• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT

3.1. Pengetahuan, Sikap, dan Kesadaran Terhadap

3.1.1. Pengetahuan dan Sikap Terhadap

Sebagai masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai nelayan, penduduk Kelurahan Karas mempunyai pengetahuan mengenai terumbu karang, antara lain lokasi keberadaannya di perairan sekitar tempat tinggal mereka, manfaatnya, dan penyebab kerusakannya. Pengetahuan tersebut berasal dari berbagai sumber, termasuk pengalaman sehari-hari dalam kegiatan melaut. Di antara 100 responden yang mewakili masing-masing rumah tangga terpilih, mayoritas (92 persen) mengatakan bahwa terumbu karang termasuk jenis makhluk hidup. Hanya 1 persen yang menyatakan bahwa terumbu karang bukan makhluk hidup, sedangkan sisanya, 7 persen, tidak mengetahui apakah terumbu karang merupakan makhluk hidup atau makhluk tidak hidup.

Di antara 92 orang responden yang mengetahui bahwa terumbu karang merupakan makhluk hidup, lebih dari separuh mengatakan bahwa sumberdaya laut tersebut termasuk kelompok tumbuh-tumbuhan. Sekitar seperempat di antara mereka menjawab bahwa terumbu karang merupakan makhluk hidup berupa hewan, sementara hampir seperlimanya menjawab bahwa terumbu karang adalah makhluk hidup gabungan antara hewan dan tumbuh-tumbuhan (Gambar 3.1).

Gambar 3.1

Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Jenis Makhluk Hidup Terumbu Karang, Kelurahan Karas (%)

26.1 53.3 19.5 1.1 0 10 20 30 40 50 60 Hew an Tumbuh-tumbuhan Hew an dan tumbuh-tumbuhan Tidak tahu

Sumber: Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, Kota Batam, 2007.

Berdasarkan data pada Gambar 3.1 dapat dikatakan bahwa responden mempunyai pengetahuan yang cukup baik mengenai penggolongan jenis makhluk hidup dari terumbu karang. Pengetahuan yang memadai yang dimiliki responden tersebut merupakan potensi/pendukung dalam upaya penyelamatan dan pelestarian terumbu karang.

Sebagai masyarakat nelayan yang kehidupan kesehariannya sangat terkait dengan laut, penduduk Kelurahan Karas mempunyai pengetahuan mengenai keberadaan terumbu karang, dalam arti lokasi dan kondisinya, di sekitar mereka. Hal ini terlihat dari hasil PRA (participatory rapid appraisal) yang dilakukan bersama dengan beberapa narasumber yang kebanyakan bekerja sebagai nelayan di lokasi penelitian. Menurut peserta PRA, perairan Kelurahan Karas mempunyai beberapa lokasi hamparan terumbu karang dan sebagian besar sumberdaya laut tersebut berada dalam kondisi baik. Terumbu karang yang mempunyai kondisi paling baik adalah terumbu Kecil yang berlokasi di sebelah barat laut Pulau Karas. Terumbu Besar yang

terletak di antara Pulau Karas dengan terumbu Kecil berada dalam kondisi baik. Di sebelah selatan Pulau Karas, terdapat terumbu yang juga dalam kondisi baik, yaitu terumbu Air Tangkai dan terumbu Batu Putih. Selain keempat terumbu yang baik kondisinya tersebut, terdapat beberapa terumbu lainnya yang terletak menyebar mengelilingi Pulau Karas, namun kondisinya tidak sebagus terumbu Besar, terumbu Kecil, terumbu Air Tangkai, dan terumbu Batu Putih. Terumbu-terumbu yang dimaksud adalah terumbu Semanda dan terumbu Babi yang terletak di sebelah barat terumbu Kecil, terumbu Sekuci yang berlokasi di sebelah timur terumbu Batu Putih dan terumbu Lasim di sebelah selatan terumbu Sekuci. Selanjutnya, terdapat pula terumbu Air Lang yang berada jauh di sebelah selatan Pulau Karas dan berjarak lebih dekat ke Pulau Korek Mentigi.

Peta 3.1

Peta Partisipatif Wilayah Tangkap Nelayan Kelurahan Karas

Di samping mempunyai pengetahuan yang cukup baik mengenai jenis makhluk hidup terumbu karang, responden penelitian ini juga mempunyai pengetahuan yang baik mengenai kegunaan terumbu karang. Pengetahuan mengenai manfaat terumbu karang bahkan lebih baik daripada pengetahuan tentang jenis makhluk hidup sumberdaya laut tersebut. Hal ini terlihat dari data pada Tabel 3.1, yaitu mayoritas responden mengetahui fungsi ekologis terumbu karang. Jika dilihat lebih detil, hampir semua responden (99 persen) mengetahui bahwa sumberdaya laut tersebut berfungsi sebagai tempat ikan hidup, bertelur, dan mencari makan. Sebanyak 97 persen di antara mereka mengetahui bahwa terumbu karang berguna untuk melindungi keragaman ikan dan biota laut lainnya, serta 90 persen mengetahui fungsi terumbu karang sebagai pelindung pantai dari terjangan ombak dan badai. Sejalan dengan fungsi ekologis terumbu karang, sebanyak 89 persen responden mengemukakan bahwa jenis sumberdaya laut ini juga mempunyai manfaat sebagai sumber pendapatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh para ilmuwan, antara lain Soekarno (2001) yang mengatakan bahwa terumbu karang bermanfaat sebagai potensi perikanan bagi daerah. Jika diurut sampai ke tingkat paling rendah, maka kegiatan perikanan merupakan sumber mata pencaharian yang dominan bagi masyarakat pesisir dan kepulauan, seperti penduduk yang tinggal di Kelurahan Karas.

Pengetahuan tentang manfaat terumbu karang yang dimiliki masyarakat kemungkinan besar diperoleh secara turun temurun dari generasi sebelumnya, di samping dari pengalaman mereka selama melakukan kegiatan melaut. Selain itu, kegiatan Coremap yang telah dilaksanakan selama beberapa waktu terakhir di Kelurahan Karas kemungkinan juga memberi kontribusi terhadap pengetahuan masyarakat mengenai kegunaan terumbu karang. Hal ini karena salah satu kegiatan yang dilakukan Coremap adalah pemberian pemahaman kepada masyarakat mengenai segala hal yang terkait dengan keberadaan terumbu karang, termasuk manfaatnya.

Berbeda dengan pengetahuan mengenai fungsi ekologis terumbu karang, pengetahuan responden mengenai fungsi ekonomis sumberdaya laut tersebut masih relatif kurang baik. Kecuali sebagai

sumber pendapatan, proporsi mereka yang mempunyai pengetahuan mengenai manfaat terumbu karang dari sisi ekonomi jauh lebih kecil. Hal ini terlihat dari mereka yang mengetahui bahwa terumbu karang, khususnya yang sudah mati, bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk keperluan sendiri, misalnya pembangunan rumah (70 persen). Proporsi responden yang mengetahui kegunaan terumbu karang sebagai tempat wisata bahkan paling kecil (34 persen) di antara berbagai manfaat terumbu karang. Kenyataan ini dapat dimaklumi mengingat sampai saat ini upaya untuk menjadikan kawasan terumbu karang sebagai obyek wisata masih sangat terbatas. Di Kelurahan Karas, khususnya, sumberdaya alam yang telah dimanfaatkan sebagai tempat/obyek wisata baru terbatas pada pantai, yaitu Tanjung Budus yang terletak di ujung Pulau Karas, walaupun pengunjungnya belum terlalu banyak (wawancara dengan pegawai pemerintah di Kelurahan Karas). Sebaliknya, terumbu karang dengan segala keindahan yang dimilikinya belum dimanfaatkan sebagai salah satu obyek wisata yang berpotensi menghasilkan pendapatan daerah. Akibatnya, masyarakat juga tidak mempunyai pengetahuan mengenai manfaat ekosistem terumbu karang untuk sektor pariwisata.

Tabel 3.1

Pengetahuan Responden Tentang Kegunaan Terumbu Karang, Kelurahan Karas (%) (N=100)

Kegunaan terumbu karang Ya Tidak Jumlah

Tempat ikan hidup, bertelur, mencari

makan 99,0 1,0 100,0

Melindungi keragaman ikan/biota laut 97,0 3,0 100,0

Melindungi pantai dari ombak dan

badai 90,0 10,0 100,0

Sumber bahan baku untuk keperluan

sendiri 70,0 30,0 100,0

Sumber pendapatan masyarakat 89,0 11,0 100,0

Tempat wisata 34,0 66,0 100,0

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Indonesia, 2007.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, penduduk Kelurahan Karas, antara lain yang menjadi peserta PRA, mengetahui kondisi terumbu karang yang terdapat di perairan sekitar tempat tinggal mereka. Hal yang sama juga ditemukan pada mereka yang menjadi responden penelitian. Sebanyak 90 persen responden mempunyai pengetahuan mengenai kondisi terumbu karang, sementara sisanya tidak mengetahui kondisi sumberdaya laut tersebut. Dari seluruh responden yang mengetahui kondisi terumbu karang di perairan sekitar Kelurahan Karas, hampir 60 persen mengatakan bahwa sumberdaya laut tersebut berada dalam keadaan baik. Sekitar seperempat mengatakan bahwa terumbu karang mempunyai kondisi kurang baik, sedangkan 5 persen mereka mengemukakan bahwa terumbu karang dalam kondisi rusak dan sangat rusak (Gambar 3.2). Pengetahuan responden tersebut sejalan dengan hasil survei yang dilakukan oleh Tim Ekologi Coremap Pusat. Rata-rata tutupan karang di perairan wilayah Kelurahan Karas adalah 55,64 persen yang termasuk kategori baik (lihat Bab I).

Gambar 3.2

Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Kondisi Terumbu Karang di Perairan Sekitar Kelurahan Karas (%)

59 26 4 1 10 0 10 20 30 40 50 60 70 Baik Kurang baik Rusak Sangat rusak Tidak tahu

Sumber: Data Primer, Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Indonesia, 2007.

Meskipun 60 persen responden mengatakan bahwa kondisi terumbu karang tergolong baik, proporsi mereka yang berpendapat bahwa upaya perbaikan dan pelestarian sumberdaya laut tempat hidup ikan dan berbagai biota laut tersebut perlu dilakukan, jauh lebih besar. Hal ini terlihat dari sebanyak 94 persen responden yang berpendapatan bahwa terumbu karang perlu diperbaiki dan dilestarikan. Jika dikaitkan dengan proporsi responden menurut pengetahuan tentang kondisi terumbu karang, proporsi mereka yang menyatakan perlunya perbaikan dan pelestarian terumbu karang adalah tiga kali lebih besar daripada mereka yang mengatakan bahwa kondisi terumbu karang kurang baik, rusak, dan rusak parah (31 persen). Kenyataan ini memperlihatkan bahwa responden yang mengetahui bahwa kondisi terumbu karang saat ini tergolong baik juga tetap menginginkan dilakukannya upaya perbaikan dan pelestarian terumbu karang. Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh pengetahuan yang cukup baik mengenai fungsi terumbu karang, khususnya sebagai tempat hidup ikan dan biota laut lainnya. Dengan kondisi terumbu karang yang bagus, banyak ikan dan biota laut bisa hidup yang pada gilirannya menyebabkan penduduk bisa memperoleh pendapatan yang besar dari kegiatan melaut.

Keinginan kuat masyarakat untuk memperbaiki dan melestarikan terumbu karang, seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian, merupakan faktor positif yang merupakan pendukung bagi pelaksanaan kegiatan Coremap. Masyarakat dengan kondisi tersebut cenderung mudah diajak untuk bekerja sama dalam berbagai upaya pelestarian terumbu karang. Upaya-upaya tersebut termasuk menjaga terumbu karang dari pengrusakan, baik yang dilakukan oleh penduduk setempat maupun oleh penduduk dari daerah lain, seperti penggunaan alat dan teknologi yang mengancam kehidupan sumberdaya laut tersebut.

Sejalan dengan pendapat responden mengenai besarnya manfaat terumbu karang, mayoritas mereka (81 persen) tidak menyetujui pengambilan terumbu karang yang masih hidup. Fenomena ini memperlihatkan bahwa pengetahuan tentang manfaat terumbu karang menimbulkan sikap yang positif terhadap upaya untuk menjaga

kelestariannya. Namun demikian, masih ditemukan sebanyak 12 persen responden yang setuju dengan kegiatan pengambilan terumbu karang hidup, sedangkan sisanya tidak mengemukakan pendapat mereka tentang kegiatan tersebut. Proporsi ini berbeda dengan sikap terhadap pengambilan terumbu karang yang sudah mati. Mereka yang menyetujui kegiatan pengambilan terumbu karang mati meningkat dengan tajam menjadi 56 persen. Hal ini didasari oleh anggapan bahwa pengambilan terumbu karang mati tidak mempengaruhi kondisi terumbu karang lain yang masih hidup.

3.1.2. Pengetahuan dan Sikap Terhadap Alat Tangkap yang