• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDUSTRI PERTAMBANGAN

Dalam dokumen PT UBS Securities Indonesia (Halaman 138-145)

Seluruh data yang tersaji dalam bagian ini disediakan oleh sumber pihak ketiga. Perseroan telah mendapat ijin untuk menggunakan informasi ini dan yakin pihaknya telah merangkum dengan tepat informasi ini untuk digunakan dalam Prospektus ini.

INDUSTRI BATUBARA GLOBAL

Tinjauan

Batubara adalah sumber daya alam yang terdistribusi luas yang ditambang di banyak negara di seluruh dunia. Industri batubara dibagi menjadi dua segmen utama, yaitu batubara termal dan batu bara coking. Batubara termal, yang juga disebut batubara steaming, digunakan dalam proses pembakaran untuk menghasilkan uap (steam) untuk listrik dan panas. Batubara coking, yang disebut juga batubara metalurgis, pada prinsipnya digunakan dalam produksi besi dan baja. Batubara pada umumnya dianggap sebagai bahan bakar fosil paling murah berdasarkan panas yang dikandungnya dan, dengan biaya bahan bakar sebagai komponen biaya terbesar, banyak digunakan sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik. Keuntungan lain dari batubara mencakup pasokan yang relatif stabil dari beragam lokasi geografis, penyimpanan yang mudah dan aman, serta transportasi yang mudah. Sejumlah faktor tersebut di atas telah membuat industri pembangkit listrik bergantung pada batubara, terutama industri utilities yang diatur khusus di negara pengimpor energi.

Perdagangan batubara termal tumbuh dan berkembang dengan pesat setelah terjadinya dua kali krisis minyak tahun 1970-an, dan terutama dibawa melalui pengangkutan laut. Pasar batubara global dibagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah Asia Pasifik dan Atlantik. Pemasok yang dominan untuk pasar Asia Pasifik adalah Australia, Indonesia dan Vietnam. Cina, yaitu eksportir tradisional, banyak diperkirakan akan berubah menjadi negara pengimpor bersih dalam waktu dekat, karena kebutuhan daya listriknya tumbuh seiring dengan ekonominya. Pasokan ke Atlantik didominasi oleh Afrika Selatan dan Kolombia, dengan batubara tambahan berasal dari Venezuela, Polandia, Rusia, Indonesia dan Australia. Pemisahan pasar terutama disebabkan relatif tingginya biaya pengapalan batubara untuk jarak jauh. Perdagangan batubara termal mulai cenderung menunjukkan peningkatan penjualan regional dari Pasifik ke Atlantik karena permintaan dari Eropa menarik proporsi yang lebih besar dari batubara Indonesia dan Australia, terutama karena Amerika Serikat beralih dari eksportir menjadi importir bersih dan ketidakmampuan pemasok Atlantik lainnya untuk memenuhi kekurangan yang ada. Pertumbuhan perdagangan batubara internasional juga dapat dikaitkan dengan merosotnya produksi batubara di negara-negara maju tertentu sehubungan dengan tingginya biaya produksi dan menipisnya cadangan batubara. Deregulasi industri menjadi ciri di sektor ketenagalistrikan yang menjadi konsumen utama batubara termal dalam tahun-tahun belakangan ini. Dengan meningkatnya persaingan di sektor ketenagalistrikan, kecenderungan yang terjadi adalah berlanjutnya penggunaan batubara sebagai alternatif biaya yang lebih murah untuk pembangkit listrik.

Menurut Kajian Statistik BP World Energy Juni 2007, konsumsi energi dunia mencapai total ekuivalen 10.878,5 juta ton minyak pada tahun 2006, dimana batubara menyumbang 28,4%, sedangkan minyak dan gas bumi, masing-masing, sebesar 35,8% dan 23,7%.

121

Konsumsi Energi Global pada tahun 2006

Sumber: Kajian Statistik BP World Energy Juni 2007

Cadangan batubara dunia melimpah. Menurut Kajian Statistik BP World Energy Juni 2007, cadangan batubara global yang sudah terbukti diperkirakan mencapai 909,1 miliar ton yaitu sama dengan kurang lebih 147 tahun produksi dengan laju penambangan saat ini. Cadangan batubara terdistribusi secara luas dengan konsentrasi di negara-negara tertentu termasuk Amerika Serikat, Federasi Rusia, Afrika Selatan, Australia, Cina dan India. Wilayah Asia Pasifik menyumbang kurang lebih 32,6% dari total cadangan yang terbukti terhitung sejak tahun 2006.

Produksi dan Pasokan Batubara Global

Setelah dua tahun mengalami pertumbuhan ekspor yang tinggi, yaitu masing-masing 9,2% dan 6,8%, pada tahun 2004 dan 2005, pasokan ekspor batubara termal global tumbuh sebesar 4,9% sehingga menjadi 590 juta ton pada tahun 2006. Ekspor batubara termal global diperkirakan akan naik mencapai 721 juta ton pada tahun 2020. Dua eksportir batubara terbesar di dunia, yaitu Indonesia dan Australia, diperkirakan akan mencatat pertumbuhan ekspor, masing-masing, sebesar 48% dan 61% selama jangka waktu ini. Ekspor dari Rusia, Kolombia, Afrika Selatan dan Vietnam juga diperkirakan akan naik dalam jangka waktu yang sama.

Pasokan batubara termal sampai tahun 2020

Sumber: Barlow Jonker Thermal Coal Market 2006

Konsumsi dan Permintaan Batubara Global

Menurut Kajian Statistik BP World Energy Juni 2007, total konsumsi batubara dunia meningkat sebesar 31% dari ekuivalen 2.356 juta ton minyak pada tahun 1996 menjadi ekuivalen 3.090 juta ton minyak pada tahun 2006. Pada tahun 2006, konsumsi Asia-Pasifik mencapai 58% dari konsumsi global. Perkembangan ekonomi yang kuat di negara-negara Asia banyak diperkirakan akan berlanjut memacu permintaan listrik dan konsumsi batubara. Pada tahun 2006, tiga konsumen teratas, yaitu Cina, Amerika Serikat dan India, masing-masing, menyumbang 38,6%, 18,4% dan 7,7% dari total konsumsi batubara sebesar ekuivalen 3.090 juta ton minyak.

Pertumbuhan ekonomi global yang kuat telah menghasilkan kesinambungan pertumbuhan permintaan akan energi di seluruh dunia dan terus melambungnya harga minyak telah meningkatkan permintaan impor batubara termal. Menurut Barlow Jonker Thermal Coal Market 2006, permintaan impor batubara termal tumbuh dengan kuat sebesar 9,5% atau 46 juta ton pada tahun 2004 dan 7,7% atau 41 juta ton pada tahun 2005. Pertumbuhan pada tahun 2006 dan 2007 diperkirakan akan lebih rendah, masing-masing, sebesar 3,9% dan 3,1%. Permintaan ekspor global diperkirakan sebesar 590,8 juta ton dan 609,3 juta ton, berturut-turut, pada tahun 2006 dan 2007.

Wilayah Asia Utara merupakan pasar impor batubara termal terbesar, yang mencapai 84% dari seluruh permintaan impor Asia dan 45% dari seluruh permintaan impor global pada tahun 2005. Estimasi pertumbuhan ekonomi yang kuat di sebagian besar negara-negara Asia Utara diperkirakan memicu permintaan terhadap listrik dan terutama batubara termal. Menurut Barlow Jonker Thermal Coal Market 2006, impor batubara termal global diperkirakan akan bertumbuh sebesar 150 juta ton dari 568 juta ton pada tahun 2005 menjadi 718 juta ton pada tahun 2020. Negara-negara Asia Utara, terutama Jepang, Korea, Taiwan dan Cina, diperkirakan menyumbang 35% dari perkiraan pertumbuhan permintaan ini. Peningkatan permintaan batubara secara signifikan diperkirakan akan berasal dari Korea, Cina dan India, dimana kapasitas terpasang untuk pembangkit listrik tenaga batubara diharapkan akan mengalami tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar masing-masing 3,1%, 4,0% dan 3,2% antara tahun 2006 dan 2020.

123

Cina, produsen batubara terbesar dan konsumen batubara terbesar di dunia diperkirakan memberi dampak signifikan pada pasar batubara termal karena pertumbuhan konsumsi batubaranya. Antara tahun 2000 dan 2006, permintaan impor batubara termal Cina tumbuh dari 1,9 juta ton menjadi 26,8 juta ton sementara ekspor tumbuh dari 49,1 juta ton menjadi 63,5 juta ton. Menurut Barlow Jonker Thermal Coal Market 2006, kapasitas terpasang untuk pembangkit listrik tenaga batubara di Cina diperkirakan akan tumbuh dari 395 gigawatt di tahun 2006 menjadi 680 gigawatt di tahun 2020, sementara permintaan impor batubara Cina diproyeksikan akan tumbuh dari 26,8 juta ton di tahun 2006 menjadi 42,2 juta ton di tahun 2020. Meskipun Cina tetap sebagai eksportir bersih pada tahun 2006, tingkat ekspor bersih yang akan berdampak pada perdagangan batubara dapat berubah tergantung pertumbuhan konsumsi, produksi batubara atau kebijakan yang berpengaruh pada ekspor batubaranya.

Permintaan batubara termal sampai tahun 2020

Sumber: Barlow Jonker Thermal Coal Market 2006

INDUSTRI BATUBARA INDONESIA

Tinjauan

Industri batubara Indonesia mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan dan telah mengembangkan pasar utama di seluruh dunia sehubungan dengan harganya yang kompetitif, keunggulan jarak transportasi dan infrastruktur serta rendahnya dampak lingkungan dari penggunaan batubaranya. Pembelian batubara Indonesia dengan harga yang kompetitif dengan kandungan abu dan belerang yang rendah dan yang memiliki nilai calorific sedang sampai tinggi untuk dicampur atau digunakan langsung telah menjadi strategi yang menarik untuk pembangkit listrik utama di Asia dan tempat lain.

Sumber daya batubara Indonesia terbesar terletak di pulau Kalimantan dan Sumatra, terutama di propinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Sumatra Selatan. Prospek batubara utama yang dikembangkan saat ini ada di pulau Sumatra dan Kalimantan, dimana Kalimantan mendominasi tingkat produksi dan minat investor baru. Menurut Barlow Jonker, total sumber daya batubara Indonesia terhitung sejak tahun 2006 adalah sebesar 57.315 juta ton.

Produksi dan Ekspor Batubara

Menurut Barlow Jonker Thermal Coal Market 2006, produksi batubara di Indonesia tumbuh sebesar 11,4% dari 135,1 juta ton pada tahun 2004 menjadi 152,4 juta ton pada tahun 2005. Indonesia telah tumbuh menjadi eksportir batubara termal terbesar di dunia. Pada tahun 2005, 122,7 juta ton batubara diekspor, dimana kurang lebih 100,0 juta ton diekspor ke pelanggan di Asia. Jepang adalah pasar ekspor terbesar untuk batubara Indonesia pada tahun 2005, yaitu mencapai 28,0% dari seluruh ekspor batubara Indonesia ke Asia pada tahun 2005, diikuti oleh Taiwan yang menerima 18,0%. Sisanya sebesar 29,7 juta ton batubara yang diproduksi di Indonesia pada tahun 2005 dijual di dalam negeri. Menurut

Barlow Jonker, pesatnya peningkatan penjualan di masa lalu diperkirakan akan terus bertambah mencapai 227 juta ton pada tahun 2010. Diperkirakan pada tahun 2010 permintaan dalam negeri akan meningkat secara signifikan, yang akan membatasi volume batubara yang tersedia untuk ekspor.

Produsen Batubara Indonesia

Menurut Barlow Jonker Coal Supply Series Indonesia 2007,Perseroan (termasuk Jorong) mendapat peringkat sebagai produsen batubara terbesar ketiga pada tahun 2006 dengan volume produksi total 19,6 juta ton. Sepuluh produsen batubara terbesar di Indonesia bersama-sama memproduksi 168,7 juta ton batubara atau kurang lebih 83,1% dari total batubara yang diproduksi di Indonesia pada tahun 2006. Produsen batubara utama di Indonesia serta tingkat produksi batubara mereka untuk tahun 2006 adalah sebagai berikut.

Sumber: Barlow Jonker Coal Supply Series Indonesia 2007

PENETAPAN HARGA

Batubara termal adalah komoditas “yang terkait dengan biaya”, dimana harga yang melampaui atau jatuh di bawah biaya marginal produksi untuk produsen biaya tinggi, hanya bersifat sementara, dan biasanya hanya terjadi pada situasi kekurangan pasokan dan kelebihan pasokan jangka-pendek yang ekstrim. Faktor penentu utama dari harga adalah persepsi keseimbangan pasokan dan permintaan dalam jangka-pendek, persepsi biaya produksi dalam jangka-panjang, produktivitas penambangan batubara dan harga minyak sebagai bahan bakar pesaing. Harga batubara termal pada umumnya bergantung pada tingkat energi yang dapat diberikan oleh batubara, dimana harga dasar ditetapkan untuk tingkat energi 6.700 kilokalori per kilogram atas dasar “air dried” dan setelah itu disesuaikan secara prorata. Batubara yang dibeli dan dijual di pasar Asia Pasifik sebagian besar diatur melalui kontrak, yang menetapkan harga dan penyesuaian harga tahunan, kualitas batubara, spesifikasi, tonase, ukuran kargo dan pengaturan penyerahan.

Batubara termal Australia telah mendominasi perdagangan batubara termal lewat laut, meskipun dalam beberapa tahun ini posisi telah diambil alih oleh Indonesia. Meskipun demikian, pasar utilitas ketenagalistrikan Asia Utara masih didominasi oleh batubara termal Australia, karena batubara Indonesia sebagian besar bersifat sub-bituminous (kelembaban tinggi dan energi rendah) dan kurang diminati, meskipun terdapat kecenderungan global yang mengarah pada penggunaan batubara Indonesia yang lebih bersih (kandungan belerang dan nitrogen rendah) sebagai produk campuran untuk mengurangi biaya bahan baku keseluruhan dan untuk memenuhi standar lingkungan.

Secara historis, sehubungan dengan besarnya jumlah batubara yang diekspor oleh produsen Australia ke Japanese Power Utilities (JPU), produsen Australia dan JPU akan berunding setiap tahun, biasanya

125

antara bulan September sampai Desember setiap tahunnya, untuk menentukan harga yang akan diberlakukan untuk tahun fiskal Jepang yang baru. Harga yang disepakati akan mencerminkan pandangan terhadap permintaan dan pasokan untuk tahun yang bersangkutan dan digunakan sebagai harga acuan untuk pasokan seluruh batubara Australia ke JPU dan juga oleh JPU bersama pemasok dari negara lain. Selanjutnya harga ini akan menjadi harga acuan para pemasok Asia lainnya yang akan memasok batubara termal ke para pembeli di Asia Utara. Sebagai akibat kelebihan pasokan di awal tahun 2000, pasar tumbuh sedemikian rupa sehingga para pembeli non-Jepang dan sebagian JPU merasa diuntungkan apabila mengadakan perundingan kontrak langsung dengan para pemasok dalam hal volume kontrak, profil resiko dan pandangan terhadap kecenderungan harga spot, daripada berpedoman pada harga Jepang - Australia.

Penetapan harga untuk batubara Indonesia dicapai melalui perundingan kontrak antara pembeli dan penjual, dimana harga Jepang-Australia hanya dipakai sebagai titik acuan. Batubara Indonesia pada umumnya tidak dapat dibandingkan dengan batubara yang dikirimkan oleh Australia sehubungan dengan perbedaan jenis batubara dan kandungan energi dan biasanya menggunakan harga diskonto terhadap batubara Australia.

Seiring dengan pertumbuhan pasar spot batubara termal Asia, para pembeli juga menerapkan penetapan harga yang terkait dengan indeks pasar spot untuk proporsi kecil dari kebutuhan mereka. Indeks yang paling relevan untuk perdagangan batubara termal Asia adalah Barlow Jonker Index dan ACR Asian Index, sebagaimana diuraikan di bawah.

Sumber: Barlow Jonker 2007

Barlow Jonker Index adalah indikator harga spot untuk kargo langsung batubara termal yang dimuat free-on-board (FOB) di Pelabuhan Newcastle, New South Wales, Australia ke suatu tempat tujuan. Harga spot berlaku untuk batubara termal dengan jenis batubara berikut (atas dasar air dried), yaitu 2,5% kelembaban bawaan, 8% kelembaban total, nilai calorific 6.700 kkal/kg, 15% abu (maksimum), 0,8% belerang (maksimum) dan 30% volatile matter (minimum).

ACR Asia index mencatat rata-rata tertimbang dari harga pengapalan aktual dari seluruh batubara termal yang diekspor dari New South Wales dan Queensland ke Jepang, Korea, Hong Kong dan Taiwan. Tidak ada penyesuaian untuk kualitas dan ACR Asia index ditentukan oleh kargo yang dikapalkan berdasarkan kontrak spot dan berjangka.

Sejak tahun 1990-an sampai awal 2000, penurunan umum harga batubara dinyatakan sebagai penurunan biaya produksi dalam dolar Amerika Serikat. Penurunan biaya sebenarnya dapat dikaitkan dengan depresiasi mata uang negara-negara penghasil utama batubara terhadap dolar Amerika Serikat, peningkatan produktivitas penambangan, konsolidasi dan restrukturisasi industri dan kelebihan pasokan batubara termal secara umum. Dari titik rendah pada tahun 2003, harga dengan cepat naik mencapai angka tertinggi terutama sehubungan dengan kurangnya pasokan karena kendala infrastruktur, sementara permintaan terus tumbuh dengan laju yang cepat terutama di Asia Timur. Munculnya Cina sebagai konsumen utama dan penurunan ekspornya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri menambah kurangnya pasokan. Melonjaknya harga minyak pada beberapa tahun ini telah memberi kontribusi substansial atas naiknya biaya operasional dan bersamaan dengan produktivitas yang lebih rendah telah memberi tekanan yang membuat harga batubara naik. Permintaan yang berkesinambungan terhadap batubara termal di pasar Asia Pasifik dan gangguan akhir-akhir ini terhadap pengapalan batubara karena masalah cuaca di Australia telah mendorong harga spot naik mencapai angka yang tertinggi.

127

X. KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN DAN

Dalam dokumen PT UBS Securities Indonesia (Halaman 138-145)