digunakan dengan hasil reliabilitas 0,61 yang berarti reliabel.

Untuk tingkat kesukaran penilaian yang dikembangkan menunjukkan 12 butir soal tergolong mudah (30%), 18 butir soal tergolong sedang (45%), dan 10 butir soal tergolong sukar (25%). Daya pembeda instrumen penilaian kompeensi pedagogik dan kompetensi pedagogik yang dikembangkan adalah 7 butir soal (17,5%) lemah, 14 butir soal (35%) cukup, 16 butir soal (40%) baik, dan 3 butir soal (7,5%) sangat baik. Selanjutnya efektivitas pengecoh pada alternatif jawaban memperoleh hasil dengan jumlah jumlah 3 butir (2,5%) kurang baik, 63 butir (52,5%) baik, dan 54 butir (45%) sangat baik. Dapat diartikan bahwa pengecoh yang disusun efektif.

Melihat hasil dari analisis instrumen penilaian yang dikembangkan layak untuk digunakan.

Kata Kunci: pengembangan instrumen penilaian kompetensi guru

(9)

viii ABSTRACT

Wuryaningtyas, Etheldredha Tiara. 2020. Development of Pedagogic Competency Assessment Instruments and Professional Competencies for Indonesian Language Teachers at Junior High School. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Education, Masters Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

Every teacher is required to develop their competence continuously in the context of carrying out their duties and responsibilities professionally. To find out the extent of mastery of competencies related to improving the quality of education, an assessment is needed. This study aims to develop an instrument for assessing pedagogic competence and professional competence. The type of this research is development research with seven stages, namely (1) needs analysis, (2) product design and manufacture, (3) design and product validation (4) design and product revision, (5) field trial, (6) analysis of test results, (7) product revisions and improvements. The initial data collection technique used was a questionnaire with a total of 30 Indonesian language subject teachers consisting of three aspects, namely language, material, and construct. The subject of the trial was the Indonesian language subject teacher at the junior high school level in Gunungkidul Regency, Yogyakarta. The item analysis in this study used the Anates version 4.0 application which included reliability, level of difficulty, discriminatory power, and effectiveness of distractors. The results of this study indicate that the developed instrument is feasible to use with a reliability result of 0.61 which means reliable. For the level of difficulty of the assessment developed, it shows that 12 items are classified as easy (30%), 18 items are classified as moderate (45%), and 10 items are classified as difficult (25%). The distinguishing power of the pedagogical competence assessment instrument and the pedagogic competence developed is 7 items (17.5%) weak, 14 items (35%) sufficient, 16 items (40%) good, and 3 items (7.5%) very good.

Furthermore, the effectiveness of the distractor on the alternative answers obtained results with a total of 3 items (2.5%) bad, 63 items (52.5%) good, and 54 items (45%) very good. It can be interpreted that the designed distractors are effective.

Seeing the results of the analysis of the developed assessment instrument is feasible to use.

Keywords: teacher competency assessment instrument development

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Allah yang telah melimpahkan kuasa dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan judul Pengembangan Instrumen Penilaian Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional untuk Guru Bahasa Indonesia Tingkat SMP. Tesis ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar Magister pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Magister, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari tesis ini berhasil selesai karena bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu peneliti dengan caranya masing-masing.

1. Dr. R. Kunjana Rahardi, M. Hum. selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah mendampingi, memberikan arahan, dan memberikan banyak ilmu secara akademis selama peneliti menempuh Pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar membimbing, memotivasi, memberikan saran, dan masukan yang membangun kepada peneliti dalam proses penyusunan tesis hingga selesai.

3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan arahan, masukan, dan motivasi yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

4. Segenap dosen Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan wawasan dan bekal ilmu

(11)

x

serta pengalaman yang sangat berharga kepada penulis selama berkuliah di Program Studi ini.

5. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. selaku dosen validator isi dan Dr. Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S. Pd., M.Si. selaku dosen validator konstruk yang telah berkenan dan bersedia melungkan waktu serta tinjauan mendalam pada desain dan produk yang telah disusun.

6. Bapak Suprapto, M.Pd. selaku ketua MPMP Bahasa Indonesia Kabupaten Gunungkidul yang telah membantu dan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan uji coba instrumen.

7. Guru-guru mapel Bahasa Indonesia tingkat SMP Kabupaten Gunungkidul yang telah berperan serta dan bersedia meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

8. Bapak Nicolaus Widiastoro yang dengan sabar memberi bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan segala urusan administratif selama perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.

9. Kedua orang tuaku, bapak Eka Purwantara dan ibu Transilia Sri Lestari Sulasmi yang selalu mendoakan, mendukung, dan memberikan motivasi tanpa henti saat penulis putus asa.

10. Kedua adikku, Galuh Wuryaningtyas dan Dhias Geovan Nirbitha Mbawung yang dengan tulus mendukung dan memberi penghiburan tanpa henti.

11. Kepada teman-teman S2 Angkatan 2017/2018 Genap dan Ganjil tanpa terkecuali terima kasih telah memberikan pengalaman yang sangat berharga.

12. Semua pihak yang turut membantu penulis dan menyelesaikan tesis ini.

(12)

xi

13. Terakhir tapi bukan akhir, saya ingin berterima kasih kepada diri saya karena kuat melakukan semua ini dan masih bertahan hingga detik ini.

Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, demikian dengan tesis ini masih terdapat banyak kekurangan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 15 Desember 2021

Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR SKEMA ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Spesifikasi Produk ... 7

1.6 Batasan Istilah ... 8

1.7 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Kajian Teori ... 10

2.1.1 Kompetensi Guru ... 10

2.1.1.1 Kompetensi Pedagogik ... 12

(14)

xiii

2.1.1.2 Kompetensi Profesional ... 23

2.1.1.3 Kompetensi Sosial ... 31

2.1.1.4 Kompetensi Kepribadian ... 33

2.1.2 Penilaian ... 36

2.1.2.1 Instrumen Penilaian ... 38

2.1.2.2 Penilaian HOTS ... 40

2.2 Kerangka Berpikir ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 52

3.1 Jenis Penelitian ... 52

3.2 Model Pengembangan ... 53

3.3 Prosedur Pengembangan ... 55

3.4 Desain Uji Coba ... 61

3.5 Subjek Uji Coba ... 61

3.6 Data dan Sumber Data ... 62

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 63

3.8 Instrumen Penilaian ... 64

3.9 Teknik Analisis Data ... 66

3.7.1 Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 66

3.7.2 Analisis Butir Soal ... 67

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

4.1 Hasil Penelitian ... 73

4.1.1 Paparan Analisis Kebutuhan ... 73

4.1.2 Desain dan Pembuatan Produk ... 78

4.1.3 Validasi Desain dan Produk ... 81

4.1.4 Revisi Desain dan Produk ... 96

4.1.5 Uji Coba Lapangan ... 98

4.1.6 Analisis Hasil Uji Coba ... 99

4.1.7 Revisi Produk dan Penyempurnaan ... 105

4.2 Pembahasan Produk ... 106

4.2.1 Kesesuaian Produk ... 106

(15)

xiv

4.2.2 Hasil Penelitian dan Pengembangan ... 109

BAB V KESIMPULAN ... 118

5.1 Simpulan ... 118

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 120

5.3 Saran ... 121

DAFTAR REFERENSI ... 122

LAMPIRAN ... 131

BIODATA PENULIS ... 203

(16)

xv

DAFTAR TABEL

2.1 Level kognitif dan indikator kognitif HOTS ... 41

3.1 Karakteristik Subjek Uji Coba ... 52

3.2 Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 54

3.3 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Konstruk Produk ... 55

3.5 Kriteria Respon Kuesioner ... 56

3.6 Kriteria Reliabilitas Instrumen Penilaian ... 60

3.7 Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 61

3.8 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal ... 61

3.9 Kriteria Indeks Butir Soal ... 62

4.1 Rekapitulasi Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 65

4.2 Rekapitulasi Hasil Validasi Konstruk Aspek Kebahasaan ... 76

4.3 Rekapitulasi Konstruk Aspek Materi ... 79

4.4 Rekapitulasi Validasi Konstruk Aspek Konstruksi ... 82

4.5 Pemerolehan Skor Guru ... 89

4.6 Tingkat Instrumen Penilaian ... 91

4.7 Tingkat Daya Beda Instrumen ... 92

4.8 Penyebaran Kualitas Pengecoh ... 93

4.9 Indeks Efektivitas Pengecoh ... 94

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

3.1 Tampilan Awal Program Anates Versi 4.0 ... 68

3.2 Tampilan Dialog Box Informasi Jawaban Subjek ... 69

3.3 Tampilan Data untuk Dianalisis ... 69

3.4 Tampilan Data Setelah Diinput ... 70

4.1 Susunan Kisi-kisi Soal ... 79

4.2 Instrumen Dengan Stimulus Teks ... 80

4.3 Instrumen Dengan Stimulus ... 81

4.4 Instrumen Awal ... 96

4.5 Instrumen Hasil Revisi ... 96

4.6 Instrumen Awal (2) ... 97

4.7 Instrumen Hasil Revisi (2) ... 97

4.8 Instrumen Awal (3) ... 97

4.9 Instrumen Hasil Revisi (3) ... 97

4.10 Instrumen Sebelum Direvisi ... 105

4.11 Instrumen Setelah Direvisi ... 105

4.12 Instrumen dengan Stimulus Teks Berita ... 111

4.13 Instrumen dengan Stimulus Teks Cerpen ... 111

4.14 Instrumen dengan Stimulus Video ... 112

4.15 Instrumen dengan Stimulus Video (2) ... 113

4.16 Implikasi C4 ... 114

1.17 Implikasi C5 ... 114

4.18 Tampilan Awal Platform ProProfs ... 116

4.19 Tampilan Penyajian Instrumen ... 116

4.20 Koreksi Jawaban yang Salah ... 117

4.21 Informasi Skor Peserta Tes ... 117

(18)

xvii

DAFTAR GRAFIK

4.1 Hasil Validasi Isi Desain Penngembangan ... 84 4.2 Validasi Isi Produk Pengembangan ... 85

(19)

xviii

DAFTAR SKEMA

2.1 Kerangka Berpikir Penelirian ... 51 3.1 Langkah Penelitian dan Pengembangan Sugiyono ... 54 3.2 Langkah Penelitian dan Pengembangan Hasil Modifikasi ... 55

(20)

BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama ini, peneliti memaparkan enam subbab. Keenam subbab tersebut terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, definisi istilah, dan sistematika penulisan. Berikut ini pemaparan dari tiap-tiap subbab tersebut.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitasnya. Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas pendidikan adalah guru. Guru adalah figur yang memegang peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan dunia pendidikan figur guru selalu terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Guru memiliki peran besar dalam proses meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini disebabkan guru merupakan garda terdepan pendidikan (Ardianingsih, dkk, 2017) yang berhadapan langsung dengan siswa (Shabir, 2015).

Guru sebagai garda terdepan pendidikan seharusnya meningkatkan kompetensinya.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008). Kompetensi pedagogik berkenaan dengan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaan, mulai dari perencanaan pembelajaran hingga tindak lanjut dari hasil penilaian. Kompetensi kepribadian berkenaan dengan nilai dan pola perilaku guru baik dengan sesama guru, siswa, dan masyarakat. Kompetensi sosial berkenaan dengan lingkungan sosial dari seorang guru. Kompetensi profesional seorang guru terkait dengan kemampuan

(21)

menjalankan profesi sebagai guru yang profesional. Kompetensi profesional juga berkaitan dengan kemampuan guru dalam menggunakan teknologi informasi.

Kompetensi-kompetensi tersebut perlu dipahami dan ditingkatkan oleh guru guna meningkatkan kualitas pendidikan.

Setiap guru diharuskan untuk mengembangkan kompetensinya secara terus- menerus dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawab secara profesional, didorong juga oleh perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat, perkembangan pemerintahan dan perubahan kurikulum pendidikan. Apakah tiap guru telah memenuhi kompetensi yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah tersebut? Untuk mengetahui kondisi penguasaan kompetensi yang dimiliki oleh guru, maka perlu dilakukan pemetaan kompetensi guru. Pemetaan ini sudah dilaksanakan oleh Pemerintah melalui Uji Kompetensi Guru (UKG). Dalam Pedoman Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (2015) disebutkan bahwasanya kompetensi yang diujikan pada uji kompetensi guru adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Dua kompetensi lainnya seperti kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dapat dinilai pada kegiatan penilaian kinerja guru (Mulyasa, 2013). Menurut peneliti, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial lebih tepat dinilai secara langsung praktik pelaksanaanya. Sedangkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional dapat dinilai secara tertulis dan praktik pelaksanaannya.

Kebijakan pemerintah mengadakan ujian kompetensi guru dimulai pada tahun 2012, hal ini merupakan salah satu usaha untuk melihat sejauhmana penguasaan komptensi yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan. Selain hal tersebut, UKG juga digunakan sebagai salah satu tahap untuk memperoleh sertifikasi (Yuhandono, 2019). Sertifikasi yang dianggarkan oleh pemerintah untuk menunjang

(22)

kesejahteraan guru. Uji Kompetensi Guru bertujuan untuk mengetahui peta penguasaan guru dalam kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.

Peta penguasaan kompetensi tersebut akan dijadikan acuan untuk pertimbangan dalam program pembinaan dan pengembangan profesi Guru. Hasil UKG dapat digunakan oleh pemerintah sebagai pemetaan kompetensi guru, sehingga bisa dibuat perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan. Uji Kompetensi Guru wajib dilaksanakan oleh guru PNS maupun bukan PNS. Pelaksanaan UKG melibatkan beberapa instansi, antara lain Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, LPMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dengan adanya UKG bagi guru-guru diharapkan mutu guru profesional sesuai dengan yang diharapkan oleh undang- undang. Pelaksanaan UKG berfokus pada identifikasi kemampuan guru dalam penguasaan kompetensi pedagogik dan profesional. Instrumen soal yang digunakan untuk mengukur tingkat kompetensi guru harus valid, reliabel, objektif, praktis, dan norma (Yusuf, 2011: 62).

Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Komisariat Departemen Pendidikan Sejarah Dadan Wildan Anas mengatakan bahwa hasil UKG menunjukkan, guru yang lulus dengan nilai minimal 80 hanya 30 persen.

Artinya, ada 70 persen guru yang tidak kompeten (Wulandari, n.d.). Banyaknya jumlah guru yang belum lulus dalam UKG perlu diperhatikan di tangani dengan serius. Selain dengan pendampingan, guru perlu mengembangkan dan mempersiapkan secara mandiri.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Warganegara, dkk. (2013) terdapat beberapa kendala mengenai pelaksanaan UKG diantaranya masalah redaksi soal yang menggunakan kata berbelit, konten soal banyak yang tidak sesuai antara

(23)

pertanyaan dan jawaban, kurangnya sosialisasi yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. (Yuswono, dkk, 2014) menambahkan bahwasanya dalam pelaksanaan UKG terdapat kendala seperti akses internet, waktu pelaksanaan UKG, kriteria penilaian UKG, isi materi UKG, bentuk soal UKG, dan tindak lanjut dari UKG.

Kendala yang terdapat dilapangan seperti soal yang menggunakan kata berbelit, konten soal banyak yang tidak sesuai antara pernyataan dan jawaban menjadi perhatian peneliti. Hamirul (2020) dalam penelitiannya menemukan bahwa permasalahan yang terjadi adalah guru yang memperoleh soal UKG tidak sesuai dengan kompetensi keahlian atau sertifikasi guru yang bersangkutan. Peneliti mencoba untuk mengembangkan instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan profesional bagi guru Bahasa Indonesia tingkat Sekolah Menengah Pertama.

Pengembangan instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional juga berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan terhadap guru Bahasa Indonesia tingkat SMP di Gunungkidul.

Hasil analisis kebutuhan terkait pengembangan instrumen penilaian kopetensi pedagogik dan kompetensi profesional adalah 50% menyatakan sangat setuju, 50%

menyatakan setuju, 0% tidak setuju dann 0% sangat tidak setuju. Skor nilai yang diperoleh pernyataan ini sebesar 105 dengan interpretasi sangat baik. Dapat diartikan bahwa, insturmen latihan diperlukan sebelum mengikuti UKG. Oleh karena itu, penelliti akan Menyusun instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru guna menjadi sarana berlatih guru. Instrumen yang dikembangkan tentu memperhatikan kebahasaan, materi, dan konstruk.

(24)

Instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan profesional yang dikembangkan diharapkan dapat digunakan sebagai sarana latihan sebelum mengikuti UKG yang diselenggarakan oleh pemerintah. Dengan melakukan latihan terlebih dahulu, diharapkan guru mengetahui sejauhmana kompetensi diri dan meningkatkan kompetensinya sehingga dapat lolos dalam UKG. Melihat bahwa hasil dari UKG dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam peningkatan kompetensi yang belum maksimal. Meningkatnya kompetensi guru dapat berimbas pada peningkatan kualitas pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana pengembangan instrumen penilaian untuk kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional untuk guru bidang studi Bahasa Indonesia tingkat SMP?

2. Bagaimana kualitas pengembangan instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional untuk guru bidang studi Bahasa Indonesia tingkat SMP?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Mengembangkan instrumen penilaian untuk kompetensi pedagogik dan profesional untuk guru Bahasa Indonesia tingkat SMP.

2. Mendeskripsikan kualitas instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan profesional untuk guru Bahasa Indonesia tingkat SMP.

(25)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat teoritis dan praktis dalam dunia pendidikan. Manfaat teoritis berkaitan dengan teoretis kajian pengembangan instrumen penilaian kompetensi pedagigik dan profesional guru Bahasa Indonesia.

Untuk manfaat praktis berkaitan dengan sumbangan aplikatif dari produk yang dikembangkan. Berikut ini pemaparan manfaat teoretis dan praktis penelitian ini.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini diharapkan menyumbang khazanah teori dalam penilaian khususnya instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan profesional bagi guru Bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian pengembangan dapat memberikan manfaat kepada guru dan Dinas Pendidikan.

a. Bagi Guru, sebagai tolak ukur dalam melihat kompotensi pedogogik dan kompetensi profesional yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan pembelajaran.

b. Bagi Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan kompetensi pedagogik dan profesional guru, khususnya guru Bahasa Indonesia. Kekurangan yang ditemukan setelah menggunakan produk hasil penelitian ini dapat memetakan kompetensi pedagogik dan profesional guru. Selanjutnya dapat direncanakan kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional guru.

(26)

1.5 Spesifikasi Produk

Penelitian pengembangan ini diharapkan mampu menghasilkan produk berupa instrumen penilaian berbasis web untuk kompetensi pedagogik dan profesional bagi guru Bahasa Indonesia. Isi dalam produk yang dikembangkan sebagai berikut:

1. Instrumen penilaian yang dikembangkan untuk menguji kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru bidang studi Bahasa Indonesia SMP.

2. Instrumen mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Bab II ayat 4 dan ayat 7; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.

3. Bentuk instrumen penilaian adalah tes objektif yang disajikan dalam bentuk pilihan ganda yang berjumlah 40 butir dengan 4 alternatif pilihan jawaban.

4. Instrumen memperhatikan tingkat berpikir dengan proporsi 22% Lower Order Thinking Skills dan 78% Higher Order Thinking Skils.

5. Instrumen yang dikembangkan 50% kompetensi profesional dan 50%

kompetensi pedagogik.

6. Proporsi kesukaran butir soal dibuat seimbang antara butir soal yang mudah, sedang, dan soal yang sukar. Perbandingannya secara proporsional 30% mudah, 50% sedang, dan 20% sukar.

7. Instrumen dikemas dalam bentuk platforms ProProfs yang dapat diakses dalam jaringan (online)

(27)

1.6 Batasan Istilah 1. Kompetensi

Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfat bagi diri dan lingkungannya.

2. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah pemahaman guru mengenai peserta didik serta pengelolaan atau pemanajemenan pembelajaran yang bermutu beserta penilaian yang berguna untuk mengetahui karakteristik peserta didik sehingga bisa mengetahui apa yang dibutuhkan dan diperlukan oleh peserta didik.

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesionalisme guru mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki oleh pendidik (guru) dalam menjalankan tugasnya sesuai bidang yang dikuasai dengan penuh tanggung jawab.

4. Penilaian

Penilaian dapat diartikan sebuah aktivitas pengumpulan dan pengolahan informasi yang dilaksanakan secara sistematis untuk pengambilan keputusan.

5. Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian merupakan alat untuk mengumpulkan data individu dari sebuah proses.

(28)

1.7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri lima bab. Bab I berisi mengenai pendahuluan yang terdiri latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, spesifikasi produk, manfaat penelitian, definisi isntilah, dan sistematika penyajian.

Bab II berisi mengenai landasan teori yang digunakan oleh peneliti, penelitian relevan yang diintegrasikan, dan kerangka berpikir. Untuk bab III membahas mengenai metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, model pengembangan, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan instrumen penelitian. Pada bagian IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Untuk bab V merupakan penutup yang berisikan kesimpulan, keterbatasan peneliti, dan saran bagi peneliti selanjutnya.

Pada bagian bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan hasil dari penelitian pengembangan. Bab enelitian, dan saram bagi penelanjutnya.

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab kedua ini, peneliti memaparkan dua subbab. Dua subbab tersebut terdiri dari kajian teori dan kerangka berpikir. Berikut ini pemaparan dari tiap-tiap subbab tersebut.

2.1 Kajian Teori

Kajian teori memuat teori-teori yang menjadi landasan penelitian dengan dilengkapi integrasi penelitian yang relevan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 1) kompetensi guru, 2) kompetensi pedagogik, 3) kompetensi profesional, 4) kompetensi sosial, 5) kompetensi kepribadian, 6) penilaian, 7) instrumen penilaian, dan 8) penilaian HOTS. Berikut penjabaran dari tiap teori yang digunakan.

2.1.1 Kompetensi Guru

Seorang guru perlu memiliki kompetensi dalam profesinya. Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfat bagi diri dan lingkungannya (Mulyasa, 2008; Musfah, 2011:29). Guru dituntut untuk selalu mengembangkan kompetensinya dalam menjalankan perannya sebagai seorang pendidik. Kompetensi guru memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Randi Tumbolon bahwa kompetensi guru memiliki pengaruh positif signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik (Tampubolon, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari dan Prasetyo memiliki kesimpulan yang sama bahwa kompetensi guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi peserta didik (Hapsari et al., 2017). Oleh

(30)

karenanya perlu dilakukannya pengukuran dan upaya meningkatkan kompetensi guru.

Selain itu guru perlu menyesuaikan apa yang dibutuhkan masyarakat dan jaman dalam hal ini yaitu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Hal tersebut dikarenakan kompetensi berkaitan dengan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan kerja baru, yang menuntut guru untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Untuk menilai kompetensi pendidik secara profesional terdapat beberapa indikator (Febriana, 2019:4), yakni mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik, mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat, mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan dengan tepat, mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah, dan mampu melaksanakan peran dan fungsi pembelajaran di kelas.

Tanggung jawab guru adalah mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya sehingga terjadi proses konservasi nilai, karena melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru (Mulyasa, 2008). Adapun tanggung jawab guru sebagai pendidik, yakni tanggung jawab moral, tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan, dan tanggung jawab dalam bidang keilmuan (Febriana, 2019:5-6).

Tanggung jawab inilah yang perlu diperhatikan oleh seorang guru. Untuk menciptakan sebuah karakter pada peserta didik dan pembelajaran yang bermutu.

Kompetensi bersifat personal, kompleks, dan merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan berbagai potensi. Potensi tersebut mencakup pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan

(31)

profesi tertentu. Hal ini juga berkenaan dengan bagian – bagain yang dapat diaktualisasikan dalam bentuk tindakan atau kinerja. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diwujudkan dengan tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran (Febriana, 2019:9). Komptensi yang harus dimiliki oleh guru tercantum dalam Peraturan No 74 tahun 2008 bab II Kompetensi dan Sertifikasi pasal 3 ayat 2 yakni meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

2.1.1.1 Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan pemahaman terhadap peserta didik, pengelolaan pembelajaran yang mendidik, dan dialogis (Akbar, 2021). Pedagogik dapat dipandang sebagai proses yang bertujuan untuk membimbing peserta didik melalui kegiatan kegiatan yang mendidik.

Kompetensi pedagogik guru ditandai dengan kemampuannya menyelenggarakan dan mengelola proses pembelajaran yang bermutu (Asmani, 2009: 65; Ramayulis, 2013:

90). Pembelajaran yang bermutu adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat peserta didik senang (Dick & Raiser dalam Purnama, 2018).

Pembelajaran yang bermutu akan memudahkan peserta didik untuk belajar sesuatu terkait dengan fakta, keterampilan, konsep, dan nilai yang dapat diaplikasikan pada dunia nyata atau kontekstual.

Dari uraian tersebut, maka dapat dipahami bahwa kompetensi pedagogik adalah pemahaman guru mengenai peserta didik serta pengelolaan atau

(32)

pemanajemenan pembelajaran yang bermutu beserta penilaian yang berguna untuk mengetahui karakteristik peserta didik sehingga bisa mengetahui apa yang dibutuhkan dan diperlukan oleh peserta didik. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan pemahaman terhadap peserta didik, pengelolaan pembelajaran yang mendidik, dan dialogis (Akbar, 2021). Pedagogik dapat dipandang sebagai proses yang bertujuan untuk membimbing peserta didik melalui kegiatan kegiatan yang mendidik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rusminah & Rahayu Tresna Dewi (2019) bahwa terdapat hubungan antara kompetensi pedagogik dengan kinerja mengajar guru. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai sig 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti ada hubungan sinifikan. Secara lebih rinci terdapat 7 inti kompetensi pedagogik guru mata pelajaran (Irwantoro &

Suryana, 2016) sebagai berikut.

1. Menguasai karakteristik peserta didik

Komptensi inti yang pertama menuntut guru untuk menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Guru perlu memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, hingga latar belakang sosialbudaya dari peserta didiknya. Guru perlu mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Selain itu, guru perlu memperhatikan pengetahuan awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Seorang guru juga perlu mengindentifikasi kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik.

Melakukan pemahaman terhadap pemelajar diharapkan guru mampu mendidik sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik (Dodi, 2016). Guru perlu

(33)

mempertimbangkan tahapan perkembangan kognitif dari peserta didik. Berkenaan dengan pemilihan dan penetapan teknologi pengenalan atas gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik perlu dilakukan. Mengenal gaya belajar akan membantu guru untuk memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai dan memudahkan peserta didik dalam menerima informasi (Cahyani, 2016). Dengan demikian pembelajaran akan lebih efektif dan peserta didik dapat dengan mudah menerima materi pembelajaran.

Menguasai karakterisitik peserta didik berhubungan dengan kemampuan guru dalam memahami kondisi peserta didik, peserta didik dalam dunia pendidikan saat ini merupakan subyek dalam proses pembelajaran. Peserta didik memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya baik dari segi minat, bakat, motivasi, daya serap mengikuti pelajaran, tingkat perkemangan, tingkat inteligensi, dan memiliki perkembangan sosial tersendiri (Janawi, 2012: 67).

2. Menguasai teori belajar dan prinsip - prinsip pembelajaran yang mendidik.

Untuk kompetensi inti guru yang kedua mengharapkan guru menguasai teori belajar dan prinsip - prinsip pembelajaran yang mendidik. kompetensi ini guru perlu memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Selain itu, guru perlu menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu. Pendekatan dan metode pembelajaran yang dipilih relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai atau kompetensi harus dikuasai peserta didik, memudahkan pemahaman peserta didik, dan sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan

(34)

psikomotor peserta didik. Misal penggunaan pendekatan pembelajaran saintifik maka metode yang sesuai dan dapat digunakan seperti pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran penemuan (discovery learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dan metode lain yang relevan (Sani, 2014). Guru dituntut untuk dapat memadukan pendekatan dengan metode supaya selaras dalam memaksimalkan pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Guru juga harus menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran dikarenakan peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik yang berbeda- beda membutuhkan perhatian dan pendekatan yang berbeda pula. Walaupun sistem pendidikan masih menerapkan sistem klasikal, namun guru dituntut untuk memberikan perhatian tertentu pada anak didiknya dalam proses pembelajaran (Janawi, 2012: 69). Pemberian perhatian kepada peserta didik merupakan salah satu cara untuk memberikan rasa percaya dan nyaman terhadap guru.

3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu Pada kompetensi inti ketiga guru harus mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Kurikulum merupakan seluruh pengalaman yang dialami anak di bawah pengawasan sekolah (Eisner, 2002: 26). Kurikulum memberikan gambaran yang jelas mengenai tujuan yang ingin dicapai, materi pembelajaran, program pembelajaran yang akan dilakukan, dan kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan (Shofiyah, 2018).

Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh guru seperti memahami prinsip - prinsip pengembangan kurikulum. Meskipun demikian, guru juga harus memperhatikan

(35)

proses pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum mencakup tiga hal (Miller & Seller, 1985: 12), yakni (1) menyusun tujuan umum dan tujuan khusus, (2) mendeskripsikan materi yang tepat, dan (3) memilih strategi belajar mengajar.

Guru perlu untuk memahami dan mengusai ketiga hal tersebut.

Prinsip umum pengembangan kurikulum adalah relevansi, fleksibilitas, kesinambungan, kepraktisan dan efektivitas. Prinsip khusus pengembangan kurikulum adalah berkaitan dengan tujuan pendidikan, prinsip yang berkaitan dengan pemilihan konten pendidikan, prinsip yang berkaitan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip yang berkaitan dengan pemilihan media dan alat belajar, dan prinsip yang berkaitan dengan pemilihan kegiatan penilaian (Shofiyah, 2018). Selain itu, guru perlu menentukan tujuan pembelajaran yang diampu.

Guru juga harus menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu. Seorang guru juga perlu untuk memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. Kriteria khusus pemilihan dan penyajian bahan ajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menyangkut landasan konseptual pemilihan dan penyajian bahan ajar mata pelajaran bahasa Indonesia yang meliputi kriteria keilmuan bahasa dan sastra Indonesia, kriteria ilmu pendidikan dan keguruan, serta kriteria keterbacaan bahan ajar (Romansyah, 2016). Hal tersebut berkenaan dengan penataan materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik.

Guru juga harus mengembangkan indikator dan instrumen penilaian. Instrumen penilaian merupakan suatu alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang individu (Arikunto, 2002; Marpadi, 2007). Melalui instrumen

(36)

tes dapat diketahui mengenai informasi dari individu yang bersangkutan. Dalam perkembangannya penilaian tidak hanya mengukur hasil belajar, namun yang lebih penting adalah bagaimana penilaian mampu meningkatkan kompetensi peserta didik. Oleh karenanya hasil penilaian dapat digunakan sebagai dasar dalam memperbaiki kualitas pembelajaran yang berdampak pada peningkatan kompetensi peserta didik.

4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

Kompetensi inti keempat berkenaan dengan kegiatan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Tiap guru mata pelajaran perlu memahami prinsip - prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik. Dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik guru juga harus mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran. Selain itu, guru melakukan kegiatan menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. Guru perlu melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan.

Selain melaksanakan pembelajaran dengan teknik, strategi, pendekatan dan metode pembelajaran, seorang guru juga perlu untuk menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.

Media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Sanaky, 2013: 4). Selaian

(37)

penggunaan media pembelajaran, guru perlu memperhatikan penggunaan sumber belajar.

Sumber belajar merupakan segala sumber pendukung untuk kegiatan belajar, termasuk sistem pendukung dan materi serta lingkungan pembelajaran yang dapat digunakan untuk memfasilitasi kegiatan belajar dan meningkatkan kinerja belajar (Januszewski & Molenda, 2008). Terkait dengan penggunaan sumber belajar, guru dapat menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Penggunaan lingkungan mudah untuk di cerna oleh peserta didik karena pesera didik disajikan materi yang bersifat konkret (Hamzah, 2014: 146). Penggunaan lingkungan sekitar dapat disesuaikan dengan materi dan mempermudah peserta didik dalam melakukan pemaknaan/pemahaman materi pelajaran. Terakhir dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, guru dituntut untuk mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang. Guru perlu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan tanpa mengabaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

5. Pengembangan Potensi Peserta Didik

Untuk kompetensi inti guru yang keenam adalah memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

Kemampuan potensial didefinisikan sebagai kemampuan yang belum tergali/belum teraktualisasikan (Mumpuni, 2017). Tiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda yang memiliki kemungkinan dikembangkan. Tugas guru adalah menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran dan vasilitas yang menduukung untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. Selaian itu, seorang guru

(38)

juga harus menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya. Seorang guru perlu memberikan wadah untuk peserta didiknya dalam mengaktualisasikan potensi dan kreativitas yang dimiliki perserta didik.

Potensi yang dimiliki peserta didik dapat dibedakan menjadi potensi fisik dan potensi psikologis (Desmita, 2014). Potensi fisik merupakan hal-hal yang terkait dengan kekuatan, kebugaran fisik, proporsi tumbuh, berkembangnya fisik, perkembangan, dan keterampilan psikomotorik (Desmita, 2014; Mumpuni, 2017).

Potensi fisik dapat dengan mudah diamati oleh guru. Peserta didik yang memiliki potensi fisik mampu membuat gerakan fisik yang efisien dan efektif serta memiliki kekuatan fisik yang Tangguh. Dalam pembelajaran bahasa, potensi fisik ini dapat dikembangkan salah satunya dengan model demonstrasi untuk materi drama.

Penelitian yang dilakukan oleh M. Oky Fardian Gafari dengan judul Peningkatan Keterampilan Bermain Drama dengan Menggunakan Model Demonstrasi pada Siswa Kelas IX Tanjung Balai Tahun Pembelajran 2014/2015 membuktikan bahwa dengan menggunakan model demonstrasi dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa (Gafari, 2015).

Selain potensi fisik, Desmta juga menyebutkan terdapat potensi psikologis yang dimiliki oleh peserta didik. Potensi psikologis berkaitan dengan kecerdasan atau intelegensi (intelligence), bakat (aptitude), dan kreativitas (Desmita, 2014: 40).

Kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah (Gardner, 1993;

Winarti et al., 2019). Tiap peserta didik memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, tak jarang terdapat peserta didik yang membutuhkan pembimbingan lebih untuk menyelesaikan masalah dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan bakat merupakan

(39)

suatu potensi yang dimiliki oleh seseorang dan memerlukan ikhtiar pengembangan serta peltihan secara sistematis (Magdalena et al., 2020). Oleh karenanya peran guru diperlukan untuk mengembangkan bakat peserta didik secara optimal. Demekian pula dengan potensi psikologis kreativitas, seorang peserta didik memiliki kreativitas masing-masing dan perlu adanya pendampingan dalam mengembangkan dan memunculkan kreativitas peserta didik. Semua potensi perlu dikembangkan oleh guru karena guru perlu menyiapkan dan memberikan bekal kemampuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

6. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

Kompetensi inti guru yang keenam adalah berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Komunikasi adalah pemberian, pemindahan, pertukaran gagasan, pengetahuan, informasi dan sejenisnya dengan mekanik atau elektronik, tulisan, atau signal tertentu (Siahaan, 2018). Kegiatan pembelajaran tentu tidak terlepas dari proses komunikasi baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru perlu memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain.

Selain itu guru perlu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh; (b) ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik terhadap ajakan guru; dan (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik. Berkomunikasi secara efektif memiliki dampak yang besar terhadap peserta didik. Guru yang berkomunkasi secara

(40)

efektif maka pesan yang disampaikan dapat dipercaya dan dipahami oleh lawan tuturnya. Komunikasi yang efektif memprasyaratkan bahwa pesan dan kemasannya harus menarik, membangkitkan minat, dan dapat dipahami oleh orang lain selaku penerima pesan.

Guru yang efektif tidak hanya mengkomunikasikan fakta dan keterampilan esensial yang baik, tetapi juga mereka menunjukkan juga bagaimana informasi yang disampaikan benar-benar relevan terhadap kebutuhan hidup peserta didik (Siahaan, 2018). Penyampaian pesan kepada peserta didik harus dilakukan secara efektif.

Komunikasi yang dikatakan efektif (Nisa & Sujarwo, 2020) adalah:(1) Keterbukaan (openess), yaitu kemauan seseorang dalam menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima dalam menjalin hubungan anatara penutur dan lawawn utur; (2) Empati (empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain; (3) Dukungan (supportiveness), yaitu keadaan yang mendukung komunikasi berlangsung secara efektif; (4) Rasa positif (positivines), seseorang harus memiliki perasaan positif dalam berkomunikasi sehingga menciptakan situasi komunikasi kondusif; (5) Kesetaraan atau kesamaan (equality), yaitu penutur dan lawan tutur saling menghargai, berguna, dan mempunyai informasi yang sailing ditukarkan.

7. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

Kompetensi inti guru selanjutnya adalah menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Guru perlu memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. Pembelajaran tidak terlepas dari suatu penilaian. Penilaian digunakan sebagai alat evaluasi. Hasil penilaian dapat digunakan sebagai refleksi siswa atas

(41)

hasil belajarnya. Penilaian yang dilakukan tidak terbatas pada pengambilan nilai, akan tetapi juga digunakan sebagai gambaran mengenai proses pembelajaran.

Instrumen yang digunakan dalam penilaian harus memiliki kesinambungan dengan proses pembelajaran. Dalam penyusunan instrumen pertanyaan harus mengarahkan peserta didik untuk berpikir secara kritis. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan soal adalah komponen Higher Order Thinking Skill (HOTS).

Soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi (Widana, 2017). Soal yang sulit tidak selalu menggambarkan berpikir tingkat tinggi.

Pendidik dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas (2017) memaparkan bahwasanya penilaian perlu dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu penilaian atas pembelajaran (assessment of learning), penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning), dan penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning). Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran. Dengan assessment for learning guru dapat memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya. Assessment for learning merupakan penilaian proses yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam memfasilitasi peserta didik. Sedangkan assessment of learning bertujuan untuk mengkonfirmasi apakah siswa tahu dan dapat melakukan sesuatu yang diharapkan dalam pembelajaran (Wahyudi et al., 2020). Dengan demikian assessment of learning bersifat sumatif. Berbeda halnya dengan penilaian sebagai pembelajaran, penilaian ini digunakan untuk evaluasis pembelajaran. Penialain ini dapat dikembangkan dari penilaian yang mengoptimalkan peran serta siswa, seperti selfassessment,

(42)

peerassessment, penggunaan feedback dan refleksi diri (Wahyudi et al., 2020).

Penilaian ini menghendaki adanya keterlibatan aktif dari peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai (Widana, 2017).

Selain itu, seorang guru perlu menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. Guru juga harus menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Selain itu, guru dituntut untuk mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Dalam penilaian, guru harus mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen. Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh guru adalah menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan serta melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.

2.1.1.2 Kompetensi Profesional

Selaian kompetensi pedagogik, guru hendaknya memiliki dan mengembangkan kompetensi profesional. Seorang guru perlu memiliki kemampuan standar baik yang berkenaan dengan bidang akademik, pedagogis, kualifikasi, dan sosial. Kompetensi profesional adalah kemampuan dasar tenaga pendidik yang mampu menguasai teoritik secara luas dan mendalam secara filosofis, praktik, maupun memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Asmani, 2009; Febriana, 2019; Janawi, 2011). Guru harus memahami secara luas dan mendalam mengenai materi yang akan dibahas. Selaian

(43)

menguasai materi, guru juga harus memampu menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan materi pelajaran. Hal ini berkaitan dengan tercapaianya tujuan pembelajaran.

Dapat diartikan bahwa kompetensi profesionalisme guru mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki oleh pendidik (guru) dalam menjalankan tugasnya sesuai bidang yang dikuasai dengan penuh tanggung jawab.

Kompetensi profesionalisme yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam mencapai keberhasilan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Guru disebut profesional jika mampu menguasai keahlian dan keterampilan teoritik dan praktik proses pembelajaran serta mengaplikasikannya secara nyata (Janawi, 2012: 99). Secara lebih rinci, kompetensi profesional guru mata pelajaran tercantum Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Berikut ini cakupan kompetensi profesional guru Bahasa Indonesia.

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

Adapun cakupan kompetensi inti bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, yakni: memahami konsep, teori, dan materi berbagai aliran linguistik yang terkait dengan pengembangan materi pembelajaran bahasa; memahami hakekat bahasa dan pemerolehan bahasa; memahami kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa Indonesia;

menguasai kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar; memahami teori dan genre sastra Indonesia; dan mengapresiasi karya sastra secara reseptif dan produktif.

(44)

Pembelajaran bahasa memiliki keterkaitan dengan liinguistik pendidikan.

Linguistik pendidikan membahas mengenai integrasi anatara penelitian linguistik dan ilmu-ilmu sosial seperti bahasa dan pendidikan secara holistik (Spolsky & Hult dalam Suhardi, 2017). Dengan kata lain linguistik pendidikan memiliki kaitan erat dengan pengajaran dan pembelajaran bahasa. Linguistik pendidikan memiliki cakupan materi yang luas karena ilmu interdisipliner antara aliran linguistik dan pendidikan. Dengan kata lain, pembelajaran bahasa sebagai salah satu dimensi kajian dalam linguistik pendidikan (Suhardi, 2017). Cakupan ini menjangkau masalah mengenai penelitian linguistik yang terkait dengan praktik pendidikan dan perencanaan pembelajaran bahasa. Linguistik menghasilkan data deskriptif bahasa- bahasa yang dapat dikatakan sebagai dasar pengajaran bahasa (Puspitasari, 2019).

Tiap aliran linguistik memiiki pandangan yang berbeda mengenai bahasa dan saling melengkapi. Guru perlu memilih dan memilah aliran linguistik apa yang sesuai dengan pengembangan materi pembelajaran bahasa.

Aliran linguistik tersebut salah satunya adalah aliran struktural. Aliran ini muncul pada awal abad XX yang diprakarsai oleh Ferdinand de Sausaure. Aliran ini memiliki ciri-ciri berlandaskan pada paham behaviorisme yakni proses berbahasa merupakan proses stimulus-respon dan bahasa berupa ujaran (Nuryani, 2018).

Dalam dunia pendidikan aliran ini dapat dalam buku teks pembelajaran. Hal tersebut telah diteliti oleh Yunita Puspitasari dalam penelitan tersebut membuktikan tingkat presentase penerapan linguistik struktural dalam buku teks Bahasa Indonesia Tingakt SMP/MTs Kelas VII mencapai 65% dengan kategori baik. Teori struktural masih memiliki peran sebagai landasan teori linguistik yang kuat dalam penyusunan buku

(45)

ajar (Puspitasari, 2019). Cakupan materi tata bahasa dalam buku teks meliputi morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.

Selain memahami mengenai aliran linguisitk, guru Bahasa Indonesia juga perlu memahami teori dan genre sastra Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia tentu tidak terlepas dari pembelajaran sastra. Untuk mengajarkan sastra, seorang guru perlu memiliki penguasan sastra yang mencakup teori sastra dan genre sastra Indonesia. Teori sastra mengungkapkan fungsi dan manfaat sastra, klasifikasi, dan unsur-unsur pembangun karya sastra seperti puisi, prosa, dan drama (Nuryani, 2018).

Guru perlu menguasai unsur pembangun dari tiap genre sastra. Hal ini berkaitan dengan apresiasi sastra. Menurut Nuryani (2018) apresiasi sastra melibatkan tiga unsur utama, yakni: kognitif (unsur ekstrinsik dan intrinsik), emotif (penghayatan), dan evaluatif (pemberian penilaian).

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu Seorang guru tidak hanya menguasai aspek materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Akan tetapi, seorang guru juga harus menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. Standar kompetensi adalah pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasi serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai setelah peserta didik mengalami proses pembelajaran (Sanjaya, 2011; Majid, 2012). Dari kutuipan tersebut seorang guru harus menguasai keterampilan dan sikap yang harus dikuasi oleh peserta didik. Keterampilan yang perlu dikuasi oleh peserta didik dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah keterampilan menulis, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan

(46)

keterampilan menyimak. Standar kompetensi inilah yang dijabarkan menjadi kompetensi dasar mata pelajaran.

Perlu dipahami guru bahwa dalam tingkat kompetensi yang ada pada kompetensi dasar akan terdapat tiga tingkatan yaitu pengetauan, tingkat proses, dan tingkat penerapan (Indryanti et al., 2019). Oleh karena itu, seorang guru perlu memahami betul kompetensi dasar dari mata pelajaran yang diampu. Selanjutnya kompetensi dasar diperinci dan dijabarkan menjadi indikator pembelajaran. Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran (Dwiyanti &

Nahadi, 2011). Pencapaian kompetensi dasar secara spesifik dapat ditandai adanya perubahan perilaku yang dapat diukur. Oleh karena itu, perumusan indikator menggunakan kata kerja operasional.

Kata kerja operasional atau KKO digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki oleh peserta didik (Saptanigrum et al., 2019). Kata kerja operasional mengacu pada taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl, khususnya ranah kognitif. Taksonomi tersebut mencakup mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6) yang dimana C1-C3 disebut sebagai low order thinking skills sedangkan C4-C6 merupakan ranah berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skill. Indikator juga dapat dijadikan sebagai penanda ketercapaian tujuan pembelajar.

Guru juga perlu memahami tentang cara merumuskan tujuan pembelajaran.

Terdapat empat komponen yang membngun tujuan pembelajaran, yakni audience (A), behavior (B), condition (C), dan degree (D) (Uno, 2006). Tujuan pembelajran

(47)

sebaiknya dinyatakan dalam bentuk ABCD, artinya A (audience) merupakan sasaran didik atau unsur pokok dalam perumusan tujuan pembelajaran; B (behavior) adalah perilaku yang diharapkan setelah mengikuti proses pembelajaran; C (condition) adalah persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai; dan D (degree) merupakan batas minimal tingkat keberhasilan yang harus dipenuhi.

3. Materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

Guru hendaknya mengembangkan materi pembelajaran yang diampunya.

Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional material) adalah penguasaan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (Yanti et al., 2018). Pemilihan materi ajar peerlu dioptimalkan dan sesuai dengan karakteristik kelas sehingga peserta didk dapat memenuhi standar koompetensi yang telah ditetapkan. Bahan materi merupakan segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasi oleh peserta didik, sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi tiap mata pelajaran (Zulkifli & Royes, 2018). Dalam megembangkan materi, guru perlu memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

Rahman & Amri (2013) memaparkan mengenai langkah dalam mengembangkan materi ajar dapat dilakukan dengan cara seperti berikut, 1) mengidentifikasi aspek yang terdapat dalam standar kompetensi atau kompetensi inti dan kompetensi dasar; 2) mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran; 3) memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi atau

(48)

kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi, dan 4) memilih sumber materi pembelajaran dan selanjutnya mengemas materi pembelajaran tersebut. Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna (Yanti et al., 2018). Penyajian materi pembelajaran tentu perlu memperhatikan tingkat kesulitan materi. Materi yang disajikan harus secara berurutan dan saling terkait.

4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

Adapun kompetensi inti guru dalam melakukan tindakan reflektif, yakni melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. Kegiatan refleksi merupakan sarana yang memungkinkan pertumbuhan atau pengembangan pengetahuan guru (Nugraha et al., 2020). Setelah melakukan tindakan reflektif maka guru memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan. Guru dapat menemukan kelebihan dan kekurangan serta memberikan orientasi untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya (Philipsen et al., 2019; Singh et al., 2019).

Memperbaiki kekurangan dari pembelajaran merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas mengajar dan kualitas pembelajaran.

Kegiatan yang dapat digunakan sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas kinerja adalah melakukan penelitian tindakan kelas. Melalui

Gambar

Tabel 3.2 Instrumen kuesioner analisis kebutuhan
Tabel 3.3 Kisi-kisi kuesioner validasi konstruk produk  No.  Aspek yang Divalidasi  Butir
Tabel 3.5 Kriteria respon kuesioner  Nilai Jawaban  Interpretasi
Gambar 3.1 Tampilan awal program anates versi 4.0
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan manajemen risiko berguna menberikan Perlindungan Hukum dan keselamatan pasien bagi pasien dan tenaga kesehatan di rumah sakit, dengan demikian, maka gambaran

Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat primer bagi kehidupan manusia dalam konteks penanganan kasus KDRT oleh BKBPMPP di Sleman seperti dari perlindungan hukum, bantuan

Salah satu strategi pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut yakni dengan melaksanakan program One Village One Product (OVOP) , dengan adanya program OVOP

Some examples related to the territorial variation of language within the advertising campaign strategy can be seen on figure 2 and figure 3 below: Figure 3: SimPATI Telkomsel

As far as the relationship between job satisfaction and socio-demographic characteristics; the results of a one-way ANOVA indicate that overall job satisfaction is slightly related

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas Danau Tempe memiliki karakter yang lebih baik untuk menghadapi cekaman kekeringan dibandingkan dengan varietas lainnya

Jika ternyata tidak ditemukan rute yang dimaksud, node yang menerima RREQ akan menambahkan alamat kedalam paket untuk kemudian membroadcast kembali paket tersebut

Setelah dilakukan perbaikan oleh guru pada tahap mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan materi dengan cara meningkatkan keterampilan bertanya dan membina