• Tidak ada hasil yang ditemukan

Industri Telekomunikasi Indonesia

Dalam dokumen INDOSAT AR2008 ID (Halaman 134-140)

Latar Belakang

Sejak tahun 1961, jasa telekomunikasi di Indonesia diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara. Sebagaimana yang terjadi di negara-negara berkembang lainnya, perluasan dan modernisasi infrastruktur telekomunikasi merupakan hal yang penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia secara umum. Selain itu, banyaknya penduduk dan meningkatnya perekonomian Indonesia telah menyebabkan meningkatnya permintaan atas jasa telekomunikasi.

Pada tahun 2007, Indonesia memiliki penduduk sekitar 231,63 juta orang, yang menyebabkan Indonesia menjadi

Alamat Kantor-Kantor Utama

Kantor Pusat: Jl. Medan Merdeka Barat No. 21, Jakarta 10110, Indonesia Tel: (62-21) 3000 3001, 3869 999

Fax: (62-21) 3804 045

Kantor Regional Jabotabek & Banten

Jl. Medan Merdeka Selatan No. 17, Jakarta 10110, Indonesia Tel: (62-21) 3000 7001

Fax: (62-21) 3000 5702

Kantor Regional Sumatera Utara Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39, Medan 20236, Indonesia Tel: (62-61) 4567 001

Fax: (62-61) 4528 384

Kantor Regional Sumatera Selatan Jl. Veteran No. 933, Palembang 30113, Indonesia Tel: (62-711) 355 816

Fax: (62-711) 372 600

Kantor Regional Jawa Tengah & DI Yogyakarta

Jl. Pandanaran No. 18, Semarang 50134, Indonesia Tel: (62-24) 8411 266

Fax: (62-24) 8415 011

Kantor Regional Jawa Barat Jl. Asia Afrika No. 141-147, Bandung 40111, Indonesia Tel: (62-22) 3000 0900

Fax: (62-22) 4230 856

Kantor Regional Jawa Timur & Bali Nusra

Jl. Kayoon No. 72, Surabaya 60271, Indonesia Tel: (62-31) 5455 001

Fax: (62-31) 5322 982, 546414

Kantor Regional Sulampapua Jl. Slamet Riyadi No. 4, Makassar 90111, Indonesia Tel: (62-411) 326 808

Fax: (62-411) 326 828

Kantor Regional Kalimantan Jl. MT Haryono No. 69, Balikpapan 76114, Indonesia Tel: (62-542) 741 001, 3030 001

Union. Gross Domestic Product atau GDP Indonesia telah meningkat secara signiikan dari US$141,25 milyar di tahun 2001 menjadi US$432,8 milyar di tahun 2007 dalam mata uang Dolar AS saat ini menurut data Bank Dunia, yang memperlihatkan tingkat pertumbuhan keseluruhan per tahun sebesar 6,1%. Tingkat pertumbuhan ini masih lebih baik bila dibandingkan dengan pertumbuhan GDP sekitar 4,3% dan sekitar 5,7% yang dialami oleh Thailand dan Malaysia dalam periode yang sama. Menurut Bank Dunia, GDP per kapita pada tingkat daya beli juga telah meningkat dari US$3.043 di tahun 2000 menjadi US$3.728 di tahun 2007.

Pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, memiliki kewenangan untuk mengatur dan memiliki kendali pengawasan yang besar atas sektor telekomunikasi. Meskipun Pemerintah secara historis telah mempertahankan praktek monopoli di sektor jasa telekomunikasi di Indonesia, reformasi hukum baru- baru ini yang sebagian besar sudah berlaku sejak tanggal 8 September 2000 telah berupaya untuk membuat kerangka hukum yang mendukung persaingan usaha dan mempercepat investasi infrastruktur pada fasilitas- fasilitas telekomunikasi. Untuk penjelasan mengenai reformasi ini, lihat “Butir 4: Informasi tentang Perusahaan - Peraturan Industri Telekomunikasi Indonesia.”

Di Indonesia, sebagian besar jasa telepon tetap diselenggarakan oleh Telkom, yaitu badan usaha yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh negara, yang memiliki dan menyelenggarakan PSTN dan titik akses telepon tetap nirkabel. Sebelum pelaksanaan peraturan interkoneksi yang baru, operator telekomunikasi terinterkoneksi dengan jaringan Telkom guna mengakses semua pengguna telepon tetap dan selular. Monopoli telepon tetap lokal Telkom berakhir pada tanggal 1 Agustus 2002, dan kami sejak saat itu mulai membangun jaringan tetap tersendiri. Menurut peraturan interkoneksi yang baru, para operator telekomunikasi dapat mengadakan perjanjian bilateral yang memungkinkan mereka untuk melakukan interkoneksi secara langsung dengan operator telekomunikasi lainnya.

Meskipun laju penetrasi selular relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia, berdasarkan estimasi International Telecommunications Union, laju penetrasi selular Indonesia telah meningkat dari sekitar 13,8% di tahun 2004 menjadi sekitar 35,3% di tahun 2007, dengan tingkat pertumbuhan keseluruhan per tahun sebesar 42,7%. Proil pertumbuhan GDP dan laju penetrasi yang relatif rendah menunjukkan adanya potensi peningkatan pelanggan selular di Indonesia. Selain itu, pada tahun 2007, jumlah telepon tetap, termasuk akses telepon tetap nirkabel, adalah sekitar 14,8 juta, yang mencerminkan penetrasi telepon tetap sebanyak 7,7%, yaitu salah satu yang terendah di wilayah Asia dan sebagai akibatnya hal ini mengakibatkan pertumbuhan telepon tetap yang stagnan berdasarkan sistem peraturan yang lama. Tabel di bawah ini merupakan rangkuman beberapa informasi mengenai laju penetrasi selular dan telepon tetap di Indonesia dan wilayah Asia pada tahun 2007:

Sumber:

(1) International Telecommunications UnionWorld Telecommunication/ICT Indicators Database & World Bank estimates, ICT Statistics 2007.

Penetrasi selular adalah persentase jumlah pelanggan selular dan populasi penduduk.

(2)

Pasar Jasa Selular

Industri telekomunikasi di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang signiikan di sektor jasa telekomunikasi selular beberapa tahun terakhir ini. International Telecommunications Union memperkirakan jumlah keseluruhan pelanggan selular di Indonesia meningkat dari sekitar 30,0 juta per tanggal 31 Desember 2004 menjadi sekitar 81,8 juta per tanggal 31 Desember 2007, yang merupakan peningkatan laju penetrasi selular dari sekitar 13,5% menjadi sekitar 35,3%. Terlepas dari tingkat pertumbuhan yang cepat ini, laju penetrasi selular sebesar 35,3% per tanggal 31 Desember 2007 relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di wilayah Asia.

Tabel berikut ini memuat informasi berkenaan dengan industri telekomunikasi di Indonesia untuk periode yang disebutkan:

Sumber:

(1) Internasional Telecommunication Union, ICT Indicators Database & World Bank ICT Statistik 2007, tidak termasuk jasa nirkabel telepon tetap.

Penetrasi selular merupakan jumlah pelanggan selular yang dinyatakan dalam

(2)

Untuk tahun yang berakhir pada tgl 31 Desember 2007 Penduduk

(1)

Penetrasi Telepon

tetap(1) Penetrasi Selular

(1) GDP per kapita (2) (Juta) (US$) Hong Kong 7,21 57 % 149 % 42.321 Singapura 4,44 42 133 50.299 Korea Selatan 48,22 46 90 24.712 Malaysia 26,57 16 88 13.379 Thailand 63,88 11 124 8.138 Filipina 87,96 4 59 3.410 Cina 1.328,63 28 41 5.345 India 1.169,02 3 20 2.753 Indonesia 231,63 8 35 3.728

Per tanggal 31 Desember

2004 2005 2006 2007 Tingkat pertumbuhan keseluruhan per tahun 2003-2007

(dalam juta, kecuali persentase)

Penduduk Indonesia(1) 220,08 222,78 225,46 231,63 1,7%

Pelanggan selular(1) 30,0 46,9 63,8 81,8 39,2%

Peluncuran jasa pra-bayar di tahun 1998, yang telah diterima secara luas di pasar Indonesia, telah membuat para operator selular mampu mengatasi piutang macet yang semakin banyak akibat krisis ekonomi, yang dimulai pada pertengahan tahun 1997. Investasi terus meningkat di industri telekomunikasi selular Indonesia dimana para operator mulai melakukan peningkatan jaringan-jaringan mereka.

Pasar nirkabel di Indonesia saat ini telah didominasi oleh tiga operator GSM terbesar: Telkomsel, kami dan Excelcomindo. Sejak tahun 2002, Pemerintah telah mengeluarkan ijin penyelenggaraan jasa selular yang baru dengan menggunakan teknologi CDMA kepada Mobile-8 dan ijin penyelenggaraan jasa akses telepon tetap nirkabel dengan menggunakan teknologi CDMA kepada Telkom, Indosat, dan Bakrie Telecom. Per September 2008, berdasarkan perkiraan kami, para operator GSM berskala nasional ini secara bersama-sama telah menguasai sekitar 86,0% dari pangsa pasar nirkabel Indonesia. Per September 2008, Telkomsel merupakan penyelenggara jasa selular nasional terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggannya berkisar 60,5 juta dan menguasai sekitar 50,0% dari pangsa pasar GSM. Kami adalah penyelenggara jasa selular terbesar kedua dengan jumlah pelanggan berkisar 35,5 juta dan menguasai sekitar 29,0% dari pangsa pasar GSM pada tanggal yang sama. Excelcomindo, penyelenggara terbesar ketiga, memiliki sekitar 25,1 juta pelanggan dan menguasai sekitar 20,7% dari pangsa pasar GSM pada tanggal yang sama. Sedangkan jasa akses telepon tetap nirkabel didominasi oleh Telkom dengan merek Flexi dengan jumlah pelanggannya sekitar 9,1 juta, berdasarkan laporan triwulanan Telkom pada September 2008. Penyelenggara terbesar kedua adalah Bakrie Telecom dengan merek Esia dengan jumlah pelanggan sebesar 6,5 juta pelanggan, berdasarkan laporan manajemen triwulan ketiga tahun 2008. Kami merupakan penyelenggara terbesar ke-empat dengan jumlah pelanggan sebanyak 895.760 dengan merek StarOne. Terdapat juga beberapa pemain lainnya dengan skala lebih kecil seperti NTS, HCPT dan STI.

Pertumbuhan jumlah pelanggan nirkabel di Indonesia sebagian dipacu oleh sistem “calling party pays”, peluncuran jasa pra-bayar, serta diperkenalkannya layanan SMS. Sistem “calling party pays” mengharuskan pihak asal sambungan telepon membayar tarif telepon. Berdasarkan pengalaman di lingkungan internasional, negara- negara yang menjalankan sistem “calling party pays” umumnya mengalami laju penetrasi telepon nirkabel yang lebih tinggi karena para pelanggan telepon nirkabel lebih besar kemungkinannya untuk memberikan nomor teleponnya dan tetap membiarkan telepon genggamnya dalam keadaan hidup.

Sejak peluncurannya di tahun 1998, layanan pra-bayar telah populer di Indonesia, sebagaimana yang terjadi juga di negara-negara lainnya di Asia karena layanan pra-bayar ini memungkinkan para pelanggannya untuk berlangganan telepon nirkabel tanpa perlu melewati prosedur pemeriksaaan atas sejarah kredit mereka. Layanan pra-bayar juga memberikan lebih banyak kontrol pada para pelanggan atas pengeluaran bulanan mereka. SMS telah terbukti populer di Indonesia, terutama pada layanan pra-bayar karena memberikan alternatif lain yang nyaman dan hemat biaya daripada komunikasi suara dan e-mail. Persaingan di industri layanan nirkabel Indonesia terutama terjadi dalam hal kualitas layanan, harga, ketersediaan layanan data dan itur-itur nilai tambah seperti voice mail dan sms.

Pasar Jasa Sambungan Jarak Jauh Internasional

Penyelenggara jasa sambungan jarak jauh internasional di Indonesia memperoleh pendapatan dari traik jarak jauh internasional baik ke dalam maupun ke luar negeri. Dua penyelenggara jasa sambungan jarak jauh internasional adalah Telkom yang memberikan layanan “007” dan kami dengan kode akses “001” dan “008”. Tarif ke luar negeri ditetapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, sedangkan tarif ke dalam negeri dihitung berdasarkan accounting rate yang berlaku. Traik ke luar negeri berasal dari pelanggan telepon tetap dan selular dan dikirimkan ke dua penyelenggara layanan internasional secara langsung melalui international

gateway atau secara tidak langsung melalui PSTN Telkom. Traik sambungan internasional ke dalam negeri diterima di international gateway dan diarahkan ke tujuan yang dimaksud dari international gateway atau melalui jaringan PSTN Telkom yang pada akhirnya dialihkan ke tujuan yang dimaksud.

Di Indonesia, seperti halnya dengan negara-negara yang pasarnya yang mulai berkembang, traik komunikasi ke dalam negeri melebihi traik komunikasi ke luar negeri dimana banyak negara-negara maju memperoleh penghasilan dari traik sambungan jarak jauh internasional yang tidak berimbang.

Secara historis, traik antar-operator diselesaikan berdasarkan konsep accounting rate yaitu metode kompensasi penyelenggara asal dan akhir. Umumnya, penyelenggara sambungan jarak jauh internasional melakukan negosiasi accounting rate per menit atas dasar route-by-route dengan menggunakan satu tarif yang dipakai oleh semua penyelenggara di route tersebut. Pada tahun 2003, kami mulai mengganti sistem accounting rate dengan sistem berbasis tarif terminasi pasar dengan beberapa pihak penyelenggara telekomunikasi asing, dimana kami menyetujui tarif asimetris untuk sambungan ke dalam maupun ke luar negeri. Berdasarkan sistem berbasis tarif terminasi pasar, kami dapat mengurangi tarif yang kami harus bayar untuk sambungan ke banyak tujuan internasional dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan pengurangan tarif sambungan dari tujuan tersebut ke Indonesia. Meskipun sistem tarif ini mengurangi tarif yang kami terima untuk sambungan ke dalam negeri, kami yakin bahwa secara keseluruhan hal ini dapat meningkatkan marjin kami untuk jasa sambungan jarak jauh internasional, terutama sambungan ke luar negeri.

Pada bulan Desember 2006, Pemerintah mengeluarkan Buku Putih Peluang Bisnis di sektor Jasa Telekomunikasi Telepon Tetap (lokal, SLJJ, SLI) dimana mereka mengundang para investor untuk ikut serta dalam tender untuk jasa telekomunikasi telepon tetap. Pemerintah berharap hal ini dapat meningkatkan laju penetrasi Indonesia. Persaingan antar para penyelenggara VoIP yang menawarkan layanan seperti telepon hemat, yaitu “01017“ yang ditawarkan Telkom dan “FlatCall 01016” yang ditawarkan oleh kami, dan kartu telepon pra-bayar telah mulai dan diperkirakan akan berdampak negatif pada pendapatan yang berasal dari jasa sambungan jarak jauh internasional yang telah ada.

Seiring dengan berkembangnya infrastruktur komunikasi data di Indonesia, permintaan atas layanan VoIP meningkat. VoIP menggunakan koneksi komunikasi data untuk memindahkan traik suara ke Internet, yang biasanya menghemat banyak biaya bagi para pelanggan.

Meskipun Pemerintah telah memberlakukan sistem perijinan untuk membatasi jumlah operator VoIP di Indonesia, Pemerintah saat ini tidak lagi mengendalikan tarif yang dikenakan kepada para pengguna akhir dari layanan VoIP. Akan tetapi, Pemerintah telah mengindikasikan bahwa mereka bermaksud untuk mengatur tarif tersebut di kemudian hari, dan diperkirakan peraturan tersebut akan membatasi tarif VoIP menjadi setara dengan tarif diskon maksimum pada kisaran 40,0% dari tarif PSTN yang berlaku saat ini.

Pasar Komunikasi Data

Secara historis, layanan data di Indonesia terutama terdiri dari layanan narrow bandwidth leased line, layanan x.25, layanan jaringan data digital dan layanan jaringan digital terpadu. Layanan jaringan data digital merupakan layanan digital leased line untuk transmisi data. Layanan jaringan digital terpadu merupakan protokol yang memberikan akses dial-in berkapasitas tinggi untuk jaringan publik. Jenis protokol ini dapat menangani traik

suara dan data dalam bentuk digital secara bersamaan pada digital link yang sama melalui integrated switches

melewati jaringan publik. Layanan x.25 merupakan protokol open standard packet switching yang dapat membuat terminal berkecepatan rendah sampai menengah memperoleh akses dial-in atau permanen ke jaringan dari tempat pengguna dan beroperasi pada jaringan. Tarif untuk layanan-layanan ini menurun pada beberapa tahun terakhir ini.

Meningkatnya penggunaan Internet dan meluasnya aplikasi multimedia diharapkan dapat meningkatkan permintaan atas layanan data broadband yang canggih. Para operator di Indonesia tengah mempergunakan jaringan broadband tingkat lanjut agar dapat memberikan jasa high-end data, seperti jasa frame relay,

asynchronous transfer mode dan Internet protocol. Secara khusus, layanan virtual private network, yang menggunakan ATM dan teknologi Internet protocol, dapat mengambil bagian yang lebih besar dari pangsa pasar karena layanan ini memberikan alternatif lain yang dapat diandalkan dan hemat biaya bagi jaringan privat yang bergantung pada dedicated leased lines.

Pasar Jasa Layanan Satelit

Beberapa tahun terakhir ini, persaingan yang semakin ketat terjadi di pasar satelit Asia-Pasiik. Perusahaan- perusahaan di bisnis ini bersaing terutama dalam hal kemampuan cakupan, penawaran produk dan harga. Pada tanggal 6 September 2005, Pemerintah mengeluarkan peraturan yang mewajibkan semua operator telekomunikasi yang menggunakan satelit dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi untuk memiliki ijin penyelenggaraan stasiun bumi dan stasiun luar angkasa. Ijin-ijin ini hanya diberikan kepada operator telekomunikasi yang memiliki

landing right dan dengan ketentuan bahwa spektrum frekuensi yang digunakannya tidak akan menimbulkan

gangguan terhadap para operator yang ada. Satelit asing diperkenankan untuk beroperasi di Indonesia apabila operator telekomunikasi Indonesia memiliki hak penyelenggaraan yang bersifat timbal balik di negara asal satelit tersebut.

Trend Industri

Kami yakin bahwa trend industri telekomunikasi di Indonesia adalah sebagai berikut:

Jasa Nirkabel

Pertumbuhan yang terus berlanjut di sektor telekomunikasi nirkabel. Kami memperkirakan industri

telekomunikasi nirkabel dan permintaan atas layanan telekomunikasi nirkabel akan terus tumbuh seiring dengan semakin berkembang dan semakin modernnya Indonesia.

Migrasi traik suara dan data ke nirkabel. Kami mengantisipasi bahwa layanan nirkabel akan semakin

populer oleh karena meluasnya daerah cakupan dan meningkatnya kualitas jaringan nirkabel, menurunnya tarif telepon genggam dan semakin banyaknya layanan pra-bayar.

Pertumbuhan yang signiikan pada tingkat penetrasi nirkabel di wilayah luar Jawa. Tingkat penetrasi nirkabel

yang relatif rendah di luar Jawa memberikan potensi besar untuk para penyelenggara layanan nirkabel di Indonesia karena penduduk yang tinggal di luar Jawa semakin makmur.

Pertumbuhan penggunaan jasa nilai tambah. Pertumbuhan tingkat penggunaan jasa nilai tambah, seperti

SMS, content dan akses internet diharapkan meningkat di tahun-tahun mendatang, oleh karenanya akan membantu menstabilkan penurunan tingkat penggunaan dan ARPU untuk layanan suara.

Meningkatnya persaingan dengan masuknya para operator nirkabel yang baru ke dalam pasar.

Jasa Sambungan Jarak Jauh Internasional

Meningkatnya persaingan di sektor jasa sambungan jarak jauh internasional. Kami memperkirakan akan terjadi deregulasi Pemerintah dan peningkatan kualitas layanan VoIP untuk meningkatkan persaingan dengan jasa sambungan jarak jauh internasional.

Pertumbuhan jumlah sambungan telepon yang cukup. Kami yakin bahwa pertumbuhan ekonomi dalam negeri

yang berkelanjutan akan mendorong peningkatan jumlah layanan sambungan jarak jauh internasional. Selain itu, pertumbuhan layanan VoIP juga diharapkan dapat meningkatkan permintaan atas jasa sambungan jarak jauh internasional.

Jasa MIDI

Meningkatnya permintaan atas layanan komunikasi data tingkat lanjut. Kami yakin bahwa meningkatnya penggunaan Internet dan meluasnya pasar untuk aplikasi multimedia dapat meningkatkan permintaan atas layanan komunikasi data yang canggih.

Semakin ketatnya persaingan di pasar ISP. Sebagai dampak dari liberalisasi pasar dan terus diterbitkannya ijin-ijin baru, kami mengantisipasi bahwa persaingan di pasar ISP akan meningkat. Kami yakin persaingan akan terjadi terutama dalam hal harga, kualitas layanan dan cakupan jaringan.

Meningkatnya permintaan atas layanan broadband. Kami yakin akan terjadi peningkatan preferensi dan permintaan pelanggan atas akses Internet berkecepatan tinggi yang mana akan mendorong pertumbuhan layanan broadband dalam negeri.

Dalam dokumen INDOSAT AR2008 ID (Halaman 134-140)