• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kompetensi Guru

2.1.1.1 Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan pemahaman terhadap peserta didik, pengelolaan pembelajaran yang mendidik, dan dialogis (Akbar, 2021). Pedagogik dapat dipandang sebagai proses yang bertujuan untuk membimbing peserta didik melalui kegiatan kegiatan yang mendidik.

Kompetensi pedagogik guru ditandai dengan kemampuannya menyelenggarakan dan mengelola proses pembelajaran yang bermutu (Asmani, 2009: 65; Ramayulis, 2013:

90). Pembelajaran yang bermutu adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat peserta didik senang (Dick & Raiser dalam Purnama, 2018).

Pembelajaran yang bermutu akan memudahkan peserta didik untuk belajar sesuatu terkait dengan fakta, keterampilan, konsep, dan nilai yang dapat diaplikasikan pada dunia nyata atau kontekstual.

Dari uraian tersebut, maka dapat dipahami bahwa kompetensi pedagogik adalah pemahaman guru mengenai peserta didik serta pengelolaan atau

pemanajemenan pembelajaran yang bermutu beserta penilaian yang berguna untuk mengetahui karakteristik peserta didik sehingga bisa mengetahui apa yang dibutuhkan dan diperlukan oleh peserta didik. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan pemahaman terhadap peserta didik, pengelolaan pembelajaran yang mendidik, dan dialogis (Akbar, 2021). Pedagogik dapat dipandang sebagai proses yang bertujuan untuk membimbing peserta didik melalui kegiatan kegiatan yang mendidik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rusminah & Rahayu Tresna Dewi (2019) bahwa terdapat hubungan antara kompetensi pedagogik dengan kinerja mengajar guru. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai sig 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti ada hubungan sinifikan. Secara lebih rinci terdapat 7 inti kompetensi pedagogik guru mata pelajaran (Irwantoro &

Suryana, 2016) sebagai berikut.

1. Menguasai karakteristik peserta didik

Komptensi inti yang pertama menuntut guru untuk menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Guru perlu memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, hingga latar belakang sosialbudaya dari peserta didiknya. Guru perlu mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Selain itu, guru perlu memperhatikan pengetahuan awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Seorang guru juga perlu mengindentifikasi kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik.

Melakukan pemahaman terhadap pemelajar diharapkan guru mampu mendidik sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik (Dodi, 2016). Guru perlu

mempertimbangkan tahapan perkembangan kognitif dari peserta didik. Berkenaan dengan pemilihan dan penetapan teknologi pengenalan atas gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik perlu dilakukan. Mengenal gaya belajar akan membantu guru untuk memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai dan memudahkan peserta didik dalam menerima informasi (Cahyani, 2016). Dengan demikian pembelajaran akan lebih efektif dan peserta didik dapat dengan mudah menerima materi pembelajaran.

Menguasai karakterisitik peserta didik berhubungan dengan kemampuan guru dalam memahami kondisi peserta didik, peserta didik dalam dunia pendidikan saat ini merupakan subyek dalam proses pembelajaran. Peserta didik memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya baik dari segi minat, bakat, motivasi, daya serap mengikuti pelajaran, tingkat perkemangan, tingkat inteligensi, dan memiliki perkembangan sosial tersendiri (Janawi, 2012: 67).

2. Menguasai teori belajar dan prinsip - prinsip pembelajaran yang mendidik.

Untuk kompetensi inti guru yang kedua mengharapkan guru menguasai teori belajar dan prinsip - prinsip pembelajaran yang mendidik. kompetensi ini guru perlu memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Selain itu, guru perlu menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu. Pendekatan dan metode pembelajaran yang dipilih relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai atau kompetensi harus dikuasai peserta didik, memudahkan pemahaman peserta didik, dan sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan

psikomotor peserta didik. Misal penggunaan pendekatan pembelajaran saintifik maka metode yang sesuai dan dapat digunakan seperti pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran penemuan (discovery learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dan metode lain yang relevan (Sani, 2014). Guru dituntut untuk dapat memadukan pendekatan dengan metode supaya selaras dalam memaksimalkan pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Guru juga harus menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran dikarenakan peserta didik memiliki karakteristik yang beda. Karakteristik yang berbeda-beda membutuhkan perhatian dan pendekatan yang berberbeda-beda pula. Walaupun sistem pendidikan masih menerapkan sistem klasikal, namun guru dituntut untuk memberikan perhatian tertentu pada anak didiknya dalam proses pembelajaran (Janawi, 2012: 69). Pemberian perhatian kepada peserta didik merupakan salah satu cara untuk memberikan rasa percaya dan nyaman terhadap guru.

3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu Pada kompetensi inti ketiga guru harus mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Kurikulum merupakan seluruh pengalaman yang dialami anak di bawah pengawasan sekolah (Eisner, 2002: 26). Kurikulum memberikan gambaran yang jelas mengenai tujuan yang ingin dicapai, materi pembelajaran, program pembelajaran yang akan dilakukan, dan kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan (Shofiyah, 2018).

Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh guru seperti memahami prinsip - prinsip pengembangan kurikulum. Meskipun demikian, guru juga harus memperhatikan

proses pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum mencakup tiga hal (Miller & Seller, 1985: 12), yakni (1) menyusun tujuan umum dan tujuan khusus, (2) mendeskripsikan materi yang tepat, dan (3) memilih strategi belajar mengajar.

Guru perlu untuk memahami dan mengusai ketiga hal tersebut.

Prinsip umum pengembangan kurikulum adalah relevansi, fleksibilitas, kesinambungan, kepraktisan dan efektivitas. Prinsip khusus pengembangan kurikulum adalah berkaitan dengan tujuan pendidikan, prinsip yang berkaitan dengan pemilihan konten pendidikan, prinsip yang berkaitan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip yang berkaitan dengan pemilihan media dan alat belajar, dan prinsip yang berkaitan dengan pemilihan kegiatan penilaian (Shofiyah, 2018). Selain itu, guru perlu menentukan tujuan pembelajaran yang diampu.

Guru juga harus menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu. Seorang guru juga perlu untuk memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. Kriteria khusus pemilihan dan penyajian bahan ajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menyangkut landasan konseptual pemilihan dan penyajian bahan ajar mata pelajaran bahasa Indonesia yang meliputi kriteria keilmuan bahasa dan sastra Indonesia, kriteria ilmu pendidikan dan keguruan, serta kriteria keterbacaan bahan ajar (Romansyah, 2016). Hal tersebut berkenaan dengan penataan materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik.

Guru juga harus mengembangkan indikator dan instrumen penilaian. Instrumen penilaian merupakan suatu alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang individu (Arikunto, 2002; Marpadi, 2007). Melalui instrumen

tes dapat diketahui mengenai informasi dari individu yang bersangkutan. Dalam perkembangannya penilaian tidak hanya mengukur hasil belajar, namun yang lebih penting adalah bagaimana penilaian mampu meningkatkan kompetensi peserta didik. Oleh karenanya hasil penilaian dapat digunakan sebagai dasar dalam memperbaiki kualitas pembelajaran yang berdampak pada peningkatan kompetensi peserta didik.

4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

Kompetensi inti keempat berkenaan dengan kegiatan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Tiap guru mata pelajaran perlu memahami prinsip - prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik. Dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik guru juga harus mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran. Selain itu, guru melakukan kegiatan menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. Guru perlu melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan.

Selain melaksanakan pembelajaran dengan teknik, strategi, pendekatan dan metode pembelajaran, seorang guru juga perlu untuk menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.

Media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Sanaky, 2013: 4). Selaian

penggunaan media pembelajaran, guru perlu memperhatikan penggunaan sumber belajar.

Sumber belajar merupakan segala sumber pendukung untuk kegiatan belajar, termasuk sistem pendukung dan materi serta lingkungan pembelajaran yang dapat digunakan untuk memfasilitasi kegiatan belajar dan meningkatkan kinerja belajar (Januszewski & Molenda, 2008). Terkait dengan penggunaan sumber belajar, guru dapat menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Penggunaan lingkungan mudah untuk di cerna oleh peserta didik karena pesera didik disajikan materi yang bersifat konkret (Hamzah, 2014: 146). Penggunaan lingkungan sekitar dapat disesuaikan dengan materi dan mempermudah peserta didik dalam melakukan pemaknaan/pemahaman materi pelajaran. Terakhir dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, guru dituntut untuk mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang. Guru perlu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan tanpa mengabaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

5. Pengembangan Potensi Peserta Didik

Untuk kompetensi inti guru yang keenam adalah memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

Kemampuan potensial didefinisikan sebagai kemampuan yang belum tergali/belum teraktualisasikan (Mumpuni, 2017). Tiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda yang memiliki kemungkinan dikembangkan. Tugas guru adalah menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran dan vasilitas yang menduukung untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. Selaian itu, seorang guru

juga harus menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya. Seorang guru perlu memberikan wadah untuk peserta didiknya dalam mengaktualisasikan potensi dan kreativitas yang dimiliki perserta didik.

Potensi yang dimiliki peserta didik dapat dibedakan menjadi potensi fisik dan potensi psikologis (Desmita, 2014). Potensi fisik merupakan hal-hal yang terkait dengan kekuatan, kebugaran fisik, proporsi tumbuh, berkembangnya fisik, perkembangan, dan keterampilan psikomotorik (Desmita, 2014; Mumpuni, 2017).

Potensi fisik dapat dengan mudah diamati oleh guru. Peserta didik yang memiliki potensi fisik mampu membuat gerakan fisik yang efisien dan efektif serta memiliki kekuatan fisik yang Tangguh. Dalam pembelajaran bahasa, potensi fisik ini dapat dikembangkan salah satunya dengan model demonstrasi untuk materi drama.

Penelitian yang dilakukan oleh M. Oky Fardian Gafari dengan judul Peningkatan Keterampilan Bermain Drama dengan Menggunakan Model Demonstrasi pada Siswa Kelas IX Tanjung Balai Tahun Pembelajran 2014/2015 membuktikan bahwa dengan menggunakan model demonstrasi dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa (Gafari, 2015).

Selain potensi fisik, Desmta juga menyebutkan terdapat potensi psikologis yang dimiliki oleh peserta didik. Potensi psikologis berkaitan dengan kecerdasan atau intelegensi (intelligence), bakat (aptitude), dan kreativitas (Desmita, 2014: 40).

Kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah (Gardner, 1993;

Winarti et al., 2019). Tiap peserta didik memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, tak jarang terdapat peserta didik yang membutuhkan pembimbingan lebih untuk menyelesaikan masalah dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan bakat merupakan

suatu potensi yang dimiliki oleh seseorang dan memerlukan ikhtiar pengembangan serta peltihan secara sistematis (Magdalena et al., 2020). Oleh karenanya peran guru diperlukan untuk mengembangkan bakat peserta didik secara optimal. Demekian pula dengan potensi psikologis kreativitas, seorang peserta didik memiliki kreativitas masing-masing dan perlu adanya pendampingan dalam mengembangkan dan memunculkan kreativitas peserta didik. Semua potensi perlu dikembangkan oleh guru karena guru perlu menyiapkan dan memberikan bekal kemampuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

6. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

Kompetensi inti guru yang keenam adalah berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Komunikasi adalah pemberian, pemindahan, pertukaran gagasan, pengetahuan, informasi dan sejenisnya dengan mekanik atau elektronik, tulisan, atau signal tertentu (Siahaan, 2018). Kegiatan pembelajaran tentu tidak terlepas dari proses komunikasi baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru perlu memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain.

Selain itu guru perlu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh; (b) ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik terhadap ajakan guru; dan (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik. Berkomunikasi secara efektif memiliki dampak yang besar terhadap peserta didik. Guru yang berkomunkasi secara

efektif maka pesan yang disampaikan dapat dipercaya dan dipahami oleh lawan tuturnya. Komunikasi yang efektif memprasyaratkan bahwa pesan dan kemasannya harus menarik, membangkitkan minat, dan dapat dipahami oleh orang lain selaku penerima pesan.

Guru yang efektif tidak hanya mengkomunikasikan fakta dan keterampilan esensial yang baik, tetapi juga mereka menunjukkan juga bagaimana informasi yang disampaikan benar-benar relevan terhadap kebutuhan hidup peserta didik (Siahaan, 2018). Penyampaian pesan kepada peserta didik harus dilakukan secara efektif.

Komunikasi yang dikatakan efektif (Nisa & Sujarwo, 2020) adalah:(1) Keterbukaan (openess), yaitu kemauan seseorang dalam menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima dalam menjalin hubungan anatara penutur dan lawawn utur; (2) Empati (empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain; (3) Dukungan (supportiveness), yaitu keadaan yang mendukung komunikasi berlangsung secara efektif; (4) Rasa positif (positivines), seseorang harus memiliki perasaan positif dalam berkomunikasi sehingga menciptakan situasi komunikasi kondusif; (5) Kesetaraan atau kesamaan (equality), yaitu penutur dan lawan tutur saling menghargai, berguna, dan mempunyai informasi yang sailing ditukarkan.

7. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

Kompetensi inti guru selanjutnya adalah menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Guru perlu memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. Pembelajaran tidak terlepas dari suatu penilaian. Penilaian digunakan sebagai alat evaluasi. Hasil penilaian dapat digunakan sebagai refleksi siswa atas

hasil belajarnya. Penilaian yang dilakukan tidak terbatas pada pengambilan nilai, akan tetapi juga digunakan sebagai gambaran mengenai proses pembelajaran.

Instrumen yang digunakan dalam penilaian harus memiliki kesinambungan dengan proses pembelajaran. Dalam penyusunan instrumen pertanyaan harus mengarahkan peserta didik untuk berpikir secara kritis. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan soal adalah komponen Higher Order Thinking Skill (HOTS).

Soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi (Widana, 2017). Soal yang sulit tidak selalu menggambarkan berpikir tingkat tinggi.

Pendidik dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas (2017) memaparkan bahwasanya penilaian perlu dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu penilaian atas pembelajaran (assessment of learning), penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning), dan penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning). Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran. Dengan assessment for learning guru dapat memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya. Assessment for learning merupakan penilaian proses yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam memfasilitasi peserta didik. Sedangkan assessment of learning bertujuan untuk mengkonfirmasi apakah siswa tahu dan dapat melakukan sesuatu yang diharapkan dalam pembelajaran (Wahyudi et al., 2020). Dengan demikian assessment of learning bersifat sumatif. Berbeda halnya dengan penilaian sebagai pembelajaran, penilaian ini digunakan untuk evaluasis pembelajaran. Penialain ini dapat dikembangkan dari penilaian yang mengoptimalkan peran serta siswa, seperti selfassessment,

peerassessment, penggunaan feedback dan refleksi diri (Wahyudi et al., 2020).

Penilaian ini menghendaki adanya keterlibatan aktif dari peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai (Widana, 2017).

Selain itu, seorang guru perlu menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. Guru juga harus menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Selain itu, guru dituntut untuk mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Dalam penilaian, guru harus mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen. Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh guru adalah menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan serta melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.