• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jangan letakkan kacamata dengan lensa di bawah

Inilah salah satu penyebab lecet terbesar kacamata. Lecet yang dihasilkan pun terkadang parah dan kentara. Belilah sebuah kotak untuk menyimpan kacamata Anda sewaktu tidak dipakai supaya lensa aman dari goresan. (Kevin Sanly Putera)

Berita 17 – Rabu, 13 Agustus 2014 | 07:26 WIB

Biarkan Sinar Matahari Masuk ke Dalam Ruangan

KOMPAS.com - Jangan takut terkena sinar matahari pagi, malah Anda perlu

membiarkan sinar matahari masuk ke dalam ruangan karena membawa banyak manfaat positif.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Northwestern Medicine dan Universitas Illinois menemukan bahwa terkena cahaya matahari, bahkan lewat jendela, berdampak baik bagi tubuh. Selain membuat durasi tidur yang lebih panjang di dalam hari, kualitas dan aktivitas fisik juga meningkat. "Semakin banyak bukti bahwa terkena cahaya matahari, apalagi ketika pagi hari, membawa dampak baik bagi kesehatan. Efek tersebut berpengaruh kepada mood, kewaspadaan, dan metabolisme tubuh," kata ahli saraf dan gangguan tidur, Phyllis Zee, M.D, yang melakukan penelitian terkait.

Dr. Zee dan tim menguji 49 pekerja kantoran, di mana 27 orang bekerja di tempat yang tidak ada jendela dan 22 lainnya ada jendela. Adanya jendela di ruang kerja meningkatkan paparan sinar matahari hingga 173 persen di siang hari dan efeknya adalah waktu tidur 46 menit lebih lama di malam hari.

Mereka juga menemukan bahwa karyawan yang terkena cahaya matahari lebih aktif secara fisik daripada yang tidak. Tingkat kualitas hidup dan tidur pun meningkat. "Cahaya adalah agen penyelaras yang paling penting untuk otak dan tubuh kita," ungkap Ivy Cheung, asisten peneliti Dr. Zee. "Adaptasi biologis (tubuh) kita terhadap perputaran bumi sehari-hari terbukti penting untuk kesehatan," paparnya. Tidak bisa dipungkiri cahaya matahari adalah sumber penting penghasil vitamin D. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit juga menyebutkan cahaya matahari penting untuk bayi yang masih menyusu, walaupun di dalam ASI sudah terkandung vitamin D yang berlimpah. (Kevin Sanly Putera)

Berita 18 – Rabu, 13 Agustus 2014 | 15:05 WIB

Mengapa Rasa Bahagia Membuat Tubuh Sehat?

KOMPAS.com - Emosi positif dan kualitas kesehatan yang baik sebenarnya saling

terkait. Ini karena tubuh dan pikiran saling terhubung.

Descartes pernah menyebutkan bahwa tubuh dan pikiran itu terpisah, bekerja sendiri-sendiri. Namun, pemikiran Descartes terbukti salah! Sejak 50 tahun terakhir para ilmuwan menemukan bahwa tubuh dan pikiran saling terhubung. Bahkan, keduanya begitu intim dan tak terpisahkan. Relasi antara tubuh dan pikiran tersebut melahirkan sebuah cabang ilmu eksak baru, yaitu psiko-neuroimunologi (PNI). Ilmu ini mengeksplorasi hubungan antara pikiran, otak, dan sistem imun tubuh.

Salah satu hasil penelitian PNI dipublikasikan di New England Journal of Medicine pada 1991. Sekelompok ilmuwan mengadakan survei kepada sejumlah orang yang diminta memakai obat semprot hidung. Beberapa dari obat tersebut mengandung virus demam ringan dan sisanya hanya mengandung garam. Para objek penelitian tidak tahu kandungan mana yang mereka dapat. Hasilnya, mereka yang pikirannya stres mengalami gejala flu. Di sisi lain, mereka yang tidak terlalu stres dapat melawan virus tersebut, terlepas dari usia, berat badan, pola diet, dan faktor lainnya.

Stres adalah sumber penyakit

Para ilmuwan semakin memahami mengapa stres bisa membuat kita gampang sakit. Studi PNI menunjukkan kondisi emosional seperti stres, takut, atau marah akan mengirimkan sinyal ke kelenjar utama dalam tubuh untuk memproduksi hormon seperti kortisol, adrenalin, dan epinefrin. Hormon-hormon inilah yang memberitahu sel dalam tubuh kapan waktunya Anda untuk bekerja atau beristirahat, bahkan untuk berkelahi atau lari. Hasilnya, tubuh akan 'melupakan' sejenak tugas untuk mencerna makanan atau melawan penyakit supaya tekanan darah Anda naik dan dapat terus berlari kencang.

Namun, berapa dari Anda yang perlu berlari menyelamatkan diri dalam kehidupan sehari-hari? Kegiatan berat seperti itu kini tergantikan rasa takut yang tak ada habisnya seperti takut gagal, takut dipecat, dan lain sebagainya. Tubuh kita terus-menerus bekerja dengan maksimal, hingga Anda akan jatuh sakit.

Mengapa demikian? Alasannya, di waktu Anda bekerja (baca: stres), tubuh Anda melupakan virus atau bakteri infeksi yang masuk ke dalam tubuh, agar Anda bisa tetap bekerja alias melawan stres. Virus tersebut baru akan dibasmi ketika tubuh punya waktu untuk melambat, yaitu saat liburan.

Rasa senang

Kabar baiknya, tubuh pun dapat memproduksi hormon yang menguatkan imun tubuh ketika Anda merasa gembira atau santai. Contohnya adalah serotonin, dopamin, relaksin, atau oksitosin. Ketika hormon-hormon ini masuk ke aliran darah, mereka akan mengirimkan sinyal agar tubuh menciptakan lebih banyak sel imun. Bahkan tertawa selama lima menit akan secara signifikan meningkatkan jumlah sel darah putih yang berfungsi untuk membunuh sel penyakit.

Dengan penemuan dari ilmu PNI ini, banyak orang mulai mengatur emosi mereka supaya tidak gampang jatuh sakit. Kelly Turner, Ph.D., seorang ahli tumor meneliti hubungan emosi dan kanker. Ia menemukan bahwa dalam beberapa dekade terakhir ini, sudah banyak penderita kanker yang berhasil sembuh.

Terdapat sembilan alternatif penyembuhan yang penderita kanker itu jalani. Tiga di antaranya berhubungan dengan emosi:

1. Melepas emosi yang tertekan. 2. Meningkatkan emosi positif. 3. Dukungan dari orang terdekat.

Para penderita kanker tersebut berolahraga, banyak tertawa, dan bermain dengan hewan peliharaan. Hasilnya, terdapat banyak hormon oksitosin dalam tubuh mereka. Selain itu mereka juga disarankan untuk mengkonsumsi minyak ikan dan obat harian.

Jika ingin melawan kanker, cara terbaik adalah meningkatkan sistem imun tubuh. Itu pula yang dilakukan para penderita yang diteliti Turner. Mulailah tertawa, berhentilah jadi pencemas, nikmati momen saat ini agar bahagia, niscaya Anda akan memperoleh sistem imun yang kuat. (Kevin Sanly Putera)

Berita 19 – Jumat, 15 Agustus 2014 | 09:58 WIB

10 Benda Sehari-hari yang Menyimpan Kuman dan Jarang Dibersihkan KOMPAS.com — Bila membicarakan benda kotor, kita akan membayangkan

toilet atau tempat sampah. Namun, ternyata barang yang kita gunakan sehari-hari, bahkan beberapa di antaranya sering kita bawa, tidak kalah kotornya.

Sebenarnya cukup banyak benda pribadi yang sering kita gunakan ternyata mengandung bakteri, tetapi tidak pernah kita bersihkan. Berikut 10 benda tersebut dan cara membersihkannya.