• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mendinginkan kacang kenari

Kenari adalah satu-satunya kacang yang mengandung omega-3 asam alpha-linolenik (ALA) dalam jumlah tinggi. Kacang kenari yang dibiarkan dalam suhu hangat akan membuat kualitas minyaknya menurun, menyebabkan berkurangnya manfaat kesehatan dan rasa kenari tersebut. Menyimpan kenari dalam kulkas bisa memperlambat perubahan minyak tersebut dan menjaga rasanya tetap segar dan enak.

Berita 87 – Penulis: Kevin Sanly Putera | Selasa, 30 September 2014 | 19:00 WIB

Ginseng Merah Korea, Harganya Sebanding Khasiatnya

KOMPAS.com - Bukan tanpa alasan jika Korea Selatan disebut sebagai negeri

ginseng. Di negara ini tumbuh subur tanaman ginseng merah yang tersohor khasiatnya. Harga ginseng memang tidak murah, ginseng merah korea konon merupakan jenis yang paling mahal. Menurut William Adi Teja, ahli obat tradisional Tiongkok, harga satu kilogram ginseng merah hampir mencapai Rp 2 juta. Sementara itu ginseng putih biasa, harga perkilonya Rp 900 ribu. Tapi harga tersebut belum seberapa dibanding dengan ginseng liar yang harganya mencapai 200 juta rupiah perkilogram.

Ginseng merah memang lebih sulit ditanam dan langka. Salah satu tempat yang menjadi rumah bagi tanaman ginseng adalah Punggi, Korea. Tanaman ini cocok tumbuh di sana karena berada di ketinggian 400-500 meter di atas permukaan laut, tanahnya subur, dan beriklim sejuk. Dari proses penanaman, ginseng merah membutuhkan waktu enam tahun agar bisa dipanen. Semakin tua ginsengnya, semakin baik kualitasnya. Alasannya, pada usia enam tahun ke atas, ginseng merah baru mengandung saponin dan ginsenosida dalam level tinggi.

Akar ginseng diketahui mengandung ginsenosida hingga 15 persen. Ginsenosida adalah senyawa yang mengatur kerja kelenjar pituitari dan adrenalin. Sementara ginseng kapsul, obat, atau tonik biasanya hanya mengandung 1,5 persen. Ginseng merah juga mengandung saponin, zat alami yang mengandung fitokemikal terkonsentrasi. Komponen ini merupakan bagian alami dari sistem imun tumbuhan dan membantu mengaktivasi fungsi seluler tubuh.

Bicara tentang khasiat ginseng, yang langsung terpikir adalah herbal yang berkhasiat sebagai antiimpotensi. Dalam studi yang dimuat di American Journal of Urology, sebanyak 45 pria diuji untuk mengetahui manfaat ginseng merah terhadap kemampuan ereksi mereka. Sebagian diberi ginseng asli, sebagian lagi hanya diberi pil placebo (tidak punya zat aktif). Mereka yang mendapat ginseng asli mengonsumsi 900 mg tiga kali sehari, selama delapan bulan. Hasilnya, mereka punya perkembangan signifikan terhadap gangguan ereksinya. Studi lain yang dimuat Insitut Kesehatan Nasional mencatat bahwa ginseng merah mampu meningkatkan fungsi seksual wanita tanpa efek samping berbahaya.

Berita 88 – Penulis: Kevin Sanly Putera | Rabu, 1 Oktober 2014 | 09:53 WIB

Cacar Ular, Penyakit yang Timbulkan Nyeri Hebat

KOMPAS.com - Cukup banyak penyakit yang mengancam kesehatan orang lanjut

usia, salah satunya adalah cacar ular atau Herpes Zoster (HZ). Walaupun tidak menyebabkan kematian dan tidak menular, rasa nyeri yang ditimbulkan bisa membuat penderitanya sangat tersiksa. Herpes Zoster atau kerap disebut sebagai cacar ular dan cacar api adalah penyakit saraf yang mayoritas menyerang orang berusia 45 tahun ke atas.

"HZ ini muncul karena reaktivasi virus penyebab cacar air (varicella-zoster) yang tinggal pada gangleon manusia. Ketika sistem imun turun, terutama pada usia tua, seseorang dapat terkena HZ," ungkap dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD, konsultan Geriatri pada seminar media bersama Merck Sharp & Dohme (MSD) di Jakarta, Selasa (30/9/14).

Biasanya, penderita HZ akan mengalami nyeri yang luar biasa pada bagian punggung atau muka, diikuti dengan munculnya ruam pada kulit. Disebut cacar ular, karena ruam yang timbul akan membuat kulit manusia seperti sisik ular. "Rasa nyeri ini sangat sakit. Nenek saya pernah terkena HZ. Setiap kali nyerinya kambuh, dia bisa sampai keluar air mata," kata dr. Edy. Nyeri tersebut datang sebelum dan sesudah HZ muncul. Menurut Dr.dr. Andradi Suryamiharja, ahli saraf RS Graha Kedoya, rasa nyeri sebelum muncul ruam HZ cenderung lebih hebat dan terjadi berulang kali.

Kesakitan yang dialami penderita HZ dapat memengaruhi kondisi psikologisnya, seperti salah satu pasien dr. Edy yang membuat sebuah surat permintaan untuk mengakhiri hidupnya, lengkap dengan tanda tangan anak-anaknya. Rasa nyeri itu sendiri akan memengaruhi banyak aspek dalam hidup penderitanya. "Mereka akan mengalami rasa cemas, depresi, susah tidur, tidak mau makan, dan aktivitas sosialnya menurun," papar dr.Andradi.

Komplikasi

Komplikasi HZ yang paling umum adalah Neuragial Pasca Herpes, yakni rasa nyeri yang timbul setelah HZ hilang. "Ada yang mengalaminya selama 3 bulan semenjak ruamnya hilang. Ada pula yang bertahun-tahun, bahkan sampai seumur hidup," tukas Dr. Andradi. Ia juga mengatakan HZ bukan hanya menyerang sistem

sensorik manusia, tapi berpotensi untuk menganggu sistem motorik. "Komplikasi dari HZ dapat menyerang saraf, kulit, mata, dan organ dalam tubuh," kata dr. Edy. Bila HZ sudah menyerang kornea mata, penglihatan akan menjadi terganggu karena mata yang keruh pascapenyakit. Ada pula beberapa faktor pada seseorang yang punya risiko lebih besar mengalami NPH. "Bila dia sudah berusia 60 tahun ke atas, ber jenis kelamin wanita, menderita diabetes melitus, atau punya rasa cemas berlebih," tutur dr. Andradi. Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes zoster, karena virus cacar air sudah menetap dalam sistem saraf. Tetapi pemberian vaksinasi bisa mengurangi risiko timbulnya penyakit ini.

Berita 89 – Penulis: Kevin Sanly Putera | Rabu, 1 Oktober 2014 | 13:33 WIB

Cegah Herpes Zoster dengan Vaksinasi

KOMPAS.com - Daya tahan tubuh yang lemah, seperti yang dialami orang lanjut

usia, bisa membuat seseorang rentan terkena virus varisela penyebab penyakit herpes zoster. Meski belum ada obat yang bisa menyembuhkan, tapi penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi. "Dengan vaksinasi, risiko terkena herpes zoster dapat diperkecil. Kalaupun kena, rasa sakit yang ditimbulkan tidak akan separah bila tidak divaksin," kata Dr.dr. Andradi Suryamiharja, ahli saraf RS Graha Kedoya, dalam acara media edukasi mengenai Herpes Zoster di Jakarta (30/9/14).

Menurut penelitian Shingles Prevention Study, efikasi vaksin herpes zoster (HZ) dalam menurunkan risiko terkena penyakit mencapai 51,3 persen dan mencegah nyeri pasca herpes hingga 66,5 persen. Bagi mereka yang menderita HZ, vaksin dapat membantu mengurangi rasa sakit yang akan diderita hingga 61,1 persen. Selain itu, vaksinasi dapat membantu penghematan biaya pengobatan. "Sebuah penelitian telah menguji 1 juta lansia yang berusia 60 tahun ke atas tentang manfaat vaksinasi. Hasilnya, vaksinasi dapat menghemat biaya pengobatan dan hospitalisasi sebesar US$ 82 hingga 103 juta (setara Rp 1 T)," kata dr.Edy Rizal Wahyudi, Sp.PD dari Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Efektifitas dari vaksinasi HZ dapat bertahan hingga 10 tahun. "Yang masih dalam penelitian adalah, apakah setelah 10 tahun, seseorang harus divaksin lagi," ujar dr. Edy. Gejala awal dari HZ seringkali tidak kelihatan, namun dapat dirasakan seperti timbulnya rasa gatal, kesemutan dan sensasi terbakar pada kulit. Beberapa hari kemudian ruam merah yang membentuk gelembung berisi cairan muncul dan butuh waktu sampai 30 hari sampai seluruh bintil ini menghilang dengan sendirinya.

Seseorang yang baru terkena HZ harus segera diberikan pengobatan yang agresif. "Penderita harus diberi terapi antivirus dalam 72 jam setelah rasa nyeri muncul," kata dr.Andradi. Pada sebagian orang, herpes zoster bisa menyebabkan nyeri jangka panjang yang disekal dengan istilah nuralgia paska herpes. Tentu saja kondisi ini dapat memengaruhi hidup seseorang, baik fisik, psikologis dan kehidupan sosialnya.

Berita 90 – Penulis: Kevin Sanly Putera | Rabu, 1 Oktober 2014 | 19:30 WIB

Ini yang Dilakukan Otak Ketika Kita Tidur

KOMPAS.com - Semua manusia butuh tidur. Tidur yang cukup bisa membuat kita

merasa lebih bertenaga dan membuat suasana hati menjadi lebih baik. Sejumlah penelitian pun menunjukkan bahwa tidur penting bagi kesehatan. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada otak kita ketika tidur? Berikut lima hal yang terjadi pada otak ketika tidur.

Membuat keputusan

Penelitian terbaru yang dipublikasikan jurnal Current Biology menunjukkan, otak mampu memproses informasi dan secara efektif membuat keputusan saat di bawah alam sadar. Menurut studi ini, tidur menstimulus otak dan membuat seseorang mudah mengambil keputusan ketika terbangun dari tidur. Berdasarkan penelitian, otak tetap bekerja ketika tidur. Alat pemantau kinerja otak menunjukkan bahwa otak manusia tetap bisa merangsang kata-kata yang yang didengar saat tidur. Namun, saat bangun seseorang tidak bisa mengingat kata-kata atau suara yang didengar tersebut.

"Bukan hanya memproses informasi yang kompleks ketika sedang benar-benar tertidur, tetapi juga saat tanpa sadar," ujar peneliti Thomas Andrillon dan Sid Kouider kepada Washington Post.

Menciptakan dan memperkuat memori

Saat Anda sedang tidur, otak sibuk menyusun memori baru dan memperkuat memori sebelumnya. Kemudian menghubungkan memori baru dengan memori sebelumnya, baik saat tidur dengan gerakan mata cepat atau tidak. Peneliti dari University of California, Berkeley, kepada National Institutes of Health mengatakan, mempelajari suatu hal sebelum tidur dapat membantu otak dalam penyusunan memori. Walker menduga, tidak tidur justru dapat membuat kemampuan Anda untuk mempelajar hal baru menurun hingga 40 persen.

Merangsang Kreatifitas

Tidur juga dipercaya bisa mendorong tingkat kreatifitas. Hasil studi Universitas California di Berkeley tahun 2007 menunjukkan setelah bangun dari tidur, sebanyak 33 persen orang dapat membuat ide-ide baru yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Menghapus racun

Hasil studi tahun 2013 menunjukkan bahwa fungsi terpeting dari tidur adalah memberikan kesempatan pada otak untuk beristirahat dan melakukan pembenahan. Para peneliti di University of Rochester menemukan bahwa selama tidur, otak pada tikus membersihkan molekul rusak yang bisa menyebabkan gangguan neurodegenerative.

Kurang tidur akan membuat otak tak memiliki waktu yang cukup untuk pembersihan. Hal ini berpotensi membuat seseorang terkena penyakit neurodegenerative seperti parkinson dan alzheimer.

Mengingat aktivitas fisik yang telah dilakukan

Otak dapat menyimpan informasi dalam waktu yang lama saat tidur. Hal ini membuat Anda mampu terus mengingat gerakan motorik, seperti bagaimana mengemudi, bermain tenis, dan mengingat gerakan tari. Tanpa disadari, Anda mampu melakukan sejumlah aktivitas fisik tersebut pada hari berikutnya.