• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

7. Sumberdaya manusia perikanan tangkap

6.5 Infrastuktur Pelabuhan Perikanan

Infrastruktur pelabuhan perikanan sangat penting artinya dalam pengelolaan dan pengembangan perikanan tangkap yaitu sebagai interface antara kegiatan penangkapan ikan di laut dan pengolahan dan pemasaran di darat. Peran pelabuhan perikanan yang sangat penting tersebut terlihat dari fungsi pelabuhan perikanan ada pada UU No 45 tahun 2009 sebagai perubahan UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Undang undang tersebut menjelaskan bahwa fungsi pelabuhan perikanan dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya dapat berupa

(a) pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan, (b) pelayanan bongkar muat, (c) pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, (d) pemasaran dan distribusi ikan (e) pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan (f) tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan, (g) pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan, (h) tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, (i) pelaksanaan kesyahbandaran (j) tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan (k) publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas kapal perikanan (l) tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikanan (m) pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari; dan/atau (n) pengendalian lingkungan. Pengembangan pelabuhan perikanan terutama dalam konteks wilayah perbatasan hendaknya dipahami sebagai suatu proses pengembangan fungsi-fungsi yang ada dalam wilayah tersebut termasuk fungsi-fungsi ekonomi (Solihin dan Rokhman 2009).

Infrastruktur pelabuhan perikanan di Kabupaten Nunukan masih sangat minim. Pelabuhan perikanan yang ada hanyalah PPI Sebatik yang ada di Pulau Sebatik. Secara fisik, pada dasarnya pelabuhan ini mempunyai fasilitas yang relatif lengkap (Tabel 26). Namun demikian secara operasional, pelabuhan perikanan ini dapat dikatakan tidak berjalan. Aktifitas yang ada hanyalah pencatatan dan pengambilan retribusi hasil tangkapan yang akan dijual ke Tawau Malaysia. Ketiadaan aktifitas ini menyebabkan sebagian besar fasilitas fisik mengalami kerusakan akibat tidak dipergunakan sesuai peruntukkannya.

Tabel 26 Jenis dan kondisi fasilitas PPI Sebatik Kab. Nunukan

Nama Fasilitas Jumlah

(unit) Volume Satuan Kondisi

Pemanfaatan Fasilitas

Tahun

Pembuatan Sumber Dana

Fasilitas Pokok

Areal daratan pelabuhan 1 40 ha - -

Dermaga 1 50 m Rusak

berat Sesuai 2000 APBD

Jetty 1 1300 m Rusak berat Tidak sesuai 2000 APBD Pemecah Gelombang (Breakwater) 1 40 m 2

Baik Sesuai 2000 APBD

Alur Pelayaran 1 60 m2 Rusak

ringan Sesuai 2000 APBD

Tempat Tambat (Bollard) 2 unit Rusak

ringan

Tidak

Lanjutan Tabel 26

Nama Fasilitas Jum

lah Volu me Satu an Kondi si Pemanfaat an Fasilitas Tahun Pembuat Sumber Dana

Jalan 1 40 m2 Baik Sesuai - APBD

Drainase 1 20 m2 Baik Sesuai - APBD

Fasilitas Fungsional

Tempat Pelelangan Ikan

(TPI) 1 200 m

2

Baik Sesuai 2000 APBD

Penampung/Tangki Air 1 1.100 liter Baik Sesuai 2000 APBD

Daya Listrik 3.500 KVA Baik Tidak

sesuai 2000 APBD

Rumah Genset 1 unit Rusak

berat Sesuai 2000 APBD

Tangki BBM 2 50 liter Baik sesuai 2000 APBD

Tempat Penampungan Ikan

hidup 2 unit Baik

Tidak dimanfaat kan 2000 APBD Kantor Administrasi Pelabuhan 1 150 m Rusak ringan - -

Kendaraan Inventaris Roda

2 2 unit

Rusak

ringan Sesuai 2000 APBD

Tempat Parkir 1 150 m Baik Tidak

sesuai 2000 APBD

Kapal Pengawas 3 unit Rusak

ringan sesuai 2000 APBD

Fasilitas Penunjang

Balai Pertemuan Nelayan 1 100 m Rusak

ringan

Tidak

sesuai 2000 APBD

Rumah Karyawan 1 36 m2 Baik Tidak

sesuai 2000 APBD

Pos Jaga 1 6 m Rusak

ringan

Tidak dimanfaat

kan

2000 APBD

Pos Pelayanan Terpadu Rusak

ringan sesuai APBD

Guest House 1 35 m Rusak

berat

Tidak dimanfaatk

an

2000

Tempat Peribadatan 1 40 m Rusak

ringan

Tidak

sesuai 2000

Sumber : PPI Sebatik, 2009

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar fasilitas pelabuhan perikanan dalam kondisi rusak baik rusak ringan maupun berat. Padahal kalau diperhatikan, fasilitas tersebut dibangun pada tahun 2000. Demikian pula ditinjau dari pemanfaatannya, sebagian besar fasilitas dimanfaatkan tidak sesuai dengan

peruntukkannya bahkan banyak juga fasilitas yang tidak dimanfaatkan. Hal ini mengindikasikan bahwa aktifitas perikanan dan kepelabuhan seperti pendaratan ikan, penyediaan bahan perbekalan, perbaikan kapal dan alat tangkap, dan pengolahan tidak terdapat di pelabuhan ini. Satu-satunya aktifitas yang ada adalah pencatatan dan penarikan retribusi hasil tangkapan yang akan dipasarkan ke Tawau Malaysia.

Selama ini para nelayan mendaratkan hasil tangkapannya di rumah masing-masing yang sebagian besar berada di pantai atau pinggir sungai. Untuk nelayan yang berasal dari suku Bugis, bahkan rumah-rumah mereka berada di pantai/laut. Mereka menyetorkan langsung hasil tangkapannya kepada para tauke/pedagang pengumpul yang memang membiayai kebutuhan operasional nelayan tersebut.

Ketika pelabuhan perikanan sudah berjalan, aspek pengawasan kapal ikan akan lebih ditingkatkan lagi dan kapal-kapal perikanan akan diarahkan memasuki pelabuhan perikanan tersebut. Beberapa permasalahan yang menyebabkan tidak beroperasi pelabuhan perikanan tersebut adalah :

(1) Sebenarnya saat ini akan dibangun pelabuhan perikanan yang relatif memadai. Namun demikian masih belum selesai juga. Bangunan masih berupa tiang pancang. Komitmen pemerintah untuk membangun pelabuhan perikanan di Nunukan masih belum optimal. Dana yang dibutuhkan untuk membangun pelabuhan perikanan tersebut diperkirakan 86 milyar, sedangkan dana dari APBN untuk pembangunan pelabuhan perikanan hanya 2-3 milyar/tahun.

(2) Adanya ketergantungan nelayan dengan para pedagang pengumpul yang merupakan kepanjangan tangan dari para tauke Tawau. Ketergantungan tersebut meliputi ketergantungan permodalan dan pemasaran. Seluruh pembiayaan melaut ditanggung oleh pedagang pengumpul tersebut.

(3) Dukungan infrastruktur penunjang yang belum optimal seperti infrastruktur transportasi, listrik dan air bersih

(4) Belum berkembangnya industri pengolahan ikan pasca panen yang mampu menampung hasil tangkapan para nelayan.

Gambar 17 Sebaran pelabuhan perikanan di Kalimantan Timur

Adanya berbagai permasalahan tersebut menyebabkan seluruh hasil tangkapan dipasarkan ke Tawau yang memang menampung semua jenis ikan dari

Nunukan. Demikian pula dengan penyediaan bahan perbekalan melaut bahkan kebutuhan sehari-hari lainnya, mereka peroleh dari Tawau. Pada dasarnya para pemodal Tawau berminat untuk berinvestasi di Nunukan, hanya saja mengalami berbagai kendala, diantaranya:

(1) Keterbatasan infrastruktur terutama listrik dan air.

Pelabuhan perikanan merupakan suatu lingkungan dimana aktifitas perekonomian perikanan berlangsung. Ketidaktersediaannya infrastruktur yang memadai merupakan disinsentif bagi para pelaku ekonomi perikanan untuk beraktifitas di sana. Padahal seluruh aktifitas ekonomi seperti cold storage, pabrik es, ice storage, galangan kapal, pabrik pengolahan hasil tangkapan sangat membutuhkan infrastruktur dasar seperti pasokan listrik dan air bersih.

(2) Regulasi yang belum kondusif. Banyaknya perizinan dan pengurusan mulai dari tingkat nasional (karena termasuk PMA), tingkat propinsi maupun kabupaten. Disamping itu adanya ketidakpastian dalam pengurusan tersebut dalam arti bahwa meskipun sudah melalui berbagai tahap pengurusan yang memakan waktu yang lama dan biaya yang cukup besar, belum ada kepastian bahwa usaha tersebut akan berjalan. Hal ini berbeda dengan pengurusan usaha di Tawau Malaysia yang hanya membutuhkan waktu satu minggu dimana ketika seorang pengusaha mengajukan usaha, mereka menerima ajuan tersebut melalui satu pintu. Pihak-pihak pemerintah yang berkepentingan berkumpul untuk membahas usulan tersebut. Maka kemudian mereka memutuskan berbagai hal yang terkait dengan usaha yang diajukan baik pengurusan administrasi, pembiayaan dan lainnya. Setelah itu tidak ada lagi pungutan lagi yang bermacam-macam. Hanya secara periodik (tiga bulanan) akan dilakukan monitoring terhadap usaha yang dijalankan. Apabila macet atau tidak sesuai dengan aturan, maka usaha tersebut akan dicabut.

Keberadaan pelabuhan perikanan yang memadai menjadi sangat penting tidak hanya dalam konteks pembangunan ekonomi Kab Nunukan tetapi juga termasuk di seluruh Kalimantan Timur. Data DJPT (Gambar 17) menunjukkan bahwa belum ada pelabuhan perikanan di Kalimantan Timur yang relatif memadai sebagai pusat industri perikanan. Sampai saat ini pelabuhan perikanan yang ada

sebagian besar merupakan pelabuhan perikanan tipe D (Pangkalan Pendaratan Ikan) atau bahkan lebih kecil dari itu. Kabupaten Nunukan sendiri hanya mempunyai PPI Sebatik.

Adanya pelabuhan perikanan di Nunukan menjadi sangat strategis dimana dapat menjadi pusat pemasaran hasil tangkapan dari seluruh wilayah Kalimantan Timur sebelum akhirnya dapat diekspor ke Tawau Malaysia atau wilayah lainnya.