• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rangkuman Perbedaan-Perbedaan Penting antara SAK dan US GAAP

Dalam dokumen INDOSAT AR2008 ID (Halaman 185-190)

Laporan keuangan konsolidasi Perusahaan disusun berdasarkan SAK, yang berbeda dalam beberapa aspek yang material dengan US GAAP. Berdasarkan jumlah dan sifat dari perbedaan antara US GAAP dan SAK, para pengguna dari laporan keuangan berdasarkan SAK tidak boleh mengasumsikan bahwa laporan keuangan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan yang disusun berdasarkan US GAAP. Keterangan dari perbedaan- perbedaan antara SAK dan US GAAP diikhtisarkan di bawah ini.

Penyajian ini tidak dapat dianggap sebagai perbandingan antara perbedaan SAK dan US GAAP secara keseluruhan. Sebagai tambahan, tidak terdapat usaha yang dilakukan dalam hal ini untuk mengidentiikasi semua perbedaan pengungkapan, penyajian atau klasiikasi yang akan berdampak pada perlakukan dimana sebuah peristiwa atau transaksi disajikan dalam laporan keuangan atau catatan-catatan di dalamnya. Selanjutnya, tidak terdapat usaha yang dilakukan untuk mengidentiikasi perbedaan-perbedaan antara SAK dan US GAAP di masa mendatang

sebagai hasil dari perubahan standar akuntansi yang telah ditentukan. Badan regulator yang mengumumkan SAK dan US GAAP memiliki proyek-proyek signiikan yang sedang berjalan yang dapat berdampak pada perbandingan di mas a datang, seperti berikut ini.

Bunga yang Dikapitalisasi ke Aktiva dalam Pembangunan dan Pemasangan

Berdasarkan SAK, salah satu kriteria untuk mengkapitalisasi beban bunga ke Aktiva Tertentu yang memenuhi syarat (Qualifying Asset) (seperti Aktiva dalam Pembangunan dan Pemasangan) adalah bunga yang dikapitalisasi harus dapat diatribusikan dengan aktiva tertentu tersebut. Kapitalisasi beban bunga perusahaan induk ke aktiva anak perusahaan tidak diperbolehkan menurut SAK. Perusahaan tidak mengkapitalisasi bunga atas pinjaman yang penerimaannya tidak digunakan untuk memperoleh Aktiva Tertentu.

Berdasarkan U.S. GAAP, Statement of Financial Accounting Standards (“SFAS”) No. 34, “Capitalization of Interest Cost”, tidak disebutkan bahwa beban bunga harus dapat diatribusikan dengan Aktiva Tertentu yang memenuhi syarat; oleh karena itu, bunga yang dapat dikapitalisasi termasuk beban bunga atas pinjaman umum dan khusus. Lebih lanjut, U.S. GAAP mewajibkan kapitalisasi beban bunga perusahaan induk ke seluruh pengeluaran yang memenuhi syarat. Perbedaan jumlah beban bunga yang dikapitalisasi berdasarkan SAK dan U.S. GAAP akan menyebabkan tambahan penyusutan yang diakui berdasarkan U.S. GAAP.

Selanjutnya, US GAAP mengharuskan kapitalisasi dari beban bunga perusahaan induk untuk semua pengeluaran yang memenuhi syarat (qualifying expenditures). Selisih jumlah beban bunga yang dikapitalisasi menurut SAK dan US GAAP berdampak pada penambahan beban penyusutan yang diakui berdasarkan US GAAP. Sebagai akibat dari perbedaan ini, setelah mengeluarkan selisih beban depresiasi yang diakibatkan oleh kapitalisasi beban bunga, untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2006, 2007 dan 2008, laba bersih Perusahaan akan masing- masing menjadi Rp326,3 milyar, Rp488,2 milyar dan Rp890,9 milyar lebih tinggi berdasarkan US GAAP.

Goodwill

Berdasarkan SAK, Goodwill diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan masa manfaat dari Goodwill. Berdasarkan U.S. GAAP, goodwill tidak diamortisasi tetapi ditelaah penurunan nilainya berdasarkan SFAS No. 142, “Goodwill and Other Intangible Assets”. Sebagai akibat dari perbedaan ini, laba bersih Perusahaan untuk setiap tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2006, 2007 dan 2008 akan menjadi masing-masing Rp226,3 milyar, Rp226,3 milyar dan Rp227,5 milyar lebih tinggi berdasarkan US GAAP.

Pengakuan Pendapatan

Berdasarkan SAK, pendapatan dari jasa penyambungan diakui sebagai pendapatan pada saat aktivasi sambungan (untuk jasa pasca-bayar) atau pada saat aktivasi (untuk jasa pra-bayar). Berdasarkan U.S. GAAP, sesuai dengan

SEC Staff Accounting Bulletin (“SAB”) No. 104, “Revenue Recognition”, pendapatan dari jasa penyambungan harus ditangguhkan dan diakui berdasarkan perkiraan jangka waktu hubungan dengan pelanggan yang bersangkutan. Sebagai akibat dari perbedaan ini, untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2006, 2007 dan 2008, laba bersih Perusahaan akan masing- masing menjadi Rp43,6 milyar dan Rp10,8 milyar lebih tinggi dan Rp4,2 milyar lebih rendah berdasarkan US GAAP.

Kapitalisasi Rugi Kurs - Dikurangi Laba Kurs

Berdasarkan SAK, rugi kurs - dikurangi laba kurs atas pinjaman yang digunakan untuk membiayai pembangunan sebuah aktiva tertentu harus dikapitalisasi. Kapitalisasi rugi kurs bersih dihentikan pada saat pembangunan secara substansial selesai dan aktiva yang dibangun siap untuk digunakan. Berdasarkan U.S. GAAP, laba atau rugi kurs harus dikreditkan atau dibebankan pada usaha tahun berjalan pada saat terjadinya. Kapitalisasi rugi kurs bersih dan beban depresiasi yang bersangkutan berdasarkan SAK harus dibalik untuk tujuan U.S. GAAP. Sebagai akibat dari perbedaan ini dan setelah mengeluarkan selisih beban depresiasi yang diakibatkan oleh kapitalisasi rugi kurs, untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006, laba bersih Perusahaan akan menjadi Rp33,2 milyar lebih rendah berdasarkan US GAAP. Tidak terdapat kapitalisasi rugi kurs untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008.

Hak Atas Tanah

Hak atas tanah di Indonesia, kecuali Hak Milik yang diberikan kepada perorangan, dikuasai oleh negara berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Hak pemakaian tanah diberikan melalui sertiikat hak atas tanah, di mana pemegang hak dapat memanfaatkan sebidang tanah selama periode tertentu yang dapat diperpanjang. Perusahaan memperkirakan bahwa hak atas tanah dapat diperpanjang dengan biaya nominal yang wajar di masa mendatang. Umumnya hak atas tanah dapat diperjualbelikan dengan bebas dan dapat dijadikan jaminan hutang. Praktik yang umum berlaku adalah mengkapitalisasi harga perolehan hak atas tanah dan tidak mengamortisasikannya.

Berdasarkan SAK, biaya lain sehubungan dengan perolehan ijin Pemerintah untuk menggunakan tanah (seperti biaya notaris, pajak dan biaya lainnya) harus diamortisasi selama perkiraan masa pemakaian hak atas tanah yang diperoleh dari Pemerintah, yang dalam hal Perusahaan, berkisar antara 20 sampai 30 tahun. Berdasarkan US GAAP, biaya untuk memperoleh hak atas tanah dan serta biaya-biaya lainnya yang terkait, harus diamortisasi selama masa penggunaan hak atas tanah yang diperoleh dari pemerintah, yang berkisar antara 20 sampai 30 tahun. Sebagai akibat dari perbedaan ini, untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2006, 2007 dan 2008, laba bersih Perusahaan akan masing- masing menjadi Rp12,4 milyar, Rp14,6 milyar dan Rp15,7 milyar lebih rendah berdasarkan US GAAP.

Dana Pensiun

Berdasarkan SAK, Perusahaan menerapkan SAK 24 (Revisi 2004) (Catatan 2q). Berdasarkan SAK 24 (Revisi 2004) tidak terdapat kewajiban peralihan (transition obligation) yang timbul pada saat penerapan awal dari SAK dan biaya jasa lalu diakui sebagai beban secara garis lurus selama periode rata-rata sampai manfaat tersebut menjadi hak karyawan (vested).

Berdasarkan U.S. GAAP, mulai pada tahun 2006, Perusahaan menerapkan SFAS No. 158, “Employers’ Accounting

for Deined Beneit Pension and Other Post retirement Plans”, yang diamandemen oleh SFAS No. 87, 88, 106

and 132 (R). Berdasarkan SFAS No. 158, sebuah Perusahaan diharuskan mengakui status program manfaat karyawan yang didanai ataupun tidak didanai dalam neraca keuangan dan juga mengakui sebagai bagian dari Pendapatan Komprehensif Lainnya (“Other Comprehensive Income”), setelah pajak, laba atau rugi aktuarial dan biaya atau manfaat jasa lalu serta aktiva atau kewajiban peralihan yang terakumulasi pada tanggal penerapan yang sebelumnya tidak diakui sebagai bagian dari beban pensiun berkala bersih sesuai dengan SFAS No. 87 “Employers’ Accounting for Pensions”. SFAS No. 158 tidak mengubah perhitungan beban pensiun berkala

bersih sesuai dengan SFAS No. 87. Berdasarkan SFAS No. 87, kewajiban peralihan dan biaya jasa lalu diamortisasi sepanjang sisa masa kerja rata-rata karyawan. Sebagai akibat dari perbedaan ini, untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2006, 2007 dan 2008, laba bersih Perusahaan akan masing- masing menjadi Rp7,4 milyar, Rp5,9 milyar dan Rp8,9 milyar lebih rendah berdasarkan US GAAP.

Hak Minoritas

Merupakan dampak bersih bagian pemegang saham minoritas atas ekuitas anak perusahaan, akibat perbedaan antara SAK dan U.S. GAAP yang mempengaruhi laba bersih anak perusahaan. Sebagai akibat dari perbedaan ini, untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2006, 2007 dan 2008, laba bersih Perusahaan akan masing- masing menjadi Rp1,3 milyar, Rp0,05 milyar lebih tinggi dan Rp0,6 milyar lebih rendah berdasarkan US GAAP.

Jaminan Kesehatan Masa Pensiun

Pada bulan Juli 2004, Ikatan Akuntan Indonesia (“IAI”) mengeluarkan SAK 24 (Revisi 2004) “Imbalan Kerja”, yang mengatur perlakuan akuntansi dan pengungkapan untuk imbalan kerja dan juga mencakup jaminan kesehatan masa pensiun. Berdasarkan SAK 24 (Revisi 2004) tidak terdapat kewajiban peralihan (transition obligation) yang timbul pada saat penerapan awal dari SAK dan biaya jasa lalu diakui sebagai beban secara garis lurus selama periode rata-rata sampai manfaat tersebut menjadi hak karyawan (vested). Berdasarkan U.S. GAAP, Perusahaan mengakui beban jaminan kesehatan masa pensiun selama taksiran masa kerja karyawan berdasarkan perhitungan aktuaria sesuai dengan perlakuan yang diatur dalam SFAS No. 106, “Employers’ Accounting for Postretirement

Beneits Other than Pensions”. Sebagai akibat dari perbedaan ini, untuk tahun yang berakhir pada tanggal- tanggal 31 Desember 2006, 2007 dan 2008, laba bersih Perusahaan akan masing- masing menjadi Rp0,2 milyar, Rp1,3 milyar dan Rp1,3 milyar lebih rendah berdasarkan US GAAP.

Mulai pada tahun 2006, Perusahaan menerapkan SFAS No. 158, dimana Perusahaan diharuskan mengakui status program manfaat karyawan yang didanai ataupun tidak didanai dalam neraca keuangan dan juga mengakui sebagai bagian dari Pendapatan Komprehensif Lainnya, setelah pajak, laba atau rugi aktuarial, biaya atau manfaat jasa lalu, serta aktiva atau kewajiban peralihan yang terakumulasi pada tanggal penerapan yang sebelumnya tidak diakui sebagai bagian dari beban manfaat berkala bersih.

Bagian Laba Bersih Perusahaan Asosiasi

Merupakan dampak dari perbedaan antara SAK dan U.S. GAAP dalam hal akuntansi perusahaan asosiasi untuk selisih kurs atas pinjaman yang berhubungan dengan aktiva dalam pembangunan (lihat Kapitalisasi Rugi Kurs - Dikurangi Laba Kurs di atas). Tidak terdapat bagian laba bersih perusahaan asosiasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2006, 2007 dan 2008.

Laba Pra-Akuisisi

Merupakan perbedaan proporsi pemegang saham minoritas atas laba bersih IM3 sampai dengan tahun 2003 berdasarkan SAK dan U.S. GAAP pada saat akuisisi hak minoritas Anak Perusahaan tersebut. Sebagai akibat dari perbedaan ini, untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2006, 2007 dan 2008, ekuitas Perusahaan akan menjadi Rp14,3 milyar lebih rendah berdasarkan US GAAP.

Lainnya

Penyesuaian lainnya merupakan penyesuaian-penyesuaian yang tidak signiikan atas perbedaan antara SAK dan U.S. GAAP. Sebagai akibat dari perbedaan ini, untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2006, 2007 dan 2008, laba bersih Perusahaan akan masing- masing menjadi Rp1,6 milyar, Rp0,3 milyar dan Rp0,3 milyar lebih rendah berdasarkan US GAAP.

Pajak Penghasilan Tangguhan

Rekonsiliasi pajak tangguhan diakibatkan oleh efek pajak dari penyesuaian rekonsiliasi antara SAK dan U.S. GAAP yang diungkapkan di atas. Pada bulan September 2008, Undang-undang No. 7 Tahun 1983 mengenai “Pajak Penghasilan”, direvisi untuk keempat kalinya dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008. Perubahan tersebut mencakup perubahan tarif pajak penghasilan badan dari sebelumnya menggunakan tarif pajak bertingkat menjadi tarif tunggal yaitu 28% untuk tahun pajak 2009 dan 25% untuk tahun pajak 2010 dan seterusnya. Undang-undang ini berlaku efektif sejak 1 Januari 2009. Dampak dari perubahan tarif pajak ini dimasukkan dalam penyesuaian rekonsiliasi pajak tangguhan. Sebagai akibat dari perbedaan ini, untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2006, 2007 dan 2008, laba bersih Perusahaan akan masing- masing menjadi Rp152,0 milyar, Rp192,1 milyar dan Rp78,3 milyar lebih rendah berdasarkan US GAAP.

C. Penelitian Pengembangan, Paten dan Lisensi, dan lain-lain

Selama tiga tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006, 2007 dan 2008, kami tidak melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang bersifat signiikan.

D. Informasi Tentang Trend

Lihat pembahasan pendahuluan pada “Analisa Operasional dan Keuangan dan Prospek Usaha” di atas untuk keterangan lebih lanjut mengenai trend-trend penting yang memberikan dampak bagi hasil-hasil usaha dan kondisi keuangan Perusahaan. Lihat juga “Butir 3: Informasi Penting—Faktor-Faktor Risiko” untuk keterangan lebih lanjut mengenai mengapa informasi keuangan yang dilaporkan tidak selalu merupakan indikasi hasil usaha di kemudian hari.

E. Penyelenggaraan Off-Balance Sheet

Per tanggal 31 Desember 2008, Perusahaan tidak mempunyai penyelenggaraan off-balance sheet yang sewa- jarnya dapat memberikan pengaruh pada saat ini atau di kemudian hari terhadap kondisi keuangan, peruba- han kondisi keuangan, pendapatan atau pengeluaran, hasil usaha, likuiditas, pengeluaran modal atau sumber modal Perusahaan, yang bersifat material bagi para investor.

F. Pengungkapan dalam bentuk Tabel (Tabular Disclosure) Tentang Kewajiban

Kontraktual

Per tanggal 31 Desember 2008, Perusahaan memiliki kewajiban kontraktual sebesar US$1.402,6 juta dari kontrak-kontrak dalam mata uang asing dan Rp14.481,7 milyar dari kontrak-kontrak dalam mata uang Rupiah. Kewajiban kontraktual dalam mata uang asing yang harus dibayar adalah US$421,7 juta di tahun 2009, US$390,5 juta dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 dan US$498,6 juta dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013

dan US$91,8 juta dalam periode sejak tahun 2014 dan seterusnya. Kewajiban kontraktual dalam mata uang Rupiah yang harus dibayar adalah Rp3.055,7 milyar di tahun 2009, Rp3.089,9 milyar dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011, Rp4.089,4 milyar dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 dan Rp4.246,7 milyar sejak tahun 2014 dan seterusnya.

Angka-angka ini tidak termasuk kewajiban bunga kontraktual yang terkait.

(1)

Angka-angka ini telah dihitung berdasarkan asumsi bahwa opsi yang terkait dengan hutang pinjaman dan

(2)

obligasi, tidak digunakan. Lihat “Butir 4: Informasi tentang Perusahaan-Hutang Pokok-Obligasi Indosat Kedua” dan “Butir 4: Informasi tentang Perusahaan-Hutang Pokok- Obligasi Indosat Ketiga.”

Butir 6:

DIREKTUR, MANAJEMEN SENIOR DAN KARYAWAN

Dalam dokumen INDOSAT AR2008 ID (Halaman 185-190)