• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HUKUM ATAS AKTA SEWA MENYEWA

D. Analisis Kasus

Dilihat dari penjabaran kasus diatas, gugatan perdata ini timbul dikarenakan pada bulan juni 2010, tanpa sepengetahuan pemilik, SHL merusak kedua pintu dan menduduki serta menempati 2 (dua) unit ruko secara tidak sah, SHL juga menyimpan/ memegang kedua Sertipikat Tanah Hak Guna Bangunan Nomor 409 dan 410 tersebut dan SHL telah menyewakan kedua Ruko tersebut kepada CV IT H, CV IT D, CV IT AP tanpa seizin MCS dan telah menduduki, menempati dan melakukan sewa menyewa atas objek perkara secara tidak sah, maka SHL, CV IT H, CV IT D, CV IT AP telah melakukan perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad).

Sebab dengan tindakan SHL dalam melaksanakan tindakan atau tak layak, jelas merupakan pelanggaran hak pemilik/yang menyewakan. Setiap pelanggaran hak orang lain, berarti merupakan perbuatan melawan hukum atau onrechtmatigedaad.170

170M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal. 61.

Penikmat atas seluruh barang yang disewakan tidak akan menimbulkan persoalan, jika si penyewa menguasai seluruh bagian barang. Masalah penikmat bisa menimbulkan persoalan, apabila si penyewa hanya menyewa atas sebahagian barang saja. Seperti halnya penyewaan atas sebahagian bawah suatu rumah bertingkat, atau hanya pada bagian pavilion saja.171Tentu dalam penyewaan atas bahagian barang, si penyewa hanya berhak untuk menikmati bahagian yang disewakan saja, sesuai dengan indentifikasi yang telah ditentukan dalam perjanjian sewa-menyewa.

Menurut C.S.T Kansil yang dimaksud dengan subjek hukum ialah siapa yang dapat mempunyai hak dan cakap untuk bertindak di dalam hukum, atau dengan kata lain siapa yang cakap menurut hukum untuk mempunyai hak.172 Pada definisi yang diberi oleh Kansil, terdapat kata cakap, dimana menurut beliau subjek hukum adalah mereka yang cakap menurut hukum untuk mempunyai hak. Subjek hukum mempunyai peranan yang penting di dalam bidang hukum, khususnya hukum keperdataan karena subjek hukum itulah nantinya yang dapat mempunyai kewenangan hukum. Didalam berbagai literatur dikenal 2 (dua) macam subjek hukum, yaitu manusia pribadi (natuurlijke persoon) dan badan hukum (rechts persoon).

Pada dasarnya manusia mempunyai hak sejak dilahirkan namun tidak semua manusia mempunyai kewenangan dan kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.

Setelah diuraikan mengenai manusia pribadi (natuurlijke persoon) sebagai subjek

171Ibid, hal. 221.

172C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, Modul Hukum Perdata, Op.cit., hal.84.

hukum maka badan hukum (rechts persoon) juga merupakan subjek hukum. Badan hukum sebagai subjek hukum dapat bertindak seperti manusia. Badan hukum merupakan kumpulan manusia pribadi dan juga merupakan kumpulan bagian dari hukum yang mengaturnya sesuai dengan hukum yang berlaku; umpamanya, badan hukum Perseroan Terbatas menurut Bab III KUHD dan koperasi menurut Undang-Undang No.17 Tahun 2012.173

Apabila kewenangan yang dimiliki oleh setiap manusia untuk melakukan perbuatan hukum, maka kewenangan tersebut tidak boleh melebihi dari kewenangan yang dimiliki oleh manusia tersebut. Seperti yang tercantum dalam doktrin Ultra Vires.

Doktrin pelampauan kewenangan (ultra vires) merupakan doktrin yang sudah cukup lama bergabung. Doktrin ultra viresmenganggap batal demi hukum (null and void) atas setiap tindakan subjek hukum di luar kekuasaannya berdasarkan tujuannya yangtermuat dalam peraturan perUndang-Undangan. Ajaran inipada mulanyadikenal oleh negara penganut ”common law”. Dalam ilmu hukum ultra viresberarti tindakan yang dilakukan oleh suatu subjek hukum yang berada di luar tujuan dan karena itu di luar kewenangan subjek hukum tersebut.174 Doktrin Ultra vires mempunyai latar belakang pada teori fiksi. Pada prinsipnya doktrin ultra vires ini sangat ekstrem.

Istilah ultra vires ini diterapkan tidak hanya jika subjek hukum melakukan tindakan yang sebenarnya dia tidak punya kewenangan, melainkan juga terhadap

173Ibid, hal 89.

174Hendra Karyadi, www. Google.co.id. diakses pada tanggal 17 Mei 2017

tindakan yang dia punya kewenangan, tetapi dilaksanakan secara tidak teratur (irregular). Bahkan lebih jauh lagi, suatu tindakan digolongkan sebagai ultra vires bukan hanya jika tindakan itu melampaui kewenangannya yang tersurat maupun tersirat, tetapi juga tindakannya itu bertentangan dengan peraturan yang berlaku atau bertentangan dengan ketertiban umum.175

Dimana penguasa yang juga pembuat Undang-undang turut menentukan hukum yang berlaku dan ke subjek hukum. Subjek hukum selalu mempunyai tujuan khusus dan spesifik, sehingga berakibat bahwa subjek hukum tersebut tidak dapat bertindak di luar maksud dan tujuannya tersebut. Inilah secara sederhana inti dari doktrin ultra vires.

Selanjutnya mengenai objek hukum, yang menjadi objek hukum adalah benda atau zaak; karena yang menjadi objek itu berarti segala sesuatu yang berguna bagi objek hukum menjadi pokok permasalahan dan kepentingan bagi para subjek hukum.

Pengaturan tentang benda atau zaak terdapat secara luas pada Buku II KUHPerdata tentang hukum kebendaan atau zaken recht yang berasal dari hukum barat. Setelah kemerdekaan perubahan pengaturan tentang hukum benda dalam Buku II KUHPerdata terjadi perubahan mengenai tanah, bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dengan keluarnya Undang-Undang Pokok Agraria dan perundang-udangan lainnya.176

175 Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law (eksistensinya dalam Hukum Indonesia), (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2002), hal.111.

176C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil,Ibid, hal 92.

Mariam Darus berpendapat bahwa untuk menjadi subjek hukum ada syarat yang harus dipenuhi yaitu penguasaan manusia dan mempunyai nilai ekonomis dan karena itu dapat dijadikan sebagai objek (perbuatan) hukum.177

Seperti yang disampaikan bahwa di dalam suatu perjanjian menimbulkan hubungan hukum diantara para pihak yang bersepakat atau berjanji. Dalam perjanjian sewa menyewa, terdapat 2 (dua) pihak yang menjadi hubungan hukum yaitu pihak penyewa dan pihak yang menyewakan. Didalam hubungan hukum yang terjadi antara pihak penyewa dan pihak yang menyewakan, maka menunjukkan adanya subjek sebagai pelaku yaitu pihak penyewa dan pihak yang menyewakan.

Sementara benda yang dipersewakan adalah sebagai objek oleh para pihak di dalam perjanjian sewa-menyewa. Mengenai jenis-jenis benda yang menjadi objek dalam perjanjian sewa menyewa diatur dalam Pasal 1549 KUHPerdata yang dari isinya menyatakan objek dalam perjanjian sewa menyewa adalah semua jenis barang, baik yang tak bergerak maupun yang bergerak yang dapat disewakan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa yang menjadi subjek dalam perjanjian sewa menyewa adalah pihak penyewa dan pihak yang menyewakan, sementara yang menjadi objek sewa menyewa adalah semua jenis barang baik yang bergerak maupun benda yang tidak bergerak.

177Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, (Bandung : Alumni, 1997), hal. 35.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Keabsahan akta perjanjian sewa menyewa yang ditandatangani oleh bukan ahli waris adalah sah sepanjang syarat formil dalam pembuatan akta dihadapan Notaris dipenuhi sesuai dengan Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 dan apabila ada pihak-pihak yang keberatan maka dapat mengajukan pembatalan sesuai dengan Pasal 1266 (2) KUH Perdata.

2. Notaris tidak bertanggung jawab terhadap identitas para penghadap yang mengaku Ahli Waris bahkan Notaris dapat menuntut yang bersangkutan karena membuat keterangan palsu dihadapan Pejabat Yang Berwenang dan Notaris tidak bertanggung jawab terhadap isi Akta yang dibuat dihadapnnya oleh karena isi yang dibuat dihadapan Notaris telah sesuai dengan keterangan para pihak sesuai dengan Putusan MA No.702 K/Sip/1973 bahwa Notaris tidak dapat dijadikan tersangka sepanjang isi akta berasal dari keterangan para penghadap, maka Notaris tidak bisa dimintai tanggung jawab pidananya, karena menurut Prof.Andi Hamzah Notaris tidak bisa dimintai pertanggungjawabannya karena Notaris hanya menuliskan apa yang disampaikan oleh para pihak, kemudian Putusan MA No.702 K/Sip/1973 juga dijelaskan tidak ada kewajiban Notaris menyelidiki kebenaran materil atas apa yang disampaikan oleh penghadap/para pihak.

3. Menurut Putusan MA No.798 K/Pdt/2014 bahwa pihak yang menyewakan yakni yang bukan Ahli Waris telah melakukan perbuatan melawan hukum karena antara Ahli Waris dan Yang Bukan Ahli Waris tidak pernah melakukan satu perjanjian sehingga berdasarkan putusan tersebut Pihak Yang Bukan Ahli Waris wajib mengosongkan objek perkara agar tidak merugikan Ahli Waris yang sebenarnya dan mewajibkan pihak yang menempati untuk segera mengosongkan objek perkara sehingga Putusan MA No.798 K/Pdt/2014 sudah tepat.

B. Saran

1. Notaris dalam menjalankan jabatannya sepanjang tunduk dan menjalankan apa yang ditentukan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 dan mengenai Kode Etik Notaris dan peraturan-peraturan lain, Notaris tidak perlu takut untuk membuat akta yang dibuat dihadapannya sepanjang Notaris dan hal ini juga dikuatkan dengan putusan MA No.702 K/Sip/1973.

2. Notaris secara moril harus tetap mempertahankan kebenaran dari apa yang telah dibuat dihadapannya selaku Pejabat Umum Notaris tidak perlu takut membuat akta sepanjang tetap mengikuti dan mematuhi Peraturan Jabatan Notaris, Kode Etik Notaris dan peraturan-peraturan lainnya oleh karena menurut Putusan MA No.702 K/Sip/1973 Notaris tidak bertanggung jawab terhadap isi akta yang dibuat dihadapannya.

3. Sebaiknya sarana mediasi lebih ditingkatkan sehingga tidak terjadi penumpukan perkara di pengadilan tingkat pertama (Pengadilan Negeri) karena hanya masalah Sewa Menyewa tidak ada kaitan dengan kepemilikan (Jual Beli) tidak harus sampai ke Mahkamah Agung karena memakan waktu yang lama dan memakan biaya yang tidak sedikit.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdurrahman, Muslam, 2009, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, (Malang : UMM Press).

Adjie, Habib, 2009, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia, ( Bandung : Mandar Maju).

Alwi, Hasan, 1998, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka).

Bachtiar, Efendi, dkk, 2000, Surat Gugat dan Hukum Pembuktian dalam Perkara Perdata, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti).

Badrulzaman, Mariam Darus, 1974, Hukum Perdata Tentang Perikatan, (Medan : Penerbit Fakultas Hukum USU).

---, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Cet. 1, (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti).

Boediarto, M. Ali, 2005, “Kompilasi Kaidah Hukum Putusan Mahkamah Agung, Hukum Acara Perdata Setengah Abad', Swa Justitia, Jakarta.

Budiono, Herlien, 2007, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata Di Bidang Kenotariatan, (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti).

Bungin, Burhan, 2003, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka).

Dewi, Santia, R.M Fauwas Diraja, 2011, Panduan Teori dan Praktik Notaris, (Yogyakarta : Pustaka Yustisia).

Effendi, Lutfi, 2004, Pokok-Pokok Hukum Administrasi, (Malang : Bayumedia Publishing).

Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar).

Fuady, Munir, 2001, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), (Bandung : Citra aditya Bakti).

---, 1999, Hukum Kontrak: Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Cet. 2., (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti).

---, 2002, Perbuatan Melawan Hukum, cet.1, (Bandung : Citra Aditya Bakti).

Furchan, Arief, 1997, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya : Usaha Nasional).

Gokkel, N.E.Algra. H.R.W., Saleh Adwinata, 1983, Kamus Istilah Hukum, (Bandung : Bina Cipta).

H.R., Ridwan, 2003, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: UII Press).

H.S, Salim., 2010, Hukum Kontrak, ( Jakarta : Sinar Grafika).

---, 2005, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, cet. 3, (Jakarta : Sinar Grafika) .

---, 2003, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar Grafika).

---, 2014, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta : Sinar Grafika).

Hadi, Sutrisno, 1973, Metodologi Research, (Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM).

Hadikusuma, H. Hilman, 1999, Hukum Waris Adat, (Bandung : Citra Aditya Bakti).

Hamidjojo, Prodjojo, 2000, Hukum Waris Indonesia, (Jakarta : Stensil).

Harahap, M. Yahya, 2008, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, (Jakarta: Sinar Grafika).

Ibrahim, Johnny, 2007, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : Bayumedia).

Kamello, Tan, 2006, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, (Bandung : Alumni).

Kelsen, Hans (Alih Bahasa oleh Somardi), 2007, General Theory Of Law and State,Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif- Empirik, (Jakarta : BEE Media Indonesia) ---, 2006, Teori Hukum Murni, Terjemahan Raisul Mutaqien,

(Bandung : Nuansa & Nusa Media).

Kie, Tan Thong, 2000, Studi Notariat & Serba-serbi Praktek Notaris, Buku I, (Jakarta : PT.Ichtiar Baru Van Hoeve).

---, 2007, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve).

Koesoemawati, Ira dan Yunirman Rijan, 2009, Ke Notaris, (Jakarta : Raih Asa Sukses).

Lubis, M. Solly, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju).

Marwan, M. & Jimmy P, 2009, Kamus Hukum,(Surabaya : Reality Publisher).

Marzuki, Peter Mahmud, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Kencana Pranada Media Group).

MD, Moh.Mahfud, 2006, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, (Jakarta : LP3S).

Meliala, Qirom S., 1985, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, (Yogyakarta : Liberty).

Mertokusumo, Soedikno, 1991, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta : Liberty).

---, 1988, Diktat Kursus Hukum Perikatan, (Ujung Pandang).

---, 1981, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Yogyakarta : Liberty).

---, 1979, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta : Liberty).

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, 2003, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, cet. 1, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada).

Nasution, AZ, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen, cet.2, ( Jakarta : Diapit Media).

Nasution, Bismar, 2003, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, (Makalah Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Februari).

Notodisoerjo, R. Soegondo, 1993, Hukum Notariat Di Indonesia, Suatu Penjelasan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada).

Patrik, Purwahid, 1994, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Bandung : Mandar Maju).

Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia (INI), Editor : Anke Dwi Saputro, 2009, Jati Diri Notaris Indonesia, Dulu, Sekarang, dan Dimasa Mendatang, (Jakarta : Gramedia Pustaka).

Pitlo, A., 1986, Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda(Alih Bahasa M.Isa Arief, SH), (Jakarta: PT.Intermasa,).

Pound, Roscoe, 1982, Pengantar Filsafat Hukum, Diterjemahkan dari edisi yang diperluas oleh Drs. Mohammad Radjab, (Jakarta: Bhratara Karya Aksara).

Prodjodikoro, Wirjono, 1987, Hukum Perjanjian dan Perikatan, (Jakarta : Pradya Paramita).

---, 2000, Perbuatan Melanggar Hukum, (Bandung : Mandar Maju Cetakan I).

Rachman, Sjaifur dan Habib Adjie, 2011, Aspek Pertanggung jawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta, (Bandung : Mandar Maju).

Rahardjo, Satjipto, 2006, Ilmu Hukum, (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti).

Rusli, Hardijan, 1993, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, (Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan).

Salim dan Erlis Septiana Nurbani, 2014, Penelitian Teori Hukum pada Penelitian Disertasi dan Tesis (Buku Kedua), (Jakarta: Rajawali Pers).

Salim, Oemar, 2012, Dasar-Dasar Hukum Waris Di Indonesia, (Jakarta : Rineka Cipta).

Salman, HR.Otje dan Anton F Sutanto, 2005, Teori Hukum, (Bandung : Refika Aditama).

Samudera, Teguh, 1992, Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata, ( Bandung:

Alumni).

Santoso, Lukman, 2012, Hukum Perjanjian Kontrak Cetakan Kedua, (Yogyakarta : Cakrawala, Cetakan Kedua).

Satrio, J., 1992, Hukum Waris, (Bandung : Alumni).

Sembiring, M.U., 1989, Beberapa Bab Penting Dalam Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Medan : Program Pendidikan Notariat Fakultas Hukum Sumatera Utara).

---, 1997, Teknik Pembuatan Akta, (Program Pendidikan Spesialis Notaris, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

Setiawan, R., 1977, Pokok-Pokok Hukum Perikatan,(Bandung : Bina Cipta).

Siregar, Tampil Anshari, 2004, Metode Penelitan Hukum, (Medan : Medan Grafika).

Sjarif, Surini Ahlan dan Nurul Elmiyah, 2006, Hukum Kewarisan Perdata Barat, (Jakarta : Kencana Renada Group).

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji, 2003, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : PT.Grafindo Persada).

Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press).

Subekti R., 1993, Aspek-aspek Hukum Nasional, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti).

---, 2004, Hukum Perjanjian, Cet. 20, (Jakarta : Intermasa).

---, 2005, Hukum Pembuktian, ( Jakarta: Pradnya Paramita), Cetakan Kelima belas.

---, 2002, Hukum Perjanjian, (Jakarta : PT.Intermasa).

---, 1984, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta : PT. Intermesa, Cetakan ke XVIII).

Sudarsono, 1991, Hukum Waris dan Sistem Bilateral, (Jakarta: PT.Rineka Cipta).

Sunggono, Bambang, 1977, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada).

Supranto, J., 2003, Metode Penelitan Hukum dan Statistik, (Jakarta : Rineka Cipta).

Suryabarata, Sumadi, 1998, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo).

Ter, Marjenne, Mar Shui Zen, 1999, Kamus Hukum Belanda, Belanda-Indonesia, (Jakarta : Djambatan).

Tobing, G.H.S Lumban, 1999, Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement), (Jakarta : Erlangga).

---, 1992, Peraturan Jabatan Notaris, Cetakan Ketiga, (Jakarta : P.T. Gelora Aksara).

Vollmar, 1989, Pengantar Studi hukum Perdata Jilid I, diterjemahkan oleh I.S.Adiwimarta (Jakarta: PT.Rajawali Pers).

Yuana, Ima Erlie, 2010, Tanggungjawab Notaris Setelah Berakhir Masa Jabatannya terhadap Akta yang Dibuatnya Ditinjau dari Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Tesis, (Semarang : Program Studi Magister Kenotariatan, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro).

Zainal, Idris, 1983, Pandangan Falsafah Tentang Hukum Menurut Roscoe Pound, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara).

B. Internet

Sonny Pungus, Teori Pertanggung jawaban, http:// sonny -tobelo.blogspot.com/ 2010/

12/ teori pertanggung jawaban.html, diakses 28 juli 2016.

Hukum online.com, Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi Sebagai Dasar Gugatan, diakses dari www.hukumonline.com perbuatan melawan hukum dan wanprestasi sebagai dasar gugatan, tanggal 1 Oktober 2016.

Rerry Aprillia, Hal-hal Yang Harus Ada di Dalam Perjanjian Sewa Menyewa, dalam http://www.docstoc.com, Diakses tanggal 27 November 2019.

Idil Victor, Permasalahan Pokok Dalam Perjanjian Sewa Menyewa, dalam http://idilvictor.blogspot.com.html, diakses tanggal, 25 November 2016.

http://kbbi.web.id/tanda+tangan, terakhir diakses tanggal 27 April 2016, jam 18.45 WIB.

http://educ4study.com/pengertian-keabsahan/, terakhir diakses tanggal 30 Maret 2016, jam 15.50 WIB.

YanceArizona, Apa itu Kepastian Hukum?, http.// yancearizona.net/ 2008/ 04/ 13/ apa itu kepastian hukum/, diakses tanggal 19 Desember 2015, jam 20.00 WIB.

C. Peraturan

Undang-Undang Dasar 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok Agraria

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah