• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Emas hidup yaitu dengan syarat ada anak baru dapat bercerai. Kalau bercerai sebelum ada anak maka haruslah emas jemputan itu dipulangkan/kembalikan oleh si laki – laki kepada mamak si perempuan

2. Emas mati yaitu tidak bersyarat apa – apa, yang disebut juga emas tercicir pulang mandi

3. Tugas bundo kianduang yaitu menyuruh kepada kebaikan dan melarang kepada berbuat jahat kepada anak kemenakan. Dan yang lain – lain yang menuju kepada kebaikan dan kesejahteraan anak kemenakan.

66

H. HARTA

1. Harta pusaka tinggi 2. Harta pusaka rendah 3. Harta ulayat 4. Harta pemberian/hibah 5. Harta perseorangan 6. Harta persekutuan/serikat 7. Harta pencaharian 8. Harta pembawaan 9. Harta gantung

Harta Pusaka Tinggi

Menurut sepanjang adat di Nagari Lubuk Jantan adalah kepunyaan seluruh famili yang berdasar hidup matriaqad (turunan ibu), yang disebut juga harta kaum. Jika seorang mamak meninggal dunia hartanya diwarisi/dipulangkan kepada kemenakannya yaitu anak dari pada saudara perempuan yang sebelah ibu. Begitu juga tentang GELAR (Soko) dipindahkan kepada kemenakannya yang bertali darah. Yang menguasai harta ini adalah mamak kepala waris, yaitu seorang laki – laki yang tertua dari JURAIAN sebuah perut, yang dinamakan juga TUNGGANAI. Apabila kaumnya sampai dua tingkat perut di beri PEGANG PERUNTUK, hak bertipak guna menghindarkan perselisihan mengenai harta pusaka tinggi ini, maka yang berhak membawa perkara kemuka pengadilan ialah MAMAK KEPALA WARIS. Maka dari itu seorang anak adalah takhluk dibawah pengaruh mamak (saudara laki – laki dari pihak ibunya). Harta pusaka tinggi ini tidak bioleh : dijual, digadai, terkecuali hanya karena 4 (empat) sebab :

1. Gadis gadang tidak berlaki 2. Membangun gelar (soko) 3. Mayat terbujur di atas rumah 4. Mendirikan rumah adat

67

Harta Pusaka Rendah

Harta yang berpendapat dari hasil usaha titik peluh sendiri (kukuik – kakeh) jari nan sapuluah, cancang latieh, tambang taruko sediri (yang disebut juo : dapat dengan tembilang besi). Atau tebus pegang kita sendiri (yang disebut juga dapat dengan tembilang ameh). Apabila sipencari harta ini meninggal dunia, maka harta pusaka rendah ini harus di bagi menurut Faraih (Hukum Agama Islam). Hal ini telah menjadi keputudan oleh musyawarah penghul – penghulu, Alim ulama pada tahun 1953 di Bukit Tinggi Sumatera Barat (se-Minangkabau) yang dihadiri juga oleh Alm.H.Agus

Salim dan Prof.Dr.Hamka serta pemerintahan Sumatera Barat (unsur Sipil dan ABRI

waktu itu).

Harta pemberian atau Hibah

Harta pengunjukan orang lain, atau pemberian bapak/bako kepada anak berupa emas perak, sawah ladang, hutan tanah, kerbau jawi, jika kejadian berupa hutan tanah, sawah ladang haruslah dengan sakato kaum dan disepakati oleh ninik mamak.

1. Hibah laleh pada hutan tanah dan sawah ladang yaitu tidak disebut – sebut lagi dengan arti kata sudah menjadi hak milik sipenerima hibah (anak)

2. Hibah ber-angkek yaitu apabila sipenerima hibah sudah meninggal dunia, harta itu pulang/kembali kepada orang yang menghibahkan atau orang yang harus dimiliki pusaka tinggi itu.

3. Adat tak berdiri

Didalam suatu kaum ditemui sebab untuk membangun Soko (Gelar Pusako), karena mati batungkek budi, hiduik bakurelaan, bapuntieng di tanah sirah dan sebagainya, yang mana adat perlu diisi, perlu perlu dituangi. Karena perongkosan untuk pelaksanaannya tidak ada sama sekali, maka menurut Adat Minangkabau diperbolehkan menggadaikan harta pusaka tinggi. Tetapi hal yang seperti inipun jarang terjadi, karena soko yang akan didirikan milik bersama dan kebesaran bersama pula seharusnya pula dipersamakan tentang pembiayaannya, bukan ditanggung sendiri oleh oleh orang yang akan memegang jabatan gelar pusaka tersebut. Dari keempat macam hal, dimana diperbolehkan menggadai harta pusaka tinggi tersebut di atas (sawah, ladang saja), hal tersebut kalau benar – benar telah ditemui alasan seperti kata adat :

68

Lah tasasak ikan kaampang Laha tasasak kijang karimbo Maawai saabieh aso

Manguak lah sahabieh gauang

Kalau tidak beralasan yang sungguh tidaklah dibenarkan menggadaikannya. Apabila dilaksanakan juga berarti seorang penghulu/pemimpin adat dalam kaum itu telah melumpuhkan sendiri ekonomi.

Apabila yang mengerjakan/ si penggarap mau meninggalkan harta itu pepatah mengatakan :

Kabau tagak, kubangan tingga (tinggal)

Jika ada tanaman keras yang ditanam oleh sipengarap di atas tanah ulayat itu, haruslah diganti oleh yang empunya ulayat itu.

Harta gantung

Harta panakuik panambah harta sesuatu kaum. Harta ini adalah harta peninggalan seseorang yang telah punah dengan arti kata tidak ada lagi ahli waris yang disebut SOKO BA ANTAKAN, PUSAKO BALURAH. Setelah dicari dimudik sehulu, ditengan sipembuangan, dihilir semuaro,, dapatlah pucuak yang ,anjulai, adat yang menjengkal, maka diberikanlah harta itu kepadanya. Di Lubuk Jantan Soko ba Antakan, Pusako ba Lurah, kalu tidak ada Lurah Pusako, bulek darah ka jantuang dengan arti kata kemana soko kesitu pusako. Maka dengan demikian tidaklah ada harta gantung di Lubuk Jantan atau di Minangkabau pada umumnya.

I. PENGHULU/NINIK MAMAK

1. TATA CARA PELAKSANAA MENGANGKAT PENGHULU (janjang naiek – tanggo turun)

- Sepakat kaum selingkupan papan (kaum di atas rumah tangga itu) - Sepakat kaum selingkupan dinding (kaum dalam kampung itu)

- Sepakat kaum selingkupan Batu (paukuan ninik mamak nan baranam) - Sepakat selingkupan nagari (datu keempat suku dalam nagari itu)

HAKNYA : luruih batenok, kurang ba-tukuak, labieh batalek, cakak bapakiak SIFAT : Tabang basitumpu, inggok mancangkam ba landasan.

69 Batambangan ka nan arek, ba gantuangkan ka nan tinggi, putieh kapeh bulieh diliek, putieh hati bakaadaan

2. TUGAS PENGHULU/NINIK MAMAK

- Menyuruh berbuat kebaikan melarang berbuat kejahatan terhadap anak kemenakan

- Memberi petunjuk kepada Anak kemenakan untuk kesejahteraan hidupnya - Menghubungkan silaturrahmi Anak kemenakan secara damai. Siang dilihat –

lihat, malam didengar – dengarkan

3. MEMBANGUN PENGHULU SUKU DAN PENGHULU PUCUK

- Sirieh jo ganggangnyo, pinang jo tumpuaknyo, sadahnyo sakadam sakati limo (masa dulu)

- Sepaliek ½ 3 (tangah tigo ameh), rumpang disisik, cicieh di japuik, kalam dibari ba-suluah, licin dibari batungkek

Kalau berselisih Adat samo Adat, lihat kepada pusako, kalau berselisih pusako samo pusako, lihat kepada limbago, kalau berselisih limbago samo limbago, lihat kepada lukisan, kalau basalisiah banang samo banang, lihat dan bawa kepado Mukti, kalau Mukti tidak dapat menyelesaikan, lihat kepado Kitabullah (Qur‟an). Kalau ada perselisihan pusako atau pusako, diperiksa nan sejari nan satompak, sejengkal, sehasta. Kalau disawah ladang dilihat tando – tandonyo nan di parkarokan.

- Pada perumahan

- Pada batu pasupadannyo, pado bintalak (park atau kebun)

- Pada sawah lantaknyo dan pematangannyo dan pada padang lengguninyo dan empat

- Dengan demikian nyatalah dengan siapa seseorang itu panjang berkeratan, luas persebiran, atau dengan siapa orang itu satu keturunan dahulunya

- Kalau harta jihat itu telah pindah kepada orang lain, diperiksa luasnya, yaitu timbalan atau sebelahannya kepunyaan jihat tadi

Ibarat : Arau – arau Sutan karah

Makan buah si Malayu

Tagak di padang panyamunan Urang mati tidak berdarah

70

Awak memegan kerat kayu Siapa punya tanggungan

Paragian Urang Lubuk Jantan dengan Tepi Selo, sehinggo Caniago Hilir, sehinggo Kutianyir mudik dan tempat perhimpunannya disitu pulo.

Lubuk Jantan mempunyai 5 (limo) kelarasan (lareh) 1. Lareh Nan gadang

2. Lareh Nan Panjang 3. Lareh Aier

4. Lareh Sawah Manangah

5. Tabek Panjang (disebut anak koyo)

Disetiap kelarehan dipimpin oleh seorang Tuk Ampek namonyo. Tuk nan Ampek ini adalah sebagai mewakili datuk – datuk keempat suku dalam nagari. Memimpin anak kemenakannya yang diam di kelarehannya itu. Tugas dan pakaian penghulu/ninik mamak

1. Datuk Simarajo mengenakan Destar penghulu

2. Angku Sultan Ahmad memimpin rapat Tuanku-tuanku Limo Koto 3. Angku Bagindo Malano mengenakan Destar Malin

4. Datuk Bijayo Peti Bunian

5. Datuk Paduko Rajo memegang anak kunci peti bunian Takurung ta kunci

Talantak tacabuik di datuk Simarajo

Tabanglah anggang ka-Mangkuto, Rajo bajalan jo daulatnyo Ingat – ingatlah manahan kato, setiap kato berdilalat