• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL KELURAHAN KARAS

2.1. Kondisi Geografis

Kelurahan Karas adalah salah satu dari delapan kelurahan yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Galang4. Kelurahan ini terletak di areal seluas 70,7 Km2 (Pemerintah Kota Batam & Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Kota Batam, 2006). Kelurahan Karas di sebelah utara berbatasan dengan Kota Tanjung Pinang (Pulau Pangkil) dan di sebelah timur dengan Kabupaten Bintan. Selanjutnya batas sebelah selatan kelurahan ini

4 Sebelum bulan Juni 2006 Kecamatan Galang terdiri dari tujuh kelurahan, yaitu Kelurahan Pulau Abang, Karas, Sijantung, Sembulang, Rempang Cate, Subang Mas dan Kelurahan Galang Baru. Pada Juni 2006 terjadi pemekaran kelurahan, sehingga jumlahnya menjadi delapan, setelah terbentuknya Kelurahan Air Raja. Wilayah administrasi Kelurahan Air Raja adalah wilayah yang sebelumnya termasuk Kelurahan Galang Baru, sedangkan wilayah Kelurahan Galang Baru merupakan pemekaran dari Kelurahan Karas dan Kelurahan Pulau Abang. Wilayah Kelurahan Baru setelah pemekaran meliputi Pulau Sembur, Pulau Nguan, Air Lingka, Tanjung Pengapit, Pulau Korek, Tanjung Dahan, Pulau Nipah, Pulau Nanga, dan Tanjung Lagam. Kecuali Pulau Nguan yang sebelumnya merupakan wilayah Kelurahan Pulau Abang, semua wilayah Kelurahan Galang Baru sebelumnya termasuk wilayah administrasi Kelurahan Karas.

adalah Kelurahan Galang Baru, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sijantung.

Diantara seluruh kelurahan yang terdapat di Kota Batam, Kelurahan Karas berada pada urutan keempat terluas, setelah Kelurahan Kasu dan Kelurahan Pulau Terong (keduanya terletak di Kecamatan Belakang Padang) yang masing-masing mempunyai luas 88,5 Km2 dan 72,1 Km2 secara berturut-turut serta Kelurahan Tanjung Piayu (Kecamatan Sei Beduk) dengan wilayah seluas 71,9 Km2 (Pemerintah Kota Batam, 2006)5. Selanjutnya, di Kecamatan Galang, Karas merupakan kelurahan paling luas di antara enam kelurahan lainnya, yaitu Kelurahan Pulau Abang, Sijantung, Sembulang, Rempang Cate, Subang Mas, dan Kelurahan Galang Baru6.

Kelurahan Karas terdiri dari beberapa pulau, sebagian di antaranya berpenghuni dan sebagian lainnya merupakan pulau kosong. Pulau-pulau yang berpenghuni meliputi Pulau Karas, Pulau Carus, dan Pulau Mubut, sementara pulau-pulau yang tidak berpenghuni adalah Pulau Karas Kecil, Tanjung Malang, Mubut Darat, dan Sungai Mentina. Di antara semua pulau yang termasuk wilayah Kelurahan Karas, Pulau Karas merupakan pulau yang terluas dan sekaligus tempat konsentrasi penduduk kelurahan ini. Hal ini terlihat dari lima RW di wilayah Kelurahan Karas, empat diantaranya (RW 1 – RW 4) terletak di Pulau Karas, sedangkan RW 5 berlokasi di Pulau Mubut dan Pulau Carus.

Dari ibukota Kecamatan Galang (Sembulang), Kelurahan Karas berjarak (lurus) 12,5 Km, sedangkan dari ibukota Kota Batam (yang terletak di kawasan Batam Center) daerah ini berjarak (lurus) 18 Km. Untuk mencapai Kelurahan Karas dari Kota Batam diperlukan moda transportasi darat dan laut. Transportasi darat digunakan untuk perjalanan dari Batam ke Sembulang dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Tersedia transportasi umum yang melayani rute ini, berupa bis DAMRI yang beroperasi mulai dari pukul enam pagi sampai

5Keadaan sebelum pemekaran pada bulan Juni 2006.

dengan pukul enam sore, dengan tarif sebesar Rp. 10.000,- untuk sekali perjalanan. Selain menggunakan bis, perjalanan dapat pula dilakukan dengan mencarter taksi dengan tarif sewa Rp. 100.000,- sekali jalan dari Tembesi. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan menggunakan transportasi laut berupa perahu pompong dalam waktu satu jam atau perahu yang menggunakan motor tempel dengan waktu setengah jam dari pelabuhan Sembulang. Selain itu, tersedia pula kapal reguler (Sri Galang) yang beroperasi tiga kali dalam seminggu dengan rute Sembulang – Pulau Karas – Pulau Dapur Enam. Biaya yang diperlukan untuk perjalanan ini sebesar Rp. 12.000,-/orang. Namun, ketika penelitian dilaksanakan (April 2007) kapal reguler tersebut sudah tidak menyinggahi Pulau Karas karena beberapa alasan. Salah satu di antara alasan tersebut adalah rusaknya pelabuhan di pulau ini. Di samping menggunakan kapal penumpang, perjalanan dari Sembulang ke Karas dapat pula ditempuh dengan pompong carteran seharga Rp. 120.000,- untuk perjalanan pulang pergi.

Peta 2.1

Dari segi biaya dan akses transportasi, perjalanan dari Karas ke Kota Tanjung Pinang lebih murah dan mudah dibandingkan dengan perjalanan ke Kota Batam. Kota Tanjung Pinang dapat dijangkau dengan hanya menggunakan transportasi laut, sedangkan untuk ke Kota Batam juga diperlukan transportasi darat, setelah perjalanan dengan transportasi laut. Perjalanan dari Karas ke Kota Tanjung Pinang dapat ditempuh dengan pompong dalam waktu satu setengah jam atau dengan kapal/perahu yang menggunakan motor tempel selama setengah jam. Alternatif transportasi lainnya menuju Tanjung Pinang adalah kapal ikan dengan ongkos sebesar Rp. 5.000,/orang/sekali jalan.

Kelurahan Karas mempunyai empat musim yang dibedakan menurut karakteristik kekuatan angin dan gelombang laut. Musim Timur terjadi pada bulan Maret – Mei, ditandai dengan kondisi air laut yang tidak dalam, tidak ada pasang dan juga tidak ada gelombang. Musim ini dianggap sebagai musim yang paling susah bagi nelayan karena terbatasnya hasil tangkapan mereka. Hal ini karena sinar matahari terlalu panas, sementara air laut yang dangkal menyebabkan ikan mencari tempat yang dalam. Beberapa nelayan yang menjadi narasumber dalam penelitian menyebut musim timur sebagai ‘air7 gadai’ karena banyak di antara mereka yang terpaksa menggadaikan barang-barang untuk memperoleh uang tunai. Setelah musim Timur, datang musim Selatan (bulan Juni – Agustus). Pada musim ini air besar/pasang di malam hari dan kering di pagi hari serta gelombang laut/ombak kuat. Selanjutnya, bulan September – November dikenal sebagai musim Barat dengan ciri-ciri pasang besar dan ombak yang kurang kuat. Musim Barat kemudian diikuti oleh musim Utara (bulan Desember – Februari), ditandai oleh frekuensi hujan yang tinggi, angin kuat, ombak besar, dan air pasang.

Musim-musim yang berbeda yang juga ditandai dengan perbedaan karakteristik cuaca dan kondisi alam seperti dikemukakan di atas menyebabkan terjadinya perbedaan jenis sumberdaya laut yang diperoleh nelayan dalam kegiatan melaut. Hal ini pada gilirannya

menyebabkan perbedaan penghasilan nelayan pada setiap musim karena harga jual masing-masing jenis sumberdaya laut juga bervariasi. Sebagai contoh, ikan dingkis yang banyak diperoleh pada musim Utara mempunyai harga jual yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ketam yang diperoleh pada musim Barat dan Timur atau ikan tamban yang bisa diperoleh pada setiap musim.