• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas seperti senam, latihan beban, berlari, atau berenang dapat meningkatkan ketahanan otot.

4. Kelenturan

Stretching atau peregangan sebagai bagian dari olahraga membantu Anda memiliki badan yang lentur. Alternatif khusus lainnya adalah yoga atau pilates. Jika Anda merasa seluruh komponen latihan ini sulit dicapai sekaligus, lakukan secara bertahap lewat kebiasaan sehari-hari. Meningkatkan aktivitas fisik setiap hari bisa membuat Anda bisa memiliki tubuh yang lebih bugar sehingga makin lama intensitasnya bisa ditingkatkan.

Berita 55 – Penulis: Kevin Sanly Putera | Senin, 8 September 2014 | 10:23 WIB

Bukan Pemakaian Bra yang Picu Kanker Payudara

KOMPAS.com - Penyakit kanker payudara selama ribuan tahun belum pernah

diketahui keberadaannya, sampai manusia menciptakan bra. Para ahli lalu menduga pemakaian penopang payudara ini merupakan biang keladi kanker payudara. Namun, perdebatan mengenai hal ini juga masih berlangsung.

Ada penelitian yang menunjukkan kaitan antara bra dengan kanker payudara, tapi studi-studi lain membantahnya. Dalam studi terbaru ini kembali ditemukan bukti bahwa pemakaian bra tidak memicu kanker. Penelitian tersebut melibatkan 1.500 wanita yang sudah dalam masa pascamenopause. Ternyata, tidak ada perbedaan risiko kanker payudara antara yang menggunakan bra dan yang tidak.

Dalam asumsi sebelumnya, peneliti menganggap bra yang ketat, terutama jenis yang menggunakan kawat, dapat menghalangi proses pembuangan limbah tubuh melalui kelenjar limfa. Akibatnya, pembuangan toksin menjadi terganggu dan membuat paparan zat kimia karsinogenik semakin banyak. Studi sebelumnya telah mempelajari 3.000 wanita pengguna bra. Mereka mengaitkan ukuran bra yang besar lebih berdampak pada peningkatan risiko kanker payudara, tapi hanya terbatas pada wanita pasca menopause dan obesitas.

Selain itu, terbit sebuah buku yang berjudul "Dressed to Kill: The Link Between Breast Cancer and Bras" pada tahun 2005. Buku ini mendatangkan ketakutan bagi pengguna bra dan produsennya. Pasalnya, buku ini menyetujui asumsi bahwa bra menyebabkan racun terakumulasi di jaringan payudara.

Kontroversi ini menarik perhatian sebuah tim dari Universitas Washington untuk segera meneliti kebenarannya. Mereka mempelajari 1.513 wanita berusia 55 sampai 74 tahun. Lebih dari 1.000 orang ternyata didiagnosis kanker jenis invasive ductal carcinoma (IDC) ataupun invasive lobular carcinoma(ILC), sementara sisanya sehat.

Setelah itu, para peneliti mewawancara satu per satu wanita tersebut. Mereka menanyakan ukuran dan lingkar bra, umur saat wanita itu mulai menggunakan bra, apakah jenis branya pakai kawat, durasi pemakaian setiap harinya, berapa hari penggunaan per minggu pada waktu-waktu tertentu.

Hasilnya, peneliti tidak menemukan bukti adanya hubungan antara kanker payudara dengan seluruh variabel itu.

Mahasiswa doktoral yang memimpin penelitian ini, Lu Chen mengatakan, "Awalnya, pertanyaan seberapa sering mereka menggunakan bra menjadi penting. Namun, studi kami tidak mendapat bukti bahwa penggunaan bra meningkatkan risiko terkena kanker payudara," ungkap Chen. Risiko itu pun tidak dipengaruhi dari durasi pemakaian bra perhari, apakah jenis branya memakai kawat, atau usia awal memakai bra.

Berita 56 – Penulis: Kevin Sanly Putera | Senin, 8 September 2014 | 11:14 WIB

Aktris dan Musisi Hollywood Galang Dana Riset Kanker

KOMPAS.com - Kanker adalah penyakit yang hingga saat ini masih jadi momok

bagi manusia. Para ilmuwan juga terus melakukan penelitian untuk menemukan obat kanker. Tentu saja penelitian tersebut membutuhkan dana tidak sedikit.

Demi mengumpulkan dana yang lebih besar untuk penelitian kanker, sejumlah selebriti Hollywood, musisi, peneliti, dan para pemerhati kanker, melakukan acara pengumpulan dana bertajuk Stand Up To Cancer (SU2C). Kegiatan ini diproduseri oleh aktris Gwyneth Paltrow. Acara yang diisi oleh pertunjukan musik ini disiarkan secara langsung dari Dolby Theater di Hollywood oleh lebih dari 30 siaran televisi dan bisa ditonton streaming di Yahoo dan Hulu.

Acara SU2C ini berhasil mengumpulkan dana lebih dari 109 juta dollar Amerika (sekitar Rp 1,1 T). Tiga edisi sebelumnya terkumpul total dana $ 261 juta (setara Rp 2,6 T). Musisi kelas dunia yang tampil di acara SU2C, antara lain The Who, Dave Matthews Band, Ariana Grande, Lupe Fiasco, Jennifer Hudson, dan Common. Hadir pula artis Hollywoord seperti Jennifer Aniston, Jon Hamm, Halle Berry, Robert Downey Jr., Reese Witherspoon, Will Ferrell, dan Gwyneth Paltrow. "Pertempuran terhadap penyakit keji dan mematikan ini sangat penting untuk saya," kata Paltrow, yang ayahnya meninggal karena kanker di tahun 2002. "Siapapun pasti punya kerabat yang menderita kanker," kata pemain film Ironman itu. Sementara itu Pierce Brosnan membagikan kesedihannya karena ia kehilangan istri pertama dan anak perempuannya yang meninggal akibat kanker ovarium. Yayasan Kanker Amerika memprediksi lebih dari 1,6 juta kasus kanker baru pada tahun 2014 di Amerika saja. Mereka juga mencatat 580.000 lebih kematian karena kanker. Pada 2012, 8,2 juta orang di seluruh dunia meninggal karena kanker.

Dana yang terkumpul dari acara yang ditayangkan pada Jumat (5/9/14) itu akan diarahkan untuk penelitian kanker. Will Ferrell tampil sebagai karakter Ron Burgundy dalam film "Anchorman" untuk menyegarkan suasana acara. "Saya cinta SU2C. Namun, kita tidak boleh berhenti sampai di Cancer saja. Kita harus terus melanjutkannya ke Libra, Pisces, Taurus, dan Capricorn (Cancer dirujuk ke zodiak)," candanya. Katie Couric adalah pembawa berita dunia Yahoo (Yahoo

Global News Anchor). Bersama sejumlah rekan, mereka mencetuskan ide SU2C di tahun 2008. Masing-masing dari pionir SU2C punya pengalaman pribadi dengan kanker dan itulah yang menjadi motivasi mereka.

Kini, SU2C memiliki sejumlah tim riset yang khusus mendalami berbagai jenis kanker, seperti kanker pankreas dan kanker payudara. Ada pula tim yang khusus menangani penderita kanker yang sering diderita anak-anak.

Berita 57 – Penulis: Kevin Sanly Putera | Senin, 8 September 2014 | 16:41 WIB

Tinggalkan Kebiasaan Memainkan "Gadget" Sebelum Tidur

KOMPAS.com - Banyak orang yang merasa belum bisa terlelap jika belum

mengecek gadgetnya, entah itu untuk membaca postingan terbaru dari teman atau mengirim pesan di grup. Walau terkesan tak berbahaya tapi kebiasaan main gadget sebelum tidur sebenarnya merusak kesehatan.

Menurut penelitian yang dimuat GigaOm, cahaya biru artifisial yang dipancarkan layar gadget dapat merusak siklus tidur dan kesehatan. Alasannya, cahaya biru memengaruhi produksi melatonin dalam tubuh, hormon yang menyebabkan rasa kantuk. Selain itu, melatonin ternyata juga berguna untuk memperlambat pertumbuhan sel kanker dan penyakit lain.

Pada 2012 para ahli dari Harvard melakukan sebuah studi terhadap sepuluh orang yang bekerja pada malam hari. Ternyata ritme sirkadian mereka berubah karena jam kerja itu. Gula darah mereka meningkat, sehingga mereka masuk ke tahap pra-diabetes. Kadar leptin dalam tubuh mereka pun menurun. Pasalnya, hormon ini yang menyebabkan rasa kenyang setelah makan. Berikut beberapa alasan mengapa kebiasaan menggunakan peralatan elektronik sebelum tidur atau membiarkan televisi menyala saat kita tidur sebaiknya mulai ditinggalkan: