• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3.3 Prosedur Pengembangan

Peneliti telah menjabarkan bahwa langkah-langkah yang digunakan merupakan modifikasi dari model Sugiyono. Modifikasi dilakukan karena terdapat beberapa tahap yang dapat disederhanakan. Penelitian ini hanya melakukan satu kali uji coba. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu guru yang berpartisipasi tidak memungkinkan dilakukannya uji coba kedua. Modifikasi atau penyederhanaan dilakukan dengan menyesuaikan kebutuhan dan mempertimbangkan adanya keterbatasan penelitian. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan dapat dimodifikasi dan disederhanakan tanpa mengurangi esensinya (Sukmadinata, 2009).

Penyederhanaan ini sesuai dengan kepentingan penelitian.

Berdasarkan penelitian Hasli et al. (2015) yang melakukan penelitian dan pengembangan instrumen kompetensi pedagogik bagi guru kelas SD ditempuh dengan tujuh langkah, yaitu 1) merumuskan konstruksi yang akan diukur dengan landasan teoretik, 2) pengembangan spesifikasi dan penulisan pernyataan, 3) penelaahan pernyataan (validitas isi) oleh tim pakar, 4) revisi dari hasil validasi isi, 5) uji coba, 6) analisis data, dan 7) perakitan instrumen menjadi instrumen final.

Kasmayadi et al. (2018) menambahkan bahwa dalam penelitiannya mengenai pengembangan instrument asesmen diri guru hanya menggunakan lima langkah, yakni melakukan studi pendahuluan untuk menganalisis produk yang akan dikembangkan, mengembangkan design, mengembangkan produk dan validasi produk, melakukan uji coba lapangan, dan diseminasi/implementasi. Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa memodifikasi/menyederhanakan langkah penelitian dan pengembangan adalah hal yang wajar dilakukan dalam sebuah penelitian.

Penelitian ini memodifikasi dan mengadaptasi model pengembangan Sugiyono. Hasil modifikasi dan adaptasi model pengembangan terdiri dari delapan tahap, yakni (1) analisis kebutuhan, (2) desain dan pembuatan produk, (3) validasi desain dan produk (4) revisi desain dan produk, (5) uji coba lapangan, (6) revisi produk dan penyempurnaan. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan tersebut berisi beberapa aktivitas yang dilakukan oleh peneliti.

Tahap pertama, peneliti melakukan studi awal dengan menganalisis kebutuhan dari pengembangan instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan profesional guru. Pada tahap ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu studi pendahuluan dan studi literatur. Peneliti melakukan analisis kebutuhan menggunakan kuesioner.

Kuesioner diberikan terhadap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMP yang telah melaksanakan UKG. Penyebaran kuesioner dilakukan secara acak terhadap guru meta pelajaran Bahasa Indonesia di Kabupaten Gunungkidul.

Selain menggunakan kuesioner, peneliti juga menggunakan studi literatur.

Penggunaan studi literatur memberikan landasan yang kokoh bagi diperolehnya permasalahan penelitian (research problem) (Nurkamto, 2020). Studi literatur dapat memunculkan sebuah topik penelitian yang dapat diteliti. Peneliti menggunakan studi literatur yang disusun oleh Warganegara, dkk. dan Yuswono, dkk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Warganegara, dkk. (2013) terdapat beberapa kendala mengenai pelaksanaan UKG diantaranya masalah redaksi soal yang menggunakan kata berbelit, konten soal banyak yang tidak sesuai antara pertanyaan dan jawaban, kurangnya sosialisasi yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. (Yuswono, dkk. 2014) menambahkan bahwasanya dalam pelaksanaan UKG terdapat kendala seperti akses internet, waktu pelaksanaan

UKG, kriteria penilaian UKG, isi materi UKG, bentuk soal UKG, dan tindak lanjut dari UKG. Di sisi lain, peneliti menggunakan studi literatur untuk menambah pemahaman mengenai teori-teori yang terkait dengan hal-hal penelitian. Manfaat kajian pustaka untuk meningkatkan pemahaman (familiarity) peneliti terhadap konsep dan teori yang terkait dengan permasalahan penelitian yang sedang diinvestigasi (Nurkamto, 2020). Peneliti melakukan studi literatur untuk memperdalam teori seputar kompetensi pedagogik guru, kompetensi profesional guru, penyusunan instrumen, dan mengenai uji kompetensi guru.

Pada tahap kedua, peneliti mulai mendesain dan membuat produk instrumen berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari analisis kebutuhan. Pada tahap ini dapat dijadikan sebagai penentuan bentuk/jenis produk yang akan dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan. Peneliti memutuskan untuk membuat sebuah produk instrumen penilaian kompetensi guru, khususnya kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang terdapat dilapangan seperti dibutuhkannya instrumen/soal latihan sebelum mengikuti UKG, instrumen yang dikembangkan sesuai dengan kompetensi pedagogik guru dan kompetensi profesional mapel Bahasa Indonesia, serta berdasarkan penelitian yang terdahulu. Supaya lebih tertata dan matang dalam menyusun instrumen penilaian kompetensi guru, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal digunakan sebagai dasar pembentukan instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Setelah desain selesai tersusun, selanjutnya peneliti maelakukan pembuatan produk. Produk yang dikembangkan oleh peneliti berbentuk instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional berbentuk soal pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. Peneliti menggunakan studi

literatur guna memperdalam teori dengan membaca berbagai penelitian terkait penyusunan instrumen penilain pilihan ganda, penilaian kompetensi pedagogi dan kompetensi profesional, dan konten atau isi dari soal pilihan ganda. Penyusunan instrumen soal juga memperhatikan berpikir tingkat tinggi yang disesuaikan dengan kisi-kisi.

Tahap selanjutnya, peneliti melakukan pengujian validasi pada tahap ketiga.

Validasi desain dan produk digunakan dalam penelitian ini guna menilai apakah desain produk yang berupa kisi-kisi sesuai untuk menilai kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru mapel Bahasa Indonesia. Penelitian ini melakukan validasi konstruk dan valiadasi isi. Validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya (Herawati et al., 2018). Dilakukannya validasi konstruk pada penelitian ini diharapkan instrumen yang disusun benar-benar mengukur kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Validasi ini dilakukan oleh ahli atau pakar dalam bidang penilaian dan evaluasi pendidikan, yakni Dr. Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.

Pd., M.Si. Selain valiadasi konstruk, penelitian ini juga melakukan validasi isi.

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui penilaian ahli (Hendryadi, 2017). Instrumen penilaian yang disusun diharapkan memenuhi kriteria valid dan relevan untuk menilai kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru mapel Bahasa Indonesia tigkat SMP. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan validasi isi melalui penialain ahli, yakni Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. Instrumen yang valid merupakan instrumen yang digunakan dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur

(Arikunto, 2010: 211; Hikmawati, 2017: 47). Dengan instrumen yang valid diharapkan data atau hasil penelitian sesuai antara data yang terkumpul dengan data yang terjadi dilapangan. Peneleiti melakukan validasi isi dan struktural pada desain dan produk pengembangan oleh ahli atau pakar untuk mencermati dan memberikan pertimbangan.

Tahap keempat, peneliti melakukan revisi produk berdasarkan validasi para ahli. Tujuan dari tahap ini adalah memperbaiki desain dan produk berdasarkan hasil paparan validator yang berupa komentar dan saran. Oleh karena itu, hasil validasi menjadi pedoman dan catatan untuk memperbaiki desain dan produk yang telah disusun. Peneliti melakukan revisi sesuai dengan komentar dan saran dari validator pada desain pengembangan (kisi-kisi) dan produk yang berupa instrumen penilaian kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru mapel Bahasa Indonesia tingkat SMP. Dengan dilakukannya revisi dimaksudkan supaya produk layak untuk diujicobakan atau digunakan.

Untuk tahap kelima, peneliti menguji cobakan produk yang telah direvisi pada kelompok lapangan. Hal ini dilakukan untuk melihat kembali kekurangan dan kelemahan produk yang ditemukan oleh guru. Peneliti melakukan uji coba instrumen yang telah direvisi pada tahap sebelumnya. Uji coba dilakukan terhadap guru Bahasa Indonesia tingkat SMP di Kabupaten Gunungkidul secara acak. Uji coba dilakukan secara dalam jaringan (online) dengan menggunakan Googleform. Hal ini dilakukan karena saat melakukan uji coba sedang terjadi wabah Covid-19 yang masif dan memberikan dampak yang sangat besar. Dampak dari wabah tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) darurat Jawa-Bali dan untuk tidak berkerumun. Penggunaan Googleform

memungkinkan guru untuk mengerjakan soal di tempat masing-masing tanpa adanya kerumunan yang dapat menjadi klaster penyebaran Covid-19. Selain itu, uji coba tetap harus dilakukan karena penelitian ini harus memperoleh produk yang teruji.

Tahap keenam, peneliti melakukan revisi kembali atas temuan-temuan kekurangan dan kelemahan dari produk yang diuji cobakan pada guru mapel Bahasa Indonesia tingkat SMP di Kabupaten Gunugkidul. Pada tahap ketujuh ini, revisi dilakukan sesuai dengan hasil uji coba lapangan. Dalam penelitian ini, revisi hasil uji coba dilakukan berdasarkan hasil analisis butir soal. Analisis butir soal yang dilakukan menitik beratkan pada tingkat kesukaran, daya beda, dan efektivitas pengecoh. Dalam hal ini uji tingkat kesukaran berhubungan dengan keseimbangan proporsi soal pilihan ganda baik yang masuk kategori mudah, sedang, maupun sukar (Warju et al., 2020). Setelah dilakukan uji tingkat kesukaran, selanjutnya dilakukan uji daya beda yang bertujuan untuk mengkaji sejauhmana kemampuan soal pilihan ganda dalam membedakan mana yang memiliki kemampuan tingkat tinggi dan berkemampuan tingkat rendah. Analisis butir soal juga melihat sejauh mana efektifitas pengecoh pada soal yang berbentuk pilihan ganda. Pola jawaban pada soal dapat menentukan apakah pengecoh dapat berfungsi dengan baik atau tidak. Tujuan melakukan revisi supaya produk yang dikembangkan semakin baik kualitasnya.

Dengan kualitas yang baik dan teruji diharapkan produk dapat digunakan sebagai sarana berlatih guru untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang dimiliki. Tahap ketujuh ini merupakan tahapan terakhir dalam penelitian ini.