• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risiko yang berkaitan dengan Bisnis Perusahaan

Dalam dokumen INDOSAT AR2008 ID (Halaman 87-92)

Kami tergantung pada perjanjian interkoneksi dengan jaringan selular dan jaringan telepon tetap milik para pesaing kami

Perusahaan bergantung pada perjanjian interkoneksi dengan jaringan selular dan telepon tetap milik para pesaing kami dan infrastruktur terkait agar pengoperasian bisnis Perusahaan berhasil. Apabila terjadi perselisihan mengenai interkoneksi, baik yang disebabkan oleh kegagalan pihak lainnya untuk melaksanakan kewajiban kontraktual atau karena alasan lainnya, maka satu atau lebih layanan kami dapat terhambat, terganggu atau terhenti sama sekali, kualitas layanan kami dapat menurun, churn rate pelanggan kami dapat meningkat atau tarif interkoneksi kami dapat naik, yang mana semua ini dapat memberikan dampak negatif bagi bisnis, keadaan keuangan, hasil usaha dan prospek Perusahaan.

Selain itu, Pemerintah telah mengundangkan peraturan interkoneksi baru pada bulan Februari 2006, yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2007. Peraturan baru ini mendeinisikan para operator yang mengendalikan lebih dari 25,0% dari pangsa pasar sebagai “operator dominan” dan mewajibkan para operator tersebut untuk menawarkan interkoneksi kepada para operator telekomunikasi lainnya yang akan disetujui oleh Pemerintah. Selain daripada hal tersebut di atas, peraturan interkoneksi baru tersebut juga menetapkan biaya interkoneksi baru dimana para operator jaringan yang melakukan terminasi panggilan akan menentukan tarif interkoneksi berdasarkan formula yang ditetapkan dalam Peraturan No. 8/PER/KOMINFO/02/2006. Formula baru tersebut berlaku efektif sejak 1 Januari 2007 dan sebagai akibatnya, para operator diwajibkan untuk menagih pembayaran berdasarkan biaya untuk melakukan panggilan tersebut. Biaya interkoneksi akan dihitung dan diberikan kepada Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi atau DJPT untuk disetujui dalam bentuk Daftar Penawaran Interkoneksi atau DPI. Sampai dengan akhir tahun 2006 Pemerintah telah menyetujui DPI milik Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, atau Telkom, PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel, dan Perusahaan. Pada tanggal 11 April 2008, Pemerintah telah menyetujui DPI dari Telkom, Telkomsel, dan Perusahaan yang merupakan perubahan dari DPI sebelumnya. Dewasa ini, semua operator telekomunikasi telah mengadakan suatu perjanjian pokok interkoneksi yang baru. Akan tetapi, masing-masing operator harus mengadakan perjanjian lebih lanjut agar dapat melakukan interkoneksi dengan operator lainnya, yang mana hal ini dapat menyebabkan tertundanya pelaksanaan peraturan interkoneksi yang baru. Kegagalan untuk mengadakan perjanjian-perjanjian tersebut dapat menurunkan pendapatan usaha kami yang diperoleh dari atau meningkatkan biaya yang harus kami bayarkan kepada para operator telekomunikasi lainnya untuk interkoneksi.

Kami menjalankan usaha di dalam keadaan dimana hukum dan perundang-undangan sedang mengalami reformasi. Reformasi ini menyebabkan semakin ketatnya persaingan yang dapat mengakibatkan, antara lain, berkurangnya marjin dan pendapatan usaha, yang semua ini dapat memberikan dampak material yang negatif bagi kami

Reformasi peraturan di sektor telekomunikasi Indonesia yang dilakukan oleh Pemerintah sejak tahun 1999 telah mendorong liberalisasi industri telekomunikasi sampai pada titik tertentu, termasuk di antaranya kemudahan bagi para pemain baru untuk masuk ke sektor industri telekomunikasi dan perubahan struktur persaingan industri telekomunikasi. Akan tetapi, beberapa tahun terakhir ini, perubahan peraturan tersebut menjadi sedemikian banyak dan rumit sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum. Selain itu, seiring dengan terus berlangsungnya reformasi di sektor telekomunikasi Indonesia, para pesaing lain dengan sumber daya yang mungkin lebih besar dari kami mulai memasuki sektor telekomunikasi Indonesia dan bersaing dengan kami dalam menyediakan

layanan telekomunikasi. Pada bulan Januari 2007, Pemerintah memberlakukan peraturan interkoneksi yang baru dan sistem kode akses lima angka yang baru untuk jasa VoIP. Lihat “Risiko Berkaitan Dengan Bisnis Layanan Telekomunikasi Tetap Kami-penggunaan VoIP semakin meningkat, dan beberapa pelanggan tertentu menggunakan VoIP dibandingkan layanan SLI, hal ini menyebabkan dampak negatif yang material terhadap bisnis layanan telekomunikasi tetap kami.” Sehubungan dengan pelaksanaan peraturan mengenai interkoneksi oleh Pemerintah, kami menghadapi beberapa ketidakpastian sehubungan dengan tarif interkoneksi, yang merupakan salah satu sumber pendapatan kami. Pendapatan ini diperoleh dari traik telekomunikasi yang ditransmisikan oleh operator lain dari dan ke jaringan kami. Pemerintah tiap tahunnya akan menentukan formula yang digunakan untuk menghitung tarif interkoneksi yang akan diberlakukan kepada seluruh operator telekomunikasi dalam menentukan biaya interkoneksi. Formula tarif interkoneksi yang ditentukan oleh Pemerintah tiap tahunnya memiliki kecenderungan penurunan biaya interkoneksi. Penurunan biaya interkoneksi tersebut dapat mengurangi pendapatan kami dan juga biaya traik antar operator. Pengurangan dalam jumlah pendapatan dan biaya interkoneksi akan lebih banyak ditentukan oleh volume traik antar operator. Di masa mendatang, Pemerintah akan mengumumkan atau memberlakukan perubahan peraturan lainnya, seperti perubahan kebijakan tarif yang dapat memberikan dampak negatif bagi bisnis atau ijin yang kami miliki saat ini. Kami tidak dapat memberikan kepastian bahwa kami dapat berhasil bersaing dengan para operator telekomunikasi dalam negeri maupun asing atau bahwa pergantian, perubahan atau penafsiran peraturan yang berlaku saat ini atau di kemudian hari oleh Pemerintah tidak akan memberikan dampak negatif yang material bagi bisnis, keadaan keuangan, hasil usaha dan prospek Perusahaan.

Kami dapat menjadi subyek pembatasan kepemilikan asing dalam bidang usaha jasa telekomunikasi

Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2007, sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2007, atau Peraturan Presiden, menetapkan jenis industri dan bidang usaha dalam mana investasi asing dilarang, dibatasi atau harus memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana diatur oleh institusi Pemerintah yang terkait atau Daftar Negatif Investasi. Industri telekomunikasi adalah salah satu industri yang diatur dalam Daftar Negatif Investasi, dan oleh karena itu investasi asing dalam industri telekomunikasi Indonesia terpengaruh oleh pembatasan dan ketentuan yang berlaku. Daftar Negatif Investasi dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Pasar Modal, atau BKPM. Pembatasan yang berlaku bagi industri telekomunikasi bergantung pada jenis usaha telekomunikasi yang dilakukan oleh perusahaan. Pembatasan yang berbeda berlaku tergantung pada apakah usaha tersebut terkait dengan jaringan atau layanan telekomunikasi. Batasan terhadap kepemilikan saham oleh asing dalam perusahaan yang bergerak di bidang usaha jaringan telekomunikasi berkisar dari 49,0% sampai dengan 65,0%, dan batasan pada kepemilikan saham oleh asing pada perusahaan Indonesia yang bergerak dalam penyediaan jasa multimedia (termasuk komunikasi data seperti jasa wireless broadband), berkisar dari 49,0% sampai dengan 95,0%. Berdasarkan Pasal 5 dari Peraturan Presiden, pembatasan yang diatur dalam Peraturan tersebut tidak berlaku bagi investasi yang telah disetujui sebelum berlakunya Peraturan Presiden; dengan ketentuan bahwa investasi tersebut ditetapkan oleh suatu surat persetujuan investasi yang dikeluarkan oleh BKPM. Dengan demikian, pembatasan yang diatur dalam Peraturan Presiden tidak berlaku pada persetujuan investasi yang telah kami peroleh sebelum berlakunya Peraturan Presiden. Selanjutnya, sebagai perseroan terbuka, kami percaya bahwa, meskipun persentase kepemilikan saham oleh asing dalam Perusahaan melampaui 65,0%, pembatasan dalam Daftar Negatif Investasi tidak berlaku bagi kami. Apabila pihak regulator yang berwenang hendak memberlakukan Daftar Negatif Investasi terhadap Perusahaan, terlepas dari status Perusahaan sebagai perseroan terbuka, pemegang saham pengendali atau pemegang saham asing lain kami dapat diminta untuk mengurangi kepemilikan sahamnya pada Perusahaan, hal mana dapat mempengaruhi penurunan harga perdagangan saham Perusahaan dan dapat memiliki pengaruh negatif yang material terhadap usaha, kondisi keuangan dan prospek

selular dan jaringan tetap atau jaringan tertutup tetap, agar dapat memenuhi ketentuan yang berlaku. Pemisahan bidang usaha kami ke dalam dua sektor dapat dilakukan melalui pengalihan jaringan tetap kami atau jasa selular kami kepada anak Perusahaan atau pihak ketiga, yang dapat mempengaruhi kegiatan usaha kami secara material dan dapat mengakibatkan penurunan pada pendapatan usaha kami. Sebagai tambahan, apabila pihak regulator yang berwenang menetapkan bahwa kepemilikan asing di Perusahaan masih melebihi batasan yang ditetapkan dalam Daftar Negatif Investasi, regulator yang berwenang mungkin melarang kami untuk mengikuti tender atau untuk memperoleh izin lain atau spektrum tambahan. Apabila hal ini terjadi, usaha, peluang, kondisi keuangan dan hasil usaha kami menjadi terpengaruh.

Kegagalan untuk melanjutkan pengoperasian jaringan, beberapa sistem utama, gateway menuju jaringan kami atau jaringan para operator lainnya dapat memberikan dampak yang negatif bagi bisnis, keadaan keuangan, hasil usaha dan prospek Perusahaan

Untuk menyediakan layanan kami, Perusahaan sangat bergantung pada lancarnya pengoperasian jaringan. Misalnya, Perusahaan bergantung pada akses ke PSTN untuk terminasi dan sumber panggilan selular ke dan dari telepon dengan jaringan tetap, dan sebagian besar dari traik sambungan selular dan sambungan jarak jauh internasional Perusahaan disalurkan melalui PSTN. Terbatasnya fasilitas interkoneksi PSTN yang tersedia untuk Perusahaan telah memberikan dampak negatif bagi bisnis kami pada masa lalu dan dapat memberikan dampak negatif bagi bisnis kami di masa mendatang.

Oleh karena hambatan kapasitas interkoneksi, para pelanggan selular kami sesekali mengalami kesulitan dalam melakukan panggilan. Kami tidak dapat memberikan kepastian bahwa fasilitas interkoneksi ini akan ditingkatkan atau dipertahankan pada level saat ini.

Perusahaan juga bergantung pada beberapa sistem informasi manajemen atau sistem lainnya yang canggih dalam hal teknologi, seperti sistem tagihan pelanggan yang membuat kami dapat menjalankan bisnis. Selain itu, kami cukup bergantung pada interkoneksi ke jaringan operator telekomunikasi lainnya yang menghubungkan sambungan telepon para pelanggan kami ke para pelanggan operator telepon jaringan tetap dan para operator selular lainnya baik di dalam maupun di luar Indonesia. Jaringan kami, yang meliputi sistem informasi, teknologi informasi dan infrastruktur, dan jaringan para operator lainnya dengan mana para pelanggan kami berinterkoneksi, sangat rentan terhadap kerusakan dan gangguan operasi akibat berbagai hal seperti gempa bumi, kebakaran, banjir, putusnya aliran listrik, tidak berfungsinya perangkat, cacat pada software jaringan, gangguan kabel transmisi atau peristiwa-peristiwa yang serupa. Misalnya, pusat pengendali telekomunikasi dan fasilitas back-up teknologi informasi kami sangat berkonsentrasi di kantor pusat dan principal operating and tape back-up storage facilities di dua tempat di Jakarta. Setiap kegagalan yang mengakibatkan gangguan pada operasional kami atau penyediaan salah satu layanan, baik akibat gangguan operasional, bencana alam atau lainnya, dapat menghambat kami dalam menarik dan mempertahankan pelanggan, yang mana hal ini dapat menyebabkan para pelanggan menjadi sangat tidak puas dan memberikan dampak negatif bagi bisnis, keadaan keuangan, hasil usaha dan prospek Perusahaan.

Sebagai operator telekomunikasi SLI yang dominan, DPI kami harus mendapat persetujuan dari Pemerintah dan dapat disesuaikan sehingga mengakibatkan hal yang yang tidak menguntungkan bagi kami, dan dapat berdampak negatif bagi Perusahaan

Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pada bulan Februari 2006, Pemerintah telah menetapkan skema biaya interkoneksi dengan membuat pedoman rumusan tarif bagi para operator telekomunikasi. Berdasarkan skema

tarif ini, operator telekomunikasi SLI, seperti kami, yang menguasai lebih dari 25,0% pangsa pasar digolongkan sebagai “operator dominan”, dan diwajibkan untuk mengajukan DPI untuk disetujui oleh Pemerintah. DPI tersebut harus mengungkapkan jenis jasa interkoneksi yang ditawarkan oleh operator telekomunikasi dan tarif yang dibebankan kepada tiap-tiap jasa tersebut. Pemerintah dapat menilai dan mengkaji secara berkala DPI yang diajukan oleh para operator dominan untuk mendapat persetujuan Pemerintah. Di lain pihak, para operator telekomunikasi yang tidak dianggap dominan cukup hanya memberitahukan tarifnya kepada Pemerintah dan dapat memberlakukan tarif tersebut kepada para pelanggannya tanpa perlu mendapat persetujuan dari Pemerintah. Skema tarif interkoneksi baru tersebut berlaku efektif sejak 1 Januari 2007. Perbedaan perlakuan antara para operator telekomunikasi yang dominan dan non-dominan ini dapat membuka peluang bagi para pemain baru di industri telekomunikasi, memperbesar keleluasaan bagi mereka dalam menetapkan tarif yang rendah dan menawarkan ketentuan tarif yang rendah kepada para pelanggannya, yang mana hal-hal ini dapat memberikan dampak negatif bagi bisnis, keadaan keuangan, hasil usaha dan prospek Perusahaan.

Kegagalan kami untuk tanggap terhadap perubahan teknologi yang sangat cepat dapat memberikan dampak negatif bagi bisnis kami

Industri telekomunikasi terbentuk dengan adanya perubahan teknologi yang sangat cepat. Kami dapat menghadapi persaingan yang semakin ketat dari segi teknologi yang saat ini sedang dikembangkan atau yang mungkin dikembangkan di kemudian hari. Perkembangan atau penerapan teknologi, layanan atau standar baru atau alternatif di masa mendatang memerlukan perubahan besar terhadap model bisnis Perusahaan, pengembangan produk baru, penyediaan layanan tambahan dan investasi baru dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh, perkembangan teknologi konvergensi telepon tetap-selular yang dapat membuat sambungan telepon yang berasal dari selular tidak melalui jaringan selular, tetapi sebaliknya melalui jaringan telepon tetap, dapat memberikan dampak negatif bagi bisnis Perusahaan. Pengembangan produk dan layanan baru membutuhkan biaya yang tinggi dan dapat mengakibatkan lahirnya pesaing baru di pasar. Kami tidak dapat secara akurat memperkirakan bagaimana perubahan teknologi yang baru muncul dan yang akan ada di kemudian hari dapat mempengaruhi operasional atau daya saing layanan kami. Kami tidak dapat memberikan kepastian bahwa teknologi kami tidak akan menjadi usang, atau tidak akan mendapat persaingan dengan teknologi baru di masa mendatang, atau bahwa kami akan dapat memperoleh teknologi baru yang diperlukan, dengan ketentuan- ketentuan yang dapat diterima secara komersial, agar dapat bersaing di situasi yang telah berubah.

Kami mungkin tidak dapat memperoleh pendanaan yang memadai agar dapat tetap bersaing di sektor industri telekomunikasi Indonesia

Penyelenggaraan jasa telekomunikasi merupakan bidang usaha padat modal. Agar dapat bersaing, kami harus terus melakukan perluasan, modernisasi dan pembaharuan teknologi kami, yang memerlukan investasi modal dalam jumlah yang besar. Selama tahun 2007 dan 2008, total pengeluaran modal konsolidasi Perusahaan masing-masing adalah Rp9726,4 milyar dan Rp12.341,9 milyar. Untuk tahun 2009, rencana pengeluaran modal Perusahaan adalah kurang lebih US$600 juta yang akan digunakan untuk pengembangan aset tetap pada selular, data tetap dan data telekomunikasi tetap. Kemampuan kami untuk membiayai pengeluaran modal di masa mendatang akan bergantung pada kinerja operasi kami di masa mendatang, yang mana bergantung pada keadaan ekonomi, tingkat suku bunga dan faktor keuangan, bisnis dan faktor-faktor lainnya, dimana banyak di antaranya berada di luar kekuasaan kami, dan pada kemampuan kami untuk memperoleh tambahan pendanaan eksternal. Kami tidak dapat memberikan kepastian bahwa tambahan pendanaan akan tersedia bagi kami dengan persyaratan-persyaratan yang secara komersial dapat diterima, ataupun tidak ada sama sekali. Selain itu, kami

hutang kami. Dengan demikian, kami tidak dapat memberikan kepastian bahwa kami akan mempunyai sumber dana yang mencukupi untuk meningkatkan atau memperluas infrastruktur selular atau memperbaharui teknologi kami yang lain yang diperlukan agar dapat tetap bersaing di pasar telekomunikasi Indonesia, yang mana hal ini dapat memberikan dampak negatif yang material bagi bisnis, keadaan keuangan, hasil usaha dan prospek Perusahaan.

Pemerintah merupakan pemegang saham mayoritas dari para pesaing utama kami, yaitu Telkom dan Telkomsel. Pemerintah dapat memberikan prioritas pada bisnis Telkom dan Telkomsel daripada Perusahaan

Per tanggal 31 Maret 2009, Pemerintah memiliki saham sebanyak 14,29% di Perusahaan, termasuk satu saham Seri A, yang memiliki hak suara istimewa dan hak veto atas beberapa hal strategis sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perusahaan, termasuk keputusan untuk melikuidasi Perusahaan dan memperbolehkan Pemerintah untuk menominasikan satu Direktur dan satu Komisaris.

Per tanggal 31 Desember 2008, Pemerintah juga memiliki saham sebanyak 51,2% di Telkom, yang merupakan pesaing utama kami di sektor jasa telepon tetap SLI. Per tanggal yang sama, Telkom memiliki saham sebanyak 65,0% di Telkomsel, salah satu pesaing utama kami dalam penyelenggaraan jasa selular. Persentase kepemilikan saham Pemerintah di Telkom jauh lebih besar dibandingkan di Perusahaan. Kami tidak dapat memberikan kepastian bahwa kebijakan dan rencana Pemerintah akan banyak mendukung bisnis Perusahaan atau bahwa Pemerintah akan memberikan perlakuan yang sama kepada Telkom dan Perusahaan ketika memberlakukan keputusan-keputusan di kemudian hari, atau ketika menggunakan wewenang regulasinya terhadap industri telekomunikasi Indonesia.

Kepentingan para pemegang saham pengendali kami dapat berbeda dengan kepentingan para pemegang saham lainnya

Per tanggal 31 Maret 2008, ICLM, suatu perusahaan Mauritius dan ICLS memiliki sekitas 65% saham yang telah ditempatkan dan disetor kami, ICLM dan ICLS saat ini seluruhnya dimiliki dan dikendalikan oleh Qtel, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Qatar dan pihak terkaitnya. ICLM dan pemegang saham pengendalinya dapat menggunakan kendalinya atas bisnis Perusahaan dan dapat membuat kami mengambil tindakan yang tidak berhubungan dengan, atau dapat berbenturan dengan, kepentingan terbaik kami ataupun para pemegang saham Perusahaan lainnya, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan manajemen dan kebijakan kami. Meskipun orang-orang yang ditunjuk oleh ICLM memegang jabatan baik di dalam Dewan Komisaris maupun Direksi Perusahaan, kami tidak dapat memberikan kepastian bahwa pemegang saham pengendali kami akan memilih untuk atau dapat mempengaruhi usaha kami dengan cara yang menguntungkan para pemegang saham lainnya.

Kami mengandalkan personil manajemen inti, dan bisnis kami dapat terkena dampak negatif apabila tidak mampu mempekerjakan, melatih, mempertahankan dan memberikan motivasi pada personil inti

Kami yakin bahwa tim manajemen kami saat ini telah memberikan kontribusi pengalaman dan keahlian yang besar dalam mengelola bisnis Perusahaan. Keberhasilan bisnis kami dan kemampuan kami dalam melaksanakan strategi-strategi bisnis kami di masa mendatang sangat bergantung pada upaya-upaya yang dilakukan oleh personil inti kami. Personil yang terampil di sektor industri telekomunikasi di Indonesia tidak banyak jumlahnya

dan kelangkaan ini mungkin akan terus terjadi. Oleh karena itu, persaingan untuk mendapatkan personil ahli tertentu menjadi semakin tinggi. Selain itu, seiring dengan masuknya para pemain baru di pasar yang mulai menjalankan atau memperluas bisnisnya di Indonesia, beberapa karyawan inti kami dapat meninggalkan jabatannya saat ini. Ketidakmampuan kami dalam mempekerjakan, melatih, mempertahankan dan memberikan motivasi pada personil inti dapat memberikan dampak negatif yang material bagi usaha, keadaan keuangan, hasil usaha dan prospek Perusahaan.

Apabila Komisi Pengawas Persaingan Usaha memutuskan bahwa kami terbukti bersalah melakukan penetapan harga, kami dapat dikenakan sanksi yang cukup besar sehingga dapat menurunkan pendapatan kami dan berdampak pada bisnis, reputasi dan keuntungan kami

Pada tanggal 1 November 2007, KPPU telah mengeluarkan keputusan mengenai pemeriksaan awal terhadap kami dan delapan perusahaan telekomunikasi lainnya dengan tuduhan penetapan harga SMS dan pelanggaran Pasal 5 dari Undang-Undang Anti Monopoli (Undang-Undang No. 5/1999). Pada 18 Juni 2008, KPPU menetapkan bahwa hanya Telkom, Telkomsel, Excelcomindo, Bakrie Telecom, Mobile-8 dan Smart Telecom secara bersama- sama telah melanggar Pasal 5 dari UU No. 5/1999. Telkomsel dan Excelcomindo selanjutnya telah mengajukan banding atas putusan ini ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah memanggil kami untuk menghadap sebagai turut terlapor dalam perkara ini. Sebagai tambahan, selama tahun 2007 dan 2008 beberapa gugatan class action telah ditujukan kepada Perusahaan, Telkomsel dan Excelcomindo di Pengadilan Negeri Bekasi, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Pengadilan Negeri Tangerang, berkaitan dengan kepemilikan silang Temasek sebelumnya di Indosat dan Telkomsel, yang dituduh telah mengakibatkan pengaturan harga telekomunikasi yang tinggi sehingga merugikan masyarakat.

Apabila keputusan KPPU menyatakan bahwa penetapan harga ini merugikan konsumen, keputusan tersebut dapat juga menyebabkan timbulnya gugatan class action lebih lanjut terhadap kami. Faktor-faktor tersebut di atas dapat menimbulkan dampak negatif terhadap bisnis, reputasi dan keuntungan kami.

Dalam dokumen INDOSAT AR2008 ID (Halaman 87-92)