• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISIKO USAHA DAN YANG TERKAIT DENGAN KEPEMILIKAN

Dalam dokumen PT UBS Securities Indonesia (Halaman 61-77)

Prospektus ini berisi pernyataan perkiraan ke depan (“forward looking statements”) yang berhubungan dengan kejadian yang mengandung unsur risiko dan ketidakpastian. Calon pembeli dari Saham yang Ditawarkan harus secara hati-hati memperhitungkan risiko usaha yang disebutkan dibawah ini, serta informasi-informasi lainnya yang terkandung pada bagian-bagian lain dalam Prospektus ini. Risiko sebagaimana disebutkan di bawah ini merupakan semua risiko yang dapat mempengaruhi Perseroan secara material.

RISIKO USAHA YANG BERHUBUNGAN DENGAN BISNIS PERSEROAN

Selama ini Perseroan melakukan ekspor batubara ke pihak terafiliasi tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemerintah di mana hal tersebut tidak sesuai dengan PKP2B

Dalam ketentuan PKP2B dari Jorong, Indominco dan Trubaindo, Anak-Anak Perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Pemerintah untuk mengekspor batubara kepada afiliasinya dan harga penjualannya tidak boleh lebih rendah daripada harga terendah yang dibayar oleh pelanggan yang tidak terafiliasi. Lihat “Kegiatan dan prospek usaha Perseroan – Ijin Pertambangan Batubara”. Di masa lalu, meskipun Perseroan telah melaporkan penjualan kepada pihak terafiliasi sebagai bagian dari kewajiban pelaporan berkala kepada Pemerintah, ekspor batubara kepada pihak terafiliasi belum mendapatkan persetujuan dari Pemerintah. Penjualan kepada afiliasi ini mencerminkan sekitar 10% dari total penjualan Perseroan (termasuk penjualan yang dilakukan oleh Jorong). Beberapa dari penjualan ini telah dilakukan pada harga yang lebih rendah dibandingkan dengan penjualan ke pihak tidak terafiliasi. Lihat “Transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa.” Pemeriksaan yang dilakukan oleh Pemerintah berkaitan dengan tidak terpenuhinya ketentuan dalam PKP2B di masa lampau dapat berdampak pada Pemerintah menerapkan beban royalti, pajak dan sanksi lainnya kepada anak perusahaan terkait. Jika Pemerintah menyatakan bahwa Perseroan telah melakukan kelalaian atas PKP2B, terdapat kemungkinan Pemerintah untuk menghentikan PKP2B dengan pemberitahuan terlebih dahulu dari Pemerintah kepada Perseroan untuk memperbaiki pelanggaran terhadap PKP2B tersebut. Perseroan telah memberitahukan Pemerintah atas kelalaian tersebut dan saat ini sedang melakukan diskusi dengan Pemerintah agar kejadian ini tidak terulang lagi di masa yang akan datang dan telah mengajukan permohonan persetujuan kepada Pemerintah atas ekspor batubara ke pihak terafiliasi untuk tahun 2007 serta merencanakan untuk mengajukan permohonan serupa untuk ekspor batubara di tahun-tahun berikutnya. Namun, tidak ada suatu kepastian bahwa Perseroan dapat memperoleh persetujuan dimaksud. Jika Pemerintah memutuskan PKP2B atau menolak permohonan tersebut, maka kegiatan usaha, prospek usaha, kondisi keuangan dan hasil kegiatan usaha Perseroan dapat terpengaruh secara negatif dan material.

Berdasarkan kondisi-kondisi tertentu, kontrak dan Kuasa Pertambangan yang memberikan wewenang kepada Perseroan untuk melakukan kegiatan penambangan dapat dibatalkan atau dibatasi pelaksanaannya oleh Pemerintah

Perseroan memiliki hak-hak kontraktual, baik melalui Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) atau Kuasa Pertambangan (“Ijin Pertambangan Batubara”) yang dimiliki secara langsung maupun melalui Anak Perusahaan yang dapat diakhiri (dalam hal PKP2B) ataupun dibatalkan (dalam hal Kuasa Pertambangan) oleh Pemerintah, dalam hal ini diwakili oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (“Departemen Energi”), apabila Perseroan tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban kontraktual yang diatur dalam perjanjian tersebut, termasuk melakukan pembayaran bea dan pajak kepada Pemerintah dan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu dalam bidang pertambangan, lingkungan, kesehatan dan keselamatan. Berdasarkan PKP2B, apabila Perseroan terbukti lalai akan kewajibannya, Pemerintah akan mengeluarkan pemberitahuan secara tertulis mengenai kelalaian tersebut dan mensyaratkan agar kelalaian tersebut diperbaiki dalam jangka waktu tertentu.

Kecuali apabila kelalaian tersebut tidak dapat diperbaiki dalam jangka waktu yang ditentukan, Pemerintah memiliki hak untuk mengakhiri perjanjian. Selanjutnya, pada tahun-tahun belakangan ini, pejabat Pemerintah dan pihak lain di Indonesia mempertanyakan keabsahan perjanjian pertambangan yang melibatkan Pemerintah sebelum bulan Oktober 1999. Perseroan tidak dapat memastikan kepada para pembeli bahwa para pejabat Pemerintah atau pihak lain tidak akan mempermasalahkan Ijin Pertambangan Batubara untuk alasan politik maupun alasan lainnya, bahwa Pemerintah tidak akan mengakhiri Ijin Pertambangan Batubara atau bahwa Pemerintah akan memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Ijin Pertambangan Batubara. Apabila Ijin Pertambangan Batubara diakhiri ataupun dibatalkan dengan alasan apapun, atau hak-hak Perseroan berdasarkan Ijin Pertambangan Batubara dibatasi, Perseroan tidak dapat atau akan dibatasi untuk melakukan penambangan batubara di dalam wilayah kontrak/kuasa pertambangannya, hal ini dapat mempengaruhi secara material dan menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil usaha dan prospek Perseroan.

Kegiatan usaha Perseroan akan terkena dampak negatif dalam jangka menengah hingga jangka waktu panjang apabila cadangan batubara tambahan tidak dapat diperoleh atau sumber daya yang tersedia tidak dapat diubah menjadi cadangan batubara yang dapat diperbaharui secara ekonomis.

Cadangan batubara dalam wilayah kontrak/kuasa pertambangan Perseroan akan berkurang selama proses penambangan masih berlanjut. Kegiatan penambangan yang sedang berlangsung saat ini di Blok Barat dari wilayah kontrak Indominco diperkirakan akan berakhir pada tahun 2011 dimana tambang tersebut telah mencapai titik akhir dari nilai ekonomisnya. Kegiatan penambangan di Jorong juga diperkirakan akan berakhir di tahun 2013 bertepatan dengan habisnya persediaan batubara di wilayah kontrak Jorong. Pertumbuhan masa depan Perseroan dan kesuksesan Perseroan dalam jangka menengah maupun panjang akan bergantung kepada kemampuan Perseroan untuk memperoleh cadangan batubara tambahan di dalam area eksplorasi dan mengubah cadangan sumber daya batubara tersebut menjadi cadangan batubara yang dapat diperbaharui secara ekonomis sebelum Ijin Pertambangan Batubara berakhir. Sebagai contoh, saat ini Perseroan memiliki rencana untuk memperluas kegiatan pertambangan di Blok Timur dari wilayah kontrak Indominco. Namun, tidak ada kepastian bahwa cadangan batubara baru akan ditemukan dalam jumlah sesuai dengan yang diperkirakan atau bahwa Perseroan akan menerima persetujuan yang dibutuhkan dari Departemen Kehutanan untuk memperluas area kegiatan pertambangannya di Blok Timur Indominco, dimana wilayah tersebut diperuntukkan sebagai wilayah hutan. Perseroan juga sedang meneliti kemungkinan dilakukannya penambangan batubara dengan cara penambangan bawah tanah dalam wilayah kontrak Indominco, dimana Perseroan masih melakukan evaluasi akan kandungan cadangan batubara yang dapat diperbaharui secara ekonomis. Perseroan direncakan untuk melanjutkan kegiatan penambangan dalam wilayah kuasa pertambangan Kitadin Tandung Mayang di tahun 2008 dan akan melanjutkan kegiatan penambangan di wilayah kontrak Bharinto di tahun 2009. Akan tetapi, tidak akan dapat dipastikan bahwa estimasi persediaan batubara yang ditemukan di area-area tersebut dapat diperbaharui secara ekonomis, atau dalam jumlah kuantitas yang diperkirakan. Tingkat produksibatubara di wilayah-wilayah ini dapat bervariasi secara material dari perkiraan saat ini dan mungkin tidak dapat diperbaharui sama sekali. Jika Perseroan tidak mampu untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat cadangan batubaranya, maka dapat mempengaruhi secara material dan menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil usaha dan prospek Perseroan.

Cadangan batubara yang terbukti dan terduga (proved and probable coal reserves) merupakan ekspresi/pernyataan penilaian berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan praktek industri, dan setiap penyesuaian estimasi cadangan batubara yang terbukti dan terduga (proved and probable coal reserves) dapat berdampak negatif terhadap perkembangan dan rencana penambangan Perseroan.

Perkiraan cadangan batubara yang terbukti dan terduga (proved and probable coal reserves) yang termuat di dalam Prospektus ini merupakan pernyataan penilaian berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan praktik industri. Sering kali estimasi ini sesuai pada saat dibuat, namun dapat berubah secara signifikan disaat informasi baru tersedia. Estimasi ini banyak mengandung risiko, termasuk di dalamnya bahwa batubara yang ditambang dapat berbeda atau lebih rendah dari perkiraan sumber daya, dalam hal kualitas, volume, rasio pengupasan overburden (overburden strip ratio) atau biaya pengupasan produksi. Estimasi

45

sering kali tidak tepat dan sampai batas tertentu bergantung pada interpretasi yang pada akhirnya dapat terbukti tidak akurat dan membutuhkan penyesuaian. Penentuan cadangan batubara yang terlihat valid pada saat dibuat dapat berubah secara signifikan di kemudian hari di saat informasi baru telah tersedia. Penyesuaian cadangan batubara yang terbukti dan terduga (proved and probable coal reserves)

mempengaruhi perkembangan dan rencana penambangan Perseroan dan berpotensi menimbulkan dampak yang merugikan bagi kegiatan usaha, kondisi finansial, dan hasil usaha dan prospek Perseroan.

Kegiatan operasional Perseroan tergantung dari kemampuannya untuk mempertahankan hak penambangan dan kemampuannya untuk memperoleh, mempertahankan dan memperbaharui segala ijin-ijin, perjanjian dan persetujuan yang dibutuhkan.

Sebagai tambahan dari Ijin Penambangan Batubara, Perseroan membutuhkan berbagai macam ijin dan persetujuan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk melakukan usaha penambangannya dalam wilayah kontrak/kuasa pertambangannya. Perijinan dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang dibutuhkan termasuk ijin usaha, ijin penanaman modal, ijin ekspor impor, ijin penggunaan tanah, dan perijinan lainnya. Persetujuan yang diperlukan untuk Ijin Penambangan Batubara termasuk persetujuan ketenagakerjaan, persetujuan kontraktor pertambangan yang ditunjuk untuk melakukan jasa penambangan tertentu, Analisa Mengenai Dampak Lingkungan atas operasi pertambangan dan penerbitan serta pengalihan atau penjualan saham dari Anak Perusahaan sebelum tahun keempat dari periode eksploitasi. Selanjutnya, penundaan kegiatan operasional atau penyimpangan dari rencana kerja di dalam proyek pertambangan manapun, juga membutuhkan persetujuan terlebih dahulu dari Pemerintah. Perseroan juga memerlukan persetujuan dari Pemerintah untuk melakukan ekspor batubara kepada pihak terafiliasi atau pihak terkait lainnya, yang mencerminkan sekitar 10% dari total penjualan Perseroan (termasuk penjualan yang dilakukan oleh Jorong). Lihat “Selama ini Perseroan melakukan ekspor batubara ke pihak terafiliasi tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemerintah di mana hal tersebut tidak sesuai dengan PKP2B” dan “Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa”. Kegiatan penambangan di wilayah kontrak Bharinto juga memerlukan berbagai macam persetujuan dari Pemerintah, termasuk juga persetujuan bagi Bharinto untuk memasuki tahapan konstruksi infrastruktur pertambangan yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan PKP2B. Secara umum, tidak dapat dipastikan bahwa aparat pemerintah yang berwenang tidak akan mencabut atau menolak penerbitan atau pembaharuan perijinan dan persetujuan yang dipersyaratkan bagi Perseroan untuk melanjutkan kegiatan usahanya. Perseroan harus memperbaharui seluruh perijinan dan persetujuannya apabila telah habis masa berlakunya, dan harus memperoleh ijin-ijin dan persetujuan baru apabila diperlukan. Apabila Perseroan tidak dapat memperoleh atau memperbaharui ijin dan persetujuan yang dibutuhkan mereka untuk melakukan kegiatan operasional penambangan, kegiatan usaha, kondisi finansial, hasil usaha dan prospek, Perseroan akan terkena dampak yang merugikan secara material.

Kontraktor pertambangan juga membutuhkan ijin usaha jasa pertambangan untuk melakukan kegiatan penambangan berdasarkan perjanjian yang dimilikinya. Tidak ada kepastian bahwa ijin-ijin tersebut dapat diberikan atau diperbaharui. Keterlambatan memperoleh pembaharuan perijinan yang dibutuhkan bagi kontraktor untuk melakukan usahanya akan mengakibatkan penundaan aktivitas operasional dalam wilayah kontrak/kuasa pertambangan terkait yang kemudian dapat menimbulkan kerugian secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi finansial, hasil usaha dan prospek Perseroan.

Semua batubara yang terdapat dalam wilayah pertambangan Perseroan merupakan milik Pemerintah

Secara hukum Perseroan tidak memiliki hak atas batubara, melainkan Pemerintah yang memegang hak yang sah atas batubara sampai dengan batubara tersebut berpindah tangan ke pembeli/pelanggan, dimana biasanya dianggap telah terjadi pada saat batubara tersebut dipindahkan ke dalam kapal milik pembeli atau alat transportasi lain yang dipilih. Dengan demikian, dalam hal Perseroan dinyatakan pailit atau dilikuidasi, batubara tersebut tidak dapat dijadikan pembayaran atas hutang Perseroan kepada kreditor.

Perseroan memiliki ketergantungan kepada kontraktor pertambangan dalam melaksanakan kegiatan operasional penambangan, dimana terhambatnya kegiatan kontraktor tersebut dapat menimbulkan kerugian secara material terhadap hasil usaha Perseroan.

Saat ini, kegiatan operasional penambangan dalam area pertambangan dilakukan melalui sejumlah kontraktor pertambangan berdasarkan perjanjian penambangan jangka menengah sampai panjang. Berdasarkan sejumlah perjanjian penambangan, setiap kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan secara substansial peralatan, fasilitas, pelayanan, bahan-bahan, persediaan, tenaga kerja dan manajemen yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan muka tambang (mining pit) yang telah ditentukan. Apabila terjadi kerusakan, kegagalan operasi, ataupun kesulitan operasional dalam penggunaan peralatan atau mesin-mesin yang dioperasikan oleh kontraktor, dapat merugikan secara material bagi kegiatan usaha, kondisi finansial, hasil usaha dan prospek Perseroan. Penundaan atau gangguan dalam pemindahan overburden atau logistik produksi batubara yang dilakukan oleh kontraktor pertambangan juga dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan secara material kepada kegiatan usaha dan hasil usaha Perseroan. Selanjutnya, kinerja kontraktor dan para sub-kontraktor mungkin dapat terhambat oleh perselisihan buruh atau aksi buruh atau karena keterbatasan kapasitas produksi batubara, peralatan, fasilitas, pelayanan, persediaan yang dibutuhkan para kontraktor dan sub-kontraktor untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya. Meskipun Perseroan memiliki persediaan batubara yang disisihkan untuk pengiriman darurat jika aktivitas penambangan batubara ditangguhkan pada proyek pertambangan manapun, persediaan ini diperkirakan hanya akan bertahan selama tujuh hari tanpa adanya penambahan kembali. Dengan demikian, apabila kontraktor atau sub-kontraktor tidak memenuhi kewajiban mereka sesuai dengan perjanjian (baik karena kesulitan finansial, operasional atau sebab lainnya) atau adanya pengakhiran atau pelanggaran signifikan atas perjanjian yang dilakukan oleh para kontraktor atau sub-kontraktor maka dapat menimbulkan kerugian secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi finansial, hasil usaha dan prospek Perseroan. Pengakhiran perjanjian kontraktor pertambangan dapat menggangu logistik produksi batubara dan dapat membawa dampak kerugian yang material pada kegiatan usaha, hasil usaha dan kondisi finansial Perseroan.

Bencana alam dan kecelakan dapat merugikan kegiatan operasional Perseroan

Kegiatan usaha Perseroan tidak luput dari kecelakaan dan bencana alam, termasuk risiko di dalamnya kebakaran, ledakan, runtuhnya tambang, kondisi geologi yang tidak dapat diperkirakan, tanah longsor, bahaya lingkungan, cuaca (termasuk hujan lebat), dan fenomena alam lainnya. Pada tahun 2006, Perseroan pernah mengalami kecelakaan di daerah kontrak/kuasa pertambangannya yang mengakibatkan delapan korban, termasuk empat korban meninggal pada saat tambang bawah tanah di Kitadin Embalut runtuh. Dua orang diantara korban tambang Kitadin Embalut terluka parah, dimana salah satunya menderita cacat permanen. Kecelakaan tersebut disebabkan oleh praktek kerja yang tidak aman yang dilakukan oleh pekerja yang menyimpang dari standar keamanan kerja. Meskipun Perseroan telah menutup tambang bawah tanah tersebut dan Perseroan percaya bahwa standar keselamatan di tambang-tambang lain Perseroan sudah cukup bagus, tetap tidak dapat dipastikan bahwa tidak akan terjadi lagi kecelakaan yang serius di masa mendatang dalam proyek pertambangan lainnya. Kegiatan operasi pertambangan Perseroan juga tidak luput dari risiko tanah longsor. Jika ada kontraktor pertambangan yang lalai dalam penggalian lahan penambangan, tanah longsor mungkin terjadi yang kemudian dapat menimbulkan cidera berat, hilangnya nyawa dan penangguhan operasi untuk jangka waktu yang tidak dapat dipastikan terhadap wilayah pertambangan yang bersangkutan. Secara umum, kecelakaan signifikan dalam bentuk apapun dapat berakibat pada penangguhan proyek penambangan dan dapat berakibat pada pembayaran kompensasi dalam jumlah besar. Kecelakaan-kecelakaan tersebut tidak hanya membawa dampak yang merugikan dari segi reputasi, namun juga membawa dampak buruk secara material bagi kegiatan usaha, kondisi finansial dan hasil usaha Perseroan. Kegiatan Perseroan juga tidak luput dari bahaya banjir selama musim hujan, khususnya di wilayah pertambangan Jorong dan Trubaindo. Perseroan mengeluarkan pernyataan force majeure terhadap area kontrak Jorong pada tanggal 23 Juli 2007, berkaitan dengan penutupan operasi pertambangan selama 15 (lima belas) hari karena banjir. Banjir yang berulang dapat berdampak negatif bagi produksi batubara dan membawa kerugian secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi finansial, dan hasil usaha Perseroan. Selanjutnya, setiap kerusakan, kecelakaan atau kegagalan operasional di pelabuhan muat, termasuk Terminal Batubara Bontang, atau pada peralatan lain dan mesin-mesin akan menimbulkan dampak yang

47

signifikan terhadap kegiatan operasional Perseroan. Sebagai contoh, pada bulan Pebruari 2007, ujung dari alat curah (shiploading boom) di Terminal Batubara Bontang roboh karena tidak berfungsinya tuas rem motor (winch motor brake) yang kemudian berakibat pada berhentinya kegiatan operasional Terminal Batubara Bontang selama 11 (sebelas) hari berturut-turut. Jika peralatan atau infrastruktur utama mengalami kerusakan di masa mendatang, hal tersebut dapat mempengaruhi secara material dan menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil usaha dan prospek Perseroan.

Undang-undang atau peraturan baru yang dikeluarkan Pemerintah dapat membawa dampak negatif bagi hasil kegiatan operasional dan ijin yang dimiliki Perseroan

Kegiatan pertambangan batubara diatur oleh Pemerintah melalui Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, juga Departemen Kehutanan, Menteri Negara Urusan Lingkungan Hidup dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Lebih lanjut lagi, pemerintah daerah, dimana wilayah kontrak/kuasa pertambangan berada, dapat juga menerapkan peraturan yang berpengaruh pula bagi Perseroan. Pemerintah telah memberlakukan banyak peraturan perundang-undangan yang mempengaruhi industri pertambangan Indonesia. Pada tanggal 11 Oktober 2005, Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 95/PMK.02/2005 mengenai pungutan ekspor batubara (sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 131/PMK.010/2005), dimana berdasarkan peraturan tersebut, ekspor batubara dikenai pungutan sebesar 5.0% dari harga patokan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Berlakunya pungutan ekspor pada bulan Oktober 2005 menyebabkan Perseroan harus mengeluarkan biaya ekspor batubara lebih tinggi. Meskipun peraturan menteri ini diganti pada tanggal 13 September 2006 dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 100/PMK.02/2006, tidak ada kepastian bahwa peraturan sejenis nantinya tidak akan diberlakukan kembali. Kembali diberlakukannya pungutan ekspor sejenis tersebut dapat membawa dampak yang besar kepada kegiatan usaha, kondisi finansial, dan hasil usaha Perseroan. Departemen Energi telah membuat draft peraturan yang mengatur penambangan mineral dan batubara (“Draft Peraturan Pertambangan”). Perseroan tidak dapat memberikan kepastian kepada calon pembeli, apakah Draft Peraturan Pertambangan akan diimplementasikan dalam bentuk yang sudah ada saat ini ataupun dikeluarkan menjadi undang-undang dalam waktu yang akan ditentukan, atau bahwa tidak ada perubahan signifikan yang akan dilakukan terhadap Draft Peraturan Pertambangan sebelumnya, atau setelah pemberlakuannya. Perubahan yang diusulkan terhadap peraturan yang mengatur pertambangan di wilayah hutan mungkin terjadi, yang dapat merubah kerangka kerja dimana Perseroan harus memperoleh persetujuan untuk memulai penambangan di wilayah hutan. Secara umum, tidak ada kepastian bahwa perubahan peraturan perundang-undangan yang mempengaruhi industri pertambangan di Indonesia tidak akan dikeluarkan atau dicabut sewaktu-waktu dimana hal tersebut dapat membawa dampak yang signifikan terhadap kegiatan usaha, kondisi finansial, dan hasil usaha Perseroan. Ijin Pertambangan Batubara berisikan ketentuan spesifik yang mensyaratkan persetujuan sebelumnya dari Pemerintah apabila Anak Perusahaan Perseroan ingin menerbitkan, mengalihkan atau menjual saham sebelum lewatnya tahun keempat dalam periode eksploitasi. Selanjutnya, PKP2B Indominco, PKP2B Trubaindo, dan PKP2B Jorong mensyaratkan bahwa sebelum penerbitan, pengalihan, atau penjualan saham diluar Bursa Efek Indonesia, saham tersebut harus terlebih dahulu ditawarkan kepada Pemerintah secara tertulis. Jika Pemerintah tidak bermaksud untuk membeli saham tersebut, atau tidak memberikan tanggapan dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) hari, saham tersebut dapat diterbitkan, dialihkan, atau dijual dimana penerbitan, pengalihan atau penjualan saham tersebut harus dilaporkan kepada pemerintah dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari. Namun demikian, untuk pengalihan saham yang sebelumnya telah terjadi, Perseroan selalu memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Pemerintah.

Perseroan mungkin tidak dapat mengambil keuntungan dari naiknya harga batubara berdasarkan perjanjian penyediaan batubara

Perseroan menjual batubara kepada pembeli berdasarkan perjanjian penyediaan batubara jangka pendek dan jangka panjang. Persentase tertentu dari perjanjian penyediaan batubara ini memberikan harga tetap untuk periode 12 bulan. Kebijakan Perseroan meliputi kebijakan untuk membuat perjanjan penyediaan batubara untuk jangka panjang dan jangka pendek yang seimbang. Harga kontrak untuk pengapalan batubara berdasarkan perjanjian jangka panjang biasanya ditentukan dan disesuaikan setiap tahun dan kemungkinan berada di bawah harga pasar spot untuk kualitas batubara sejenis pada setiap

waktunya, tergantung pada kerangka waktu dari pelaksanaan perjanjian. Dengan demikian, Perseroan kemungkinan akan kehilangan kesempatan untuk mengambil keuntungan dari tingginya harga batubara di pasar spot berdasarkan ketentuan perjanjian penyediaan batubara. Lihat “Harga batubara berubah-ubah dan dapat naik turun secara signifikan”.

Perseroan juga tidak luput dari risiko kenaikan harga bahan bakar, dimana harga bahan bakar merupakan komponen signifikan untuk produksi batubara, pengangkutan batubara, dan biaya operasional terminal batubara

Berdasarkan ketentuan dari perjanjian Perseroan dengan sebagian besar kontraktor pertambangan, kenaikan harga bahan bakar akan ditanggung oleh Perseroan. Berdasarkan perjanjian dengan pemilik tongkang dan kapal tunda perjanjian untuk freight charter (untuk long term charter, kenaikan bahan bakar ditanggung pemilik tongkang), Perseroan menanggung semua biaya bahan bakar yang diperlukan untuk pengangkutan batubara (barging). Harga minyak dunia meningkat secara signifikan di tahun 2005. Sebagai akibatnya, produksi dan segala biaya yang berhubungan dengan bahan bakar meningkat. Secara historis, Perseroan telah melakukan lindung nilai atas sebagian kecil dari risiko meningkatnya harga bahan bakar, namun peningkatan harga bahan bakar secara signifikan di masa lalu dan di masa yang akan datang menyebabkan peningkatan biaya-biaya yang pada akhirnya dapat membawa pengaruh yang merugikan secara material terhadap kegiatan usaha, kondisi finansial, hasil usaha dan prospek Perseroan.

Perseroan telah melakukan lindung nilai atas komoditas (commodity hedging arrangements) yang

Dalam dokumen PT UBS Securities Indonesia (Halaman 61-77)