• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV POTRET PENDUDUK KELURAHAN KARAS

4.1. Jumlah dan Komposisi Penduduk

Kota Batam terdiri dari 12 kecamatan dan 64 kelurahan (Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pemekaran Perubahan dan Pembentukan Kecamatan dan Kelurahan Dalam Daerah Kota Batam, Pemerintah Kota Batam, 2006a) dengan persebaran penduduk antar kecamatan yang tidak merata. Jumlah kecamatan ini merupakan pemekaran, dimana pada tahun 2002, wilayah Kota Batam hanya terdiri dari delapan (8) kecamatan yang terdiri dari 35 kelurahan dan 16 desa (Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 4 tahun 2002; Pemerintah Kota Batam, 2006). Kecamatan-kecamatan yang mengalami pemekaran adalah Kecamatan Sei Beduk, Kecamatan Nongsa, Kecamatan Sekupang dan Kecamatan Batu Ampar. Empat kecamatan tambahan (baru) setelah pemekaran pada tahun 2005 adalah Kecamatan Bengkong, Kecamatan Batam Kota, Kecamatan Sagulung dan Kecamatan Batu Aji (Lihat Tabel 3.1.1 dan Tabel 3.2.2 dalam Pemerintah Kota Batam, 2006). Pemekaran wilayah ini menunjukkan pertumbuhan administratif Kota Batam yang cukup pesat. Ini dapat berkaitan dengan perkembangan wilayah Kota Batam sebagai daerah industri, perdagangan dan pariwisata, juga pertumbuhan penduduknya, sehingga untuk memberikan pelayanan administratif yang lebih baik pada masyarakat diperlukan pemecahan wilayah dalam luasan yang lebih kecil.

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (1996-2006), penduduk Kota Batam tumbuh cukup pesat, dengan angka pertumbuhan per tahun rata-rata sebesar 10,41 persen. Angka pertumbuhan penduduk perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk laki-laki. Jumlah penduduknya selama sepuluh tahun ini juga bertambah hampir tiga kali lipat. Secara umum, jumlah penduduk perempuan lebih besar dari jumlah penduduk laki-laki

meskipun perbandingannya tiap tahun bervariasi. Namun, untuk satu tahun, yaitu tahun 1998, seperti dapat dilihat dari rasio jenis kelamin yang melebihi 100 (110,7), jumlah penduduk laki-laki lebih besar (Tabel 4.1). Keadaan ini dapat disebabkan oleh migrasi masuk penduduk laki-laki ke Kota Batam. Tahun 1997 Indonesia dilanda krisis ekonomi yang kemudian berlanjut menjadi krisis multidimensi. Batam sebagai kota dengan konsentrasi industri dan dengan lokasinya yang memudahkan penyeberangan ke negara tetangga Singapora, tentunya merupakan daya tarik bagi banyak tenaga kerja di berbagai daerah yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dan menghadapi kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan setelah krisis ekonomi tersebut, untuk bermigrasi mencoba mencari pekerjaan di Kota Batam atau sebagai persinggahan untuk menyeberang, mencari kerja di Singapora. Tahun 1999, rasio jenis kelamin penduduk Kota Batam kembali di bawah angka 100, seperti tahun-tahun sebelum 1998, menunjukkan jumlah penduduk perempuan lebih besar dari laki-laki.

Tabel 4.1

Penduduk Kota Batam Menurut Jenis Kelamin, Tahun 1996 – 2006

Jumlah penduduk1)

Tahun Laki-laki Perempuan Total Rasio jenis kelamin 1996 123.685 124.273 247.958 99,5 1997 127.410 127.769 255.179 99,7 1998 154.300 139.400 293.700 110,7 1999 160.066 179.891 336.957 90,5 2000 210.325 227.033 437.358 92,6 2001 244.184 282.967 527.151 86,3 2002 257.272 292.679 549.951 87,9 2003 268.431 294.230 562.661 91,2 2004 281.807 309.446 591.253 91,1 2005 332.720 353.067 685.787 94,2 20062) 341.821 360.258 702.079 94,9 Pertumbuhan penduduk 1996-2006 (persen)3) 10,17 10,64 10,41 -

Sumber: Pemerintah Kota Batam, 2006. Batam Dalam Angka, Tabel 3.1.4. Catatan: 1) Termasuk penduduk Warga Negara Asing (WNA)

2) Sampai Bulan Juli 2006

Pertumbuhan penduduk perempuan di Kota Batam juga lebih cepat daripada pertumbuhan penduduk laki-laki. Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa, sampai dengan tahun 1998, pertumbuhan penduduk laki-laki cenderung lebih cepat dari perempuan, tetapi mulai tahun 1999, pertumbuhan penduduk perempuan melebihi pertumbuhan penduduk laki-laki. Hal ini dapat disebabkan migrasi masuk penduduk perempuan atau karena tingginya migrasi keluar penduduk laki-laki. Namun demikian, mengingat Batam sebagai daerah industri, kemungkinan yang terjadi adalah tingginya migrasi masuk penduduk perempuan, akibat daya tarik kesempatan kerja yang tersedia untuk perempuan di sektor industri di Kota Batam.

Gambar 4.1.

Penduduk Kota Batam Menurut Jenis Kelamin, Tahun 1996-2006

Sumber: Pemerintah Kota Batam, 2006. Batam Dalam Angka 2005

Data pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 (piramida penduduk Kota Batam tahun 1990 dan 2000), memperlihatkan adanya pergeseran struktur umur penduduk menuju penduduk tua. Jika pada tahun 1990, proporsi penduduk usia muda (0-14 tahun) masih sebesar 32,4 persen, pada tahun 2000 menurun menjadi 22,6 persen. Lima tahun berikutnya,

pada tahun 2005, proporsi ini meningkat lagi menjadi 25,7 persen. Keadaan ini dapat berkaitan dengan meningkatnya angka kelahiran antara tahun 2000-2005. Seperti kita ketahui, Indonesia mengalami krisis multidimensi yang dimulai dengan krisis ekonomi pada tahun 1997. Krisis ini dapat berdampak pada terhambatnya program KB karena ketersediaan alat-alat kontrasepsi secara gratis juga menjadi terbatas.

Tabel 4.2

Penduduk Kota Batam Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 1990, 2000 dan 2005 (%)

1990 2000 2005 Kelompok umur (tahun)

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total

0-4 10,8 13,2 11,9 12,1 10,4 11,2 5-9 10,7 12,4 11,5 7,3 6,3 6,8 10-14 8,3 9,8 9,0 4,9 4,3 4,6 26,8 24,6 25,7 15-19 7,7 9,2 8,4 6,3 9,4 7,9 20-24 14,5 14,9 14,7 17,3 31,2 24,5 25-29 15,9 14,0 15,0 19,5 18,1 18,8 30-34 10,9 9,2 10,1 13,6 8,4 10,9 35-39 7,7 6,0 6,9 7,5 4,6 6,0 40-44 4,5 3,3 4,0 4,4 2,7 3,5 45-49 3,4 2,4 3,0 2,8 1,7 2,3 50-54 2,4 1,9 2,2 1,8 1,0 1,4 55-59 1,3 1,2 1,3 1,0 0,7 0,8 60-64 0,9 1,0 1,0 0,7 0,5 0,6 72,2 75,3 73,8 65-69- 0,5 0,6 0,5 0,4 0,3 0,3 70-74 0,3 0,4 0,4 0,2 0,2 0,2 75+ 0,2 0,3 0,3 0,1 0,1 0,1 0,9 0,1 0,5 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Jumlah penduduk 59.030 46.790 105.820 210.325 227.033 437.358 292.633 323.455 616.088 Sumber: - Pemerintah Kota Batam Tahun 2006. Batam Dalam Angka. Berdasarkan data Sensus Penduduk 1990 dan 2000

Gambar 4.2

Piramida Penduduk Kota Batam Tahun 1990 dan 2000

Sumber: Pemerintah Kota Batam Tahun 2006. Batam Dalam Angka. Berdasarkan data sensus penduduk 1990 dan 2000

Proporsi penduduk pemuda (youth population) usia 15-24 juga cukup besar, yaitu pada tahun 1990 sebesar 23,1 persen dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 32,4 persen. Kondisi dimana proporsi penduduk usia pemuda lebih dari 20 persen, dikenal dengan sebutan youth bulge (Huntington, 1996). Keadaan ini dapat disebabkan migrasi masuk penduduk usia pemuda ke Kota Batam yang memang merupakan kota industri yang menarik penduduk usia muda untuk mencari pekerjaan. Namun, pertambahan proporsi penduduk usia pemuda yang hampir 10 persen selama 10 tahun, perlu dicermati dampaknya terhadap berbagai masalah antara lain ketersediaan lapangan pekerjaan serta masalah-masalah lainnya yang terkait dengan perilaku penduduk usia pemuda.

Persebaran penduduk Kota Batam juga tidak merata dalam kecamatannya. Proporsi penduduk di kecamatan-kecamatan yang wilayahnya merupakan pulau-pulau seperti Kecamatan Belakang Padang, Bulang dan Galang lebih sedikit dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan yang terletak di wilayah Pulau Batam seperti Kecamatan Sekupang, Lubuk Baja, Sagulung dan Batu Aji. Penduduk terbanyak ditemukan di Kecamatan Sagulung (15,9 persen) diikuti oleh Kecamatan Batam Kota, sedangkan

Kecamatan Bulang merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit (1,2 persen).

Peta 4.1 Wilayah Kota Batam

Sumber: Peta Kemiskinan Indonesia 2000, Lembaga Penelitian SMERU, 2004

Secara umum, jumlah penduduk perempuan lebih besar dari jumlah penduduk laki-laki meskipun perbandingannya di tiap kecamatan bervariasi. Hanya di Kecamatan Sei Beduk (dengan rasio jenis kelamin sebesar 54,3), Bengkong (dengan rasio jenis kelamin sebesar 94,2) dan Batu Aji (dengan rasio jenis kelamin sebesar 83,4), jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki. Keadaan yang agak ekstrim ditemukan di Kecamatan Sei Beduk, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan mendekati 1:2 (Tabel 4.3). Keadaan ini dapat disebabkan karena tingginya migrasi keluar

penduduk laki-laki dari kecamatan ini atau migrasi masuk penduduk perempuan. Namun demikian, karena pada tahun 2005 Kecamatan Sei Beduk mengalami pemekaran, komposisi penduduk laki-laki dan perempuan pada tahun 2006 ini dapat saja terjadi akibat pemekaran kecamatan tersebut.

Tabel 4.3

Penduduk Kota Batam Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Tahun 2006

Jumlah penduduk1)

Kecamatan/wilayah Laki-laki Perempuan Total % Rasio jenis kelamin 1. Belakang Padang 10.362 10.037 20.399 2,9 103,23 2. Bulang 4.485 4.240 8.725 1,2 105.8 3. Galang 7.390 6.627 14.017 2,0 111,5 4. Sei Beduk 25.549 47.095 72.644 10,3 54,3 5. Nongsa 21.598 18.078 39.676 5,7 119,4 6. Sekupang 36.592 35.990 72.582 10,3 101,7 7. Lubuk Baja 38.418 36.377 74.795 10,6 105,6 8. Batu Ampar 25.131 23.452 48.583 6,9 107,2 9. Bengkong 32.937 34.952 67.889 9,7 94,2 10. Batam Kota 47.305 47.266 94.571 13,5 100,1 11. Sagulung 57.355 54.303 111.658 15,9 105,6 12. Batu Aji 34.829 41.841 76.670 10,9 83,4 Kota Batam 341.821 360.258 702.079 100,0 94,9

Sumber: Pemerintah Kota Batam, 2006. Batam Dalam Angka, Tabel 3.1.2. Catatan: 1) Termasuk penduduk Warga Negara Asing (WNA)

Kecamatan Galang, yang merupakan kecamatan lokasi penelitian ini, merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk relatif sedikit (sebesar 2 persen, nomor dua terkecil setelah Kecamatan Bulang), dibanding kecamatan lainnya di wilayah Kota Batam, dengan rasio jenis kelamin sebesar 111,5. Satu dari delapan kelurahan yang ada di Kecamatan Galang ini, yaitu Kelurahan Karas merupakan lokasi penelitian, sebagai unit administratif terkecil.

Kelurahan Karas termasuk kelurahan dengan jumlah penduduk cukup besar, hampir sama dengan dua kelurahan lainnya, yaitu Kelurahan Rempang Cate dan Galang Baru, sedangkan lima (5) kelurahan

lainnya berpenduduk lebih sedikit dari ketiga kelurahan ini. Kelurahan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kelurahan Subang Mas (Tabel 4.4). Penduduk Kelurahan Karas ini terdiri dari 683 keluarga (Profil Kelurahan Karas, 2006) dengan jumlah penduduk sebanyak 2.528 orang26. Dilihat dari komposisi jenis kelamin penduduk, jumlah penduduk laki-laki di Kelurahan Karas sedikit lebih banyak dari penduduk perempuan. Komposisi jenis kelamin penduduk ini tidak jauh berbeda dengan komposisi penduduk Kecamatan Galang. Keadaan ini juga ditemukan di kelurahan-kelurahan lainnya, kecuali di Kelurahan Pulau Abang, yang mempunyai jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit daripada perempuan (rasio jenis kelamin 94,6) (Tabel 4.4).

Tabel 4.4

Penduduk Kecamatan Galang Menurut Kelurahan, Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk, Tahun 2006

Jumlah penduduk1) Kelurahan Laki- laki Perem-puan Total % Rasio jenis kelamin Luas wilayah (Km2) Kepadatan penduduk (orang/ km2) 1. Pulau Abang 704 744 1.488 10,6 94,6 52,7 28 2. Karas 1.366 1.192 2.528 18,0 114,6 70,7 36 3. Sijantung 881 762 1.643 11,7 115,6 38,8 42 4. Sembulang 972 847 1.819 13,0 114,7 59,9 30 5. Rempang Cate 1.323 1.164 2.528 18,0 113,7 68,8 37 6. Subang Mas 374 359 733 5,2 104,2 17,4 42 7. Galang baru 1.360 1.177 2.537 18,1 115,5 4,2 604 8. Air Raja 410 362 772 5,5 113,3 na*) - Kec. Galang 7.390 6.627 14.017 100 111,5 312,5 45 Sumber: Pemerintah Kota Batam, 2006. Batam Dalam Angka, Tabel 3.1.2.

Pemerintah Kota Batam. Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Kota Batam. 2006. Kecamatan Galang Dalam Angka, Tabel 2.4 (untuk data luas wilayah) Catatan: 1) Termasuk penduduk Warga Negara Asing (WNA)

*) data luas kelurahan tidak tersedia (merupakan kelurahan pemekaran pada tahun 2005)

26 Berbagai sumber data yang ada memperlihatkan jumlah penduduk Kelurahan Karas yang berbeda untuk tahun yang sama (2006). Menurut Batam Dalam Angka (Tabel 3.1.2), Pemerintah Kota Batam, 2006, jumlah penduduk Kelurahan Karas pada tahun 2006 (sampai dengan Bulan Juli) adalah 2.528 orang sedangkan menurut Profil Kelurahan Karas 2006, jumlah penduduknya adalah 2.616 orang yang terdiri dari 683 kepala keluarga.

Kepadatan penduduk Kecamatan Galang pada tahun 2006 sebesar 45 orang/km2. Kelurahan dengan kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Galang adalah Kelurahan Galang Baru (604 orang/km2), jauh lebih besar dari kepadatan penduduk Kecamatan Galang dan Kelurahan Sembulang yang merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Galang. Kondisi ini terjadi setelah adanya pemekaran Kelurahan Galang Baru pada Bulan Juni 2006, menjadi kelurahan Galang Baru dan Air Raja. Ini dapat disebabkan karena wilayah Kelurahan Galang Baru memang merupakan wilayah yang sudah berkembang lebih lama dibandingkan dengan Kelurahan Sembulang. Kelurahan Karas, meskipun memiliki jumlah penduduk relatif besar, bukan merupakan kelurahan yang terpadat penduduknya, karena merupakan kelurahan dengan wilayah terluas di Kecamatan Galang. Dilihat dari struktur umur penduduk, data penduduk tahun 2000 menunjukkan tidak ada perbedaan yang mencolok antara struktur umur penduduk Kelurahan Karas dengan Kecamatan Galang. Proporsi penduduk usia muda (0-14 tahun) sekitar 35 persen dan penduduk usia tua (65 tahun ke atas) sekitar 2,5 pesen (Tabel 4.5), yang menunjukkan struktur umur penduduk muda. Rasio ketergantungan (dependency ratio)27 adalah sekitar 0,6. Keadan ini menunjukkan bahwa baik di Kecamatan Galang maupun Kelurahan Karas, setiap orang dalam usia produktif hanya menanggung kurang dari satu orang dalam kelompok umur tidak produktif (usia muda dan tua). Keadaan ini juga menunjukkan bahwa sebenarnya tabungan (saving) dari produksi yang dihasilkan penduduk usia produktif masih dimungkinkan, karena penduduk yang mempunyai kemampuan untuk berproduksi masih lebih besar dibandingkan mereka yang hanya merupakan konsumer. Untuk tahun 2007, berdasarkan hasil survey bahkan ditemukan bahwa rasio ketergantungan di Kelurahan Karas turun menjadi 0,5. Ini berarti beban tanggungan penduduk usia produktif (15-64 tahun) menjadi lebih ringan lagi dibanding tahun 2000, dengan rasio ketergantungan masih sebesar 0,6. Jika dikaitkan

27 Rasio ketergantungan (dependency ratio) adalah perbandingan antara penduduk usia muda (0-14 tahun) ditambah penduduk usia tua (65 tahun keatas) dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun).

dengan tingkat kesejahteraan, keadaan ini dapat menjadi indikasi bahwa kesejahteraan penduduk mengalami peningkatan. Untuk melihat kondisi kesejahteraan penduduk (tingkat kemiskinan), beberapa studi menunjukkan angka pada kisaran 0,4-0,5 sebagai rasio ketergantungan terendah. Artinya, rumah tangga yang memiliki rasio ketergantungan di atas 0,5 mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih rendah dibandingkan dengan rumah tangga dengan rasio ketergantungan di bawah angka tersebut. Kondisi di Kelurahan Karas dalam kurun waktu 2000-2007 menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan rasio ketergantungan (dari 0,6 menjadi 0,5), tingkat kesejahteraan penduduk belum bisa dikatakan baik, karena masih berada dalam kisaran angka cutting point.

Jika dibandingkan antara angka ketergantungan penduduk usia muda (0-14/15-64) dengan angka ketergantungan penduduk usia tua (65+/15-64), terlihat bahwa angka ketergantungan penduduk usia muda masih lebih tinggi. Keadaan ini dapat menjadi indikasi bahwa sebenarnya beban yang ditanggung penduduk usia produktif dapat lebih berat, jika diasumsikan penduduk usia muda dalam kenyaannya memang masih belum produktif, karena besar kemungkinan mereka masih duduk di bangku sekolah. Sebaliknya, penduduk usia tua (di atas 65), di masyarakat pertanian, dalam kenyataannya banyak yang masih berproduksi secara aktif (terlibat dalam kegiatan ekonomi), sehingga sebenarnya tidak sepenuhnya menjadi beban tanggungan penduduk usia produktif (15-64 tahun).

Di Kelurahan Karas, antara tahun 2000 dan 2006 terlihat adanya penurunan jumlah penduduk dari 3.648 orang pada tahun 2000 menjadi 2.626 pada tahun 2006. Keadaan ini terjadi karena pada tahun 2006 kelurahan tersebut dimekarkan dan sebagian wilayahnya menjadi wilayah Kelurahan Galang Baru (lihat footnote 4 pada Bab 2).

Tabel 4.5

Penduduk Kecamatan Galang Tahun 2000 dan Kelurahan Karas Tahun 2000, 2006 dan 2007 Menurut Kelompok Umur (%)

Kelurahan Karas Kecamatan Galang 20071) Kelompok Umur 2000 2000 2006 Laki-laki Perempuan Total 0-4 10,8 10,5 9,3 10,0 9,4 9,7 5-9 11,9 11,7 9,8 8,4 12,2 10,2 10-14 12,2 13,0 11,1 12,4 9,9 11,3 15-19 11,6 11,3 10,3 12,9 9,4 11,3 20-24 9,2 10,0 10,9 11,2 12,7 11,9 25-29 9,5 9,1 9,6 10,0 8,9 9,5 30-34 7,5 7,2 8,9 5,6 5,2 5,4 35-39 7,0 7,6 6,2 4,8 7,0 5,8 40-44 6,0 5,8 6,3 7,6 9,4 8,4 45-49 4,7 4,9 5,2 3,2 5,6 4,3 50-54 3,2 3,2 4,1 7,2 5,6 6,5 55-59 2,2 1,9 3,1 2,8 1,9 2,4 60-64 1,8 1,3 5,22) 2,0 0,5 1,3 65-69 1,2 1,1 0,4 0,0 0,2 70-74 0,7 0,8 0,4 1,4 0,9 75+ 0,5 0,6 0,8 0,9 0,9 Jumlah 100 100 100 100 100 100 Jumlah penduduk 11.023 3.648 2.626 3) 249 213 462 Rasio ketergantungan (dependency ratio) 0,6 0,6 - - - 0,5

Sumber: Pemerintah Kota Batam. Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Kota Batam. 2006. Kecamatan Galang Dalam Angka. Tabel 3.6. Profil Kelurahan karas, 2006

Catatan: 1) Berdasarkan survei di Kelurahan Karas, 2007

2) Untuk kelompok umur 60+

Gambar 4.3

Piramida Penduduk Kota Batam Tahun 1990 dan 2000

Sumber: Pemerintah Kota Batam. Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Kota Batam. 2006. Kecamatan Galang Dalam Angka. Tabel 3.6. Profil Kelurahan Karas, 2006

Data hasil survei di Kelurahan Karas tahun 2007, berdasarkan sampel rumah tangga, menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan (Tabel 4.5). Keadaan ini tidak berbeda dengan kondisi yang ditunjukkan oleh data statistik kelurahan pada tahun 2006 pada Tabel 4.4. Proporsi penduduk usia muda (0-14 tahun) sebesar 31,2 persen; usia tua (60 tahun lebih) sebesar 3,3 persen dan penduduk usia produktif dalam kelompok umur 15-59 sebesar 65,5 persen (Tabel 4.5). Keadaan ini juga menunjukkan kondisi yang tidak telalu berbeda dengan kondisi tahun 2006 berdasarkan data statistik Kelurahan Karas, meskipun dalam proporsi penduduk di tiap kelompok umur ditemukan beberapa perbedaan. Struktur penduduk Kelurahan Karas, kerenanya juga termasuk dalam penduduk muda (lihat piramida penduduk), yaitu lebih dari 30 persen berada pada kelompok usia 0-14 tahun dan lebih dari 23 persen pada kelompok penduduk pemuda, berusia 15-24 tahun. Cukup besarnya proporsi penduduk usia pemuda ini juga memerlukan perhatian dalam kaitannya dengan perilaku mereka,

terutama karena umumnya jika mereka sudah tidak duduk di bangku sekolah lagi dan mereka merupakan penduduk dalam kelompok usia kerja (produktif).

Data hasil survei di Kelurahan Karas juga menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anggota rumah tangga di kelurahan ini sebesar 4,6 (pembulatan menjadi 5) orang, dengan median jumlah anggota rumah tangga sebesar empat (4) orang. Proporsi terbesar rumah tangga (52 persen) mempunyai anggota rumah tangga paling banyak empat (4) orang (Tabel 4.6)28. Keadaan ini dapat menjadi indikasi cukup rendahnya tingkat fertilitas untuk lebih dari 50 persen rumah tangga, jika diasumsikan bahwa rumah tangga yang memiliki 4 orang anggota terdiri dari suami, istri dan dua orang anak. Ini juga dapat disebabkan keberhasilan program keluarga berencana (KB) yang berdampak terhadap penurunan jumlah penduduk, seperti diindikasikan oleh data penduduk Kelurahan Karas untuk tahun 2000 dan 2006, (Tabel 4.5). Keberhasilan program KB juga disampaikan oleh Lurah Karas dalam wawancara yang dilakukan sebagai berikut:

Tanya: Pak, kalau misalnya pertumbuhan penduduk ya Pak ya, ini sepengamatan Bapak aja, apakah kepadatan ini meningkat dengan cepat di karas ini Pak?

Jawab: Pertubuhan penduduk itu memang itu Bu, tapi kita tidak bisa mengkalkulasikan berapa persen, itu karena, ini saya rasa, kalau memang tidak dijalankan program KB oleh pemerintah ini, memang pertumbuhannya tinggi mungkin, ini karena ada program pemerintah melalui KB ini kan.

Tanya: Agak lambat ya Pak ya?

Jawab: Pertumbuhan penduduk tadi bisa ditekan.

(Hasil wawancara Tim Peneliti dengan Lurah Karas, tanggal 18 April 2007).

28Anggota rumah tangga adalah jumlah seluruh individu yang tinggal dalam rumah tangga di daerah penelitian.

Sekitar 52 persen rumah tangga memiliki anggota sebanyak 4 orang atau kurang dan 48 persen lainnya mempunyai jumlah anggota ≥ 5 orang, dengan jumlah anggota rumah tangga rata-rata 4,6 orang. Kira-kira 25 persen rumahtangga mempunyai anggota enam (6) orang lebih (Tabel 4.6). Jumlah anggota rumah tangga atau besaran rumah tangga dapat menjadi salah satu ukuran kemiskinan di tingkat rumah tangga. Studi-studi empirik yang dilakukan di berbagai negara mengindikasikan bahwa keluarga miskin cenderung mempunyai jumlah anggota rumah tangga yang besar. Besarnya jumlah anggota rumah tangga ini tentunya akan berpengaruh terhadap kehidupan rumah tangga tersebut, seperti pendidikan anak, kesehatan ibu dan anak serta pemenuhan kebutuhan pangan yang juga akan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan anggota rumah tangga. Di Indonesia, berdasarkan hasil pendataan BPS pada tahun 1999, rumah tangga miskin pada umumnya mempunyai anggota rumah tangga rata-rata sebesar 4,9 orang sedangkan rumah tangga tidak miskin mempunyai anggota rumah tangga sebesar 3,9 (Latifa, dkk., 2006: 18). Dengan demikian, kira-kira 48 persen rumah tangga di Kelurahan Karas dapat dikategorikan sebagai rumah tangga miskin, berdasarkan indikator demografi yang diukur dari indikator besaran rumah tangga.

Tabel 4.6

Persentase Rumah Tangga Sampel di Kelurahan Karas Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga

Jumlah anggota rumah tangga Persen

2 orang 7 3 orang 18 4 orang 27 5 orang 23 6 orang 11 7 orang 8 8 orang 5 10 orang 1 Jumlah (N) 100 (100) Rata-rata jumlah anggota rumah tangga 4,6 Median jumlah anggota rumah tangga 4

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Indonesia, 2007.

Penduduk Kelurahan Karas mayoritas adalah Suku Melayu yang beragama Islam. Komposisi penduduk berdasarkan etnis adalah 90 persen penduduk asli Suku Melayu dan 10 persen pendatang yang menurut jumlahnya terdiri dari Orang Jawa, Padang, Flores, Batak, Bugis dan lainnya (Bappeda Kota Batam, 2006). Mayoritas pendatang adalah Orang Jawa yang rata-rata bermata pencaharian sebagai pedagang. Kedatangan Orang Jawa ke Kelurahan Karas sudah cukup lama, sehingga mereka sudah beranak cucu di wilayah kelurahan ini (wawancara dengan Lurah Karas). Orang Jawa dan Padang dikatakan sangat mudah membaur dengan masyarakat penduduk asli Suku Melayu, tetapi untuk Orang Buton, meski jumlahnya sangat sedikit, dikatakan masih sering bermasalah dalam pembaurannya.

Analisis jumlah dan komposisi penduduk di Kelurahan Karas menunjukkan bahwa, kelurahan ini temasuk salah satu kelurahan dengan jumlah penduduk terbesar, selain dua kelurahan lainnya (Kelurahan Rempang Cate dan Galang Baru) di Kecamatan Galang. Namun, selama kurun waktu tahun 2000-2006, jumlah penduduk di Kelurahan Karas mengalami penurunan yang disebabkan karena adanya pemekaran kelurahan, sehingga sebagian wilayahnya menjadi wilayah kelurahan lain. Dari struktur umurnya terlihat bahwa penduduk Kelurahan Karas masih termasuk dalam kategori penduduk muda, dengan proporsi penduduk usia 0-14 tahun di atas 30 persen dan usia 15-24 tahun (penduduk pemuda) di atas 20 persen. Rasio ketergantungan juga cukup rendah, di bawah 1. Dari komposisi jenis kelamin terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki masih sedikit lebih banyak dari penduduk perempuan.

Rumah tangga di Kelurahan Karas, sebagian besar juga memiliki anggota rumah tangga cukup kecil, dimana lebih dari 50 persen rumah tangga mempunya jumlah anggora rumah tangga 4 orang atau kurang. Dengan mengambil cutting point sebesar 4 orang anggota rumah tangga, dapat disimpulkan bahwa hanya 48 persen rumah tangga di Kelurahan Karas dapat dikategorikan sebagai keluarga miskin. Kondisi ini juga perlu dikaji lebih lanjut berkaitan dengan kondisi ekonomi dan sosial lainnya.